Sequel of 'Her, Riddle'
Aurora (n.)
used to describe the dawn, as well as the stunning luminous phenomenon that takes place in the upper atmosphere
Lika-liku perjalanan yang tak pernah habis. Selesai satu masalah, rentetan misteri lainnya mengikuti...
Update work ini gak bakal teratur, kapan mood aku up nya :'D
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• one fine day •
Kembali ke sekolah adalah hal kesekian yang ingin Eva lakukan. Karena itu ia berniat kabur selama beberapa jam. Ia menarik tangan Draco menuju tempat yang tak banyak dilalui oleh orang. Seharusnya Eva berada di rumahnya bersama kedua orang tuanya, bukan bersembunyi dari keramaian seperti ini.
Pemuda itu heran dengan tingkah Eva yang aneh. Apa dia salah makan sewaktu di Amerika?
"H-hey! Apa yang kau lakukan?" Tanya Draco panik melihat Eva yang mendekatkan tubuhnya ke arah Draco.
Tangan kanan Eva menggenggam bandul kalung tersebut dengan erat. "Pandora."
Dalam sekejap mata, mereka berpindah tempat ke sebuah gang yang terlihat asing. Draco baru sadar kalau Eva menenteng sebuah paper bag di tangannya. Pemuda itu mengernyit heran ketika Eva menyodorkan paper bag tersebut kepadanya.
"Aku baru ingat kalau pakaianmu selalu terlihat fancy. Cepat ganti pakaianmu sebelum kita jalan-jalan." tanpa menaruh belas kasihan, Eva menarik tangan Draco dan memasuki sebuah toko souvenir di perkotaan tersebut.
"Ma'am, aku izin memakai toiletmu. Pacarku ingin berganti pakaian." Ucap Eva dengan senyum di wajahnya.
"Eva, apa yang kau lakukan?"
"Get in and change or I'll leave you here forever!" Ancam Eva ketika melihat Draco yang ogah-ogahan untuk mengganti pakaiannya.
Langsung saja pemuda itu menurut pada Eva. Selagi Draco berganti pakaian, Eva mengedarkan pandangannya ke sekitar toko tersebut. Banyak ornamen-ornamen pohon natal yang dijual di sana. Eva tidak sadar kalau toko yang dimasukinya adalah toko yang menjual pernak-pernik natal.
"Ini apa?" Tanya Draco sambil memegang sebotol hairspray berwarna yang ia dapatkan dari dalam paper bag tersebut.
Eva mengambil alih botol tersebut dan menyemprotkan pewarna rambut tersebut ke rambut Draco. Pemuda itu lantas menghindar cepat namun Eva dengan sigap menodongkan tongkatnya ke leher Draco.
"You move an inch, I'll hex you."
Draco menghembuskan napasnya. "Kenapa kau terus mengancamku?"
"Agar kau menurut. Now hold still." Kata Eva.
Pramuniaga toko tersebut hanya memperhatikan dua sejoli yang sedang menyemprotkan pewarna rambut. Si gadis mengacak rambut Draco agar terlihat berantakan.
"Kau membuatku terlihat seperti muggle." Bisik Draco tepat di telinga Eva.
Gadis itu berjinjit dan ikut berbisik. "That's the whole point. Aku tidak mau membuatmu menjadi santapan empuk para preman."