22

967 173 17
                                        

Well hello everyone..

-o-

"Evangeline!"

Ekspresi di wajah Eva berubah cerah ketika mendengar suara familiar memanggil namanya. Hermione, Ron, dan Harry langsung menduduki kursi kosong di gerbong yang lebih dahulu ditempati oleh Eva. Gadis itu membiarkan Harry duduk di sampingnya, sehingga Ron dan Hermione dapat duduk bersama.

"Maafkan aku karena tidak bisa hadir di pemakaman orang tuamu." Sesal Hermione.

Eva meraih jemari Hermione dan menggenggamnya. "Tidak apa-apa, Hermione."

"Kau sudah dengar tentang Malfoy?" tanya Ron tiba-tiba.

Tubuh Eva seketika menegang ketika mendengar nama tersebut disebut oleh Ron. Melihat perubahan ekspresi wajah Eva yang tak lagi relaks, Hermione menyikut Ron karena sudah bertanya di waktu yang salah.

Harry menoleh pada gadis di sampingnya yang sedang menatap lantai dengan tatapan kosong. Baru saja jemari Harry hendak menyentuh pundak Eva, gadis itu menoleh pada Ron.

"Memangnya apa yang terjadi padanya?" tanya Eva.

"Well," Ron gelagapan, tak tahu apakah ia harus melanjutkannya atau tidak.

"Go on, tell me." Ucap Eva kekeh. Deru mesin kereta yang berjalan menambah kesan mencekam di diri Ron yang sedang dilanda kebingungan. Seharusnya ia tidak bertanya hal tersebut pada Eva.

Ron menghembuskan napas, memutuskan untuk memberitahu Eva. "Ayahnya ditahan di Azkaban karena terbukti menjadi bagian dari Pelahap Maut. Beritanya dimana mana. Kementrian Sihir bahkan berpikir untuk menahan Draco tapi mereka tidak menemukan bukti yang cukup."

Tak butuh waktu lama bagi Eva untuk mencerna informasi yang dia dapat dalam beberapa detik. Ia pun mulai menghubungkan titik-titik kejadian yang mengacu ke satu tempat.

"He kinda deserves it. After what he did to my parents, even Azkaban wasn't enough." Tutur Eva tajam.

"Eva—"

"Him, and HIS family, must suffer."

Gerbong mereka berubah hening ketika mendengar ucapan dari bibir Eva. Gadis itu masih merasa sakit hati. Setelah kehilangan orang tuanya, ia juga harus menerima kenyataan bahwa Draco tidak benar-benar menyukainya.

Hanya sebagai alat untuk menjatuhkan Harry.

Eva mengakui kalau rencana Draco berjalan dengan mulus. Draco bahkan menghancurkan dirinya berkeping-keping selagi menjalankan niat busuk nan nista tersebut.

"U-um, ba-bagaimana kalau kita bercerita tentang kegiatan yang kita lakukan sebelum kembali ke Hogwarts?" Hermione mencoba untuk mengembalikan suasana yang sudah berubah kelam sebisa mungkin, "dimulai darimu, Harry."

Pemuda berkacamata itu gelagapan karena Hermione tiba-tiba menyuruhnya bercerita. Ia kembali mengingat-ingat malam dimana ia seharusnya berbincang dengan seorang waitress malah berakhir dengan membujuk seorang professor kenalan Kepala Sekolah Dumbledore untuk kembali mengajar.

Eva sama sekali tidak mendengar cerita Harry, Hermione, dan Ron. Gadis itu tidak repot-repot melerai Ron dan Hermione yang ingin bercerita namun cerita mereka lebih kurang sama karena keduanya menghabiskan liburan di The Burrow.

"Draco mengatakan kalau ia hanya menggunakanku sebagai alat untuk menjatuhkan Harry." Celetuk Eva tiba-tiba, membuat Hermione dan Ron yang tadinya adu mulut langsung terdiam dan menoleh pada Eva dengan tatapan tidak percaya.

