Perkenalkan namaku Aliya. Aku merupakan mahasiswi semester dua di salah satu kampus swasta. Tak ada yang menarik tentang kehidupanku. Aku hanya perempuan biasa dengan segudang keterbatasan. Aku tak pernah berharap sesuatu yang muluk, terutama tentang cinta ataupun rasa. Disini aku hanya ingin menorehkan kisahku bersama Ghazi. Tentang kita yang saling menutup rasa namun tak tahu akan berhenti seperti apa.
Ghazi, Muhammad Ghazi Al-Farizi.
Dia adalah kakak tingkat laki-laki kedua yang kukenal setelah kakak kelasku ketika Sekolah Menengah Atas dan sekarang kakak tingkat di Kampus.
Em, aku tak terlalu mengenalnya. Hanya nama panggilannya saja yang ku tahu waktu itu.
Jika ingatanku tak salah. Dia panitia ketika ospek pertama di kampusku.
Awalnya aku tak pernah ada rasa tertarik sedikitpun padanya bahkan aku terkesan tak peduli. Namanya hanya sekedar angin lalu, karena aku masih terjebak dengan seseorang di masa lalu.
Namun, semua itu berubah ketika aku terpuruk dalam kesedihan yang mendalam. Dimana kumencari seseorang yang mampu menampung air mata itu. Aku sakit, namun bukan raga melainkan hati.
Aku tak terbiasa menulis diary atau sejenisnya. Entah kenapa aku merasa sangat ingin membuat status sederhana dengan satu emot sedih. Dan tanganku tergerak untuk membuat itu. Ketika emot sedih itu telah terkirim menjadi sebuah status WhatsApp. Tak terhitung beberapa menit, dia melihat statusku tersebut dan-
Tring!
Pesan masuk
"🤔" Pesan pertamanya.
"Hah, bagaimana ini? Aku harus balas apa?" Batinku.
Untuk seseorang yang baru mengetuk kehidupanku. Aku di buat bingung bagaimana harus ku menanggapinya. Terlebih ini adalah kakak tingkatku. Jika tak kubalas betapa tak beradabnya aku sebagai adik tingkatnya. Lalu? Aku di buat bingung untuk kedua kalinya karena dia hanya mengirim emot seperti itu. Apakah sebuah pernyataan atau pertanyaan? Membingungkan bukan?
Tak mau berbelit dengan segudang pikiran ini itu, kuputuskan membalasnya dengan ikon saja.
Bye the way ribet juga ya otakku haha"🔪" balasku.
"🤔" balas dia.
"Kenapa emot itu lagi sih kan bingung" celotehku dalam hati. Ngeselin kan?
"😭" balasku kembali.
"Liya kenapa?" tanyanya.
"Huaa.. kenapa dia nanya"keluhku dalam hati
Terlintas dalam ingatanku, aku pernah mengeluh meminta seseorang menemaniku. Namun tak ku spesifikasi apakah itu perempuan atau laki-laki?
Jika dia jawaban dari permintaanku? Mengapa harus seorang lelaki? Dan mengapa harus dia?
Ah, ya sudahlah
Percakapan itu berlanjut dan beranak-pinak menjadi panjang dan tak terarah. Semua tentang aku dan segudang masalahku
*****
"Liya.. Kak Ghozi manggil kamu".
"Hah? Buat apa?"
"Gak tau, cepet aja sana".
"Ih, gak mau ayo anter ama kamu".
"Gak mau juga, takut aku".
"Takut kenapa?" Aku bingung dong.
"Gak bisa pokoknya, aku mau pergi dulu", ucapnya tergesa-gesa.
"Saran aku, jangan mau ketemu ketemu kakak itu. Hih", bisiknya dengan sangat pelan.
"Ada apa sih?" Pikirku.
Haruskah aku menemuinya? Tapi, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak kuinginkan?
Dalam pikir yang tak usai, tiba-tiba seseorang memanggilku dari arah belakang.
"De.." panggil seorang perempuan berjilbab abu-abu.
"Saya kak?"
"Kamu.. Aliya kah?"
"Iya benar kak, ada apa ya kak?"
"Itu di tunggu kak Ghazi di dekat Aula, katanya penting" tuturnya.
Hih, mau apa sih sebenarnya
"Kira-kira ada apa ya kak?" Tanyaku menyeringai
"Kurang tahu sih de, tapi tadi dia bawa keresek gitu."
"Oalah, makasih ya kak".
"Iya, sama-sama De".
Hm, mungkin minta tolong doang
Aku menguatkan hati dengan berbagai prasangka baik mengenainya. Tanpa menunggu lama aku melihat sosok laki-laki berbaju koko berwana coklat susu duduk di pelataran Aula sambil memainkan keresek di tangannya.
"Eh, Aliya", dia bangkit dari duduknya menyadari atas kedatanganku. Sepertinya dia sudah menunggu lama.
Kuhentikan langkahku kurang lebih dua meter dengannya. Seketika kutersadar bahwa di tempat tersebut hanya ada aku dan dia. Tak ada yang lain.
Jantungku berdesir cepat
Ya Allah, apakah aku khalwat?
Allahumaghfirlii..
Allahumaghfirlii..
Allahumaghfirlii.."Maaf kak, ada apa ya?" Tanyaku ingin segera pergi dari tempat itu.
"Em, cuman mau ngasih ini. Titipan dari Kak Risa yang minjem buku kamu."
Hah, kok? Kenapa nitipin ke kakak ini sih?
"Oalah.. Makasih kak."
"Nih.." dia menyodorkan buku tersebut. Kuambil dengan hati-hati.
"Eh" ucapnya terpotong.
"Makasih ya kak, aku pergi dulu."
Maaf ya kak, aku hanya ingin segera pergi
"Okedeh, sama-sama"
Baru saja kubalikkan badan tiba-tiba seseorang mengagetkanku
"Eh, Liya lagi ngapain disini," tanyanya sambil melihat ke arah kak Ghazi.
"Cuman ngasih titipannya Risa tuh," celetuh kak Ghazi ikut menimpali
"Dih, gak nanya kamu juga."
Em, kayaknya mereka seangkatan deh
Kakak perempuan itu menggandengku dengan perlahan meninggalkan kak Ghazi.
"De, jangan percaya sama ikhwan zaman sekarang. Semua terlihat baik namun tidak tahu apa maksud didalamnya. Hati-hati ya," Ucapnya penuh dengan kelembutan
"Iya kak, makasih."
"Sama-sama, oh iya kamu anak asrama ya?"
"Hehe, iya in sya Allah."
"Nah, alhamdulillah."
"Kakak pergi dulu ya."
"Baik kak, fii Amanillah."
"Aamiin.. eh kamu Liya Liya itu ya."
"