"He did what?" seru Hermione.

"Dia tidak mencintaiku, semuanya hanya sandiwara." Lanjut Eva. Sejujurnya gadis itu tidak ingin menabur garam di atas luka yang masih basah. Namun bibirnya begitu saja dengan sendirinya dan ia tidak tahu kapan harus berhenti.

"Hold on—"

"Jadi aku berharap kalian tidak lagi mengungkit nama itu di hadapanku, kumohon." Pinta Eva, mengakhiri ucapannya dengan suara yang begitu lirih.

Hermione langsung berhambur memeluk Eva dengan erat. Ia bertukar pandangan dengan Harry yang seakan mengatakan 'pindah sana duduk bersama Ron' dan Harry benar-benar berpindah duduk di samping Ron yang menatapnya bingung.

"Aku semakin yakin kalau Malfoy juga terlibat rencana Pelahap Maut." Bisik Harry yang didengar oleh Hermione.

Gadis itu menatap Harry dengan tatapan tajam. Eva baru saja meminta mereka untuk tidak membahas nama itu namun Harry melanggarnya detik itu juga.

Namun tampaknya Eva tidak mempermasalahkan Harry. Ia masih tidak bisa terima atas perlakuan Draco kepadanya.

Seorang Draco yamg membantunya memecahkan teka-teki lokasi Grindelwald. Seorang Draco yang membawanya ke lantai dansa Yule Ball. Draco Malfoy yang menunggunya siuman setelah kejadian gila Turnamen Triwizard. Dan Draco Malfoy yang mengatakan 'aku mencintaimu' dengan lembut kepadanya.

Memangnya ketika seseorang berpura-pura, ia mampu memanipulasi sebuah emosi agar terlihat tulus hingga tidak ada yang mencurigainya?

"Eva, maafkan aku, tapi aku benar-benar yakin kalau Draco adalah seorang Pelahap Maut." Ujar Harry.

Hermione langsung menjitak kepala Harry yang sama sekali tidak bisa baca situasi. "kau benar-benar tidak peka, Harry James Potter." Tukas Hermione.

"Bagaimana dengan lemari—"

"Oi, mate, jangan dulu ganggu mereka." Lerai Ron sebelum Harry berinisatif untuk membangunkan singa tidur di dalam diri Hermione.

Eva membiarkan ucapan Harry terngiang-ngiang di kepalanya. Banyak kemungkinan yang menyimpulkan bahwa dugaan Harry benar adanya. Namun ia sedang tidak sanggup menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan Malfoy.

Setidaknya ia ingin self-healing dalam waktu dekat ini.

"Hei, bagaimana kalau kau tidur dan aku akan membangunkanmu ketika kita sudah tiba?" tawar Hermione yang menyadari kalau Eva terlalu sering melamun sejak kereta berjalan.

"Ide bagus, Hermione." Eva langsung menyandarkan kepalanya di bahu Hermione dan memeluk pinggang temannya seperti guling.

Harry dan Ron terenyuh melihat Eva yang begitu rapuh. Mereka ingin membantu, namun juga takut kalau tindakan mereka bisa saja membuat Eva menjauh.

-o-

"Memangnya apa yang dia lakukan dengan lemari berbentuk aneh itu?"

"Aku yakin mereka sedang merencanakan sesuatu yang buruk."

"Berhenti, Harry, aku tahu apa yang kau pikirkan."

Suara tersebut bergema di dalam kesunyian. Eva dengan mata yang terpejam dapat menebak kemungkinan arah pembicaraan teman-temanya. Namun ia terlalu lelah untuk sekadar berspekulasi. Gadis itupun mencoba untuk kembali ke alam mimpi agar di Hogwarts nanti, ia tidak membakar jubah anak-anak lain hanya karena ia kurang tidur.

-tbc

I hope you guys forgive me..

𝓐𝓾𝓻𝓸𝓻𝓪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang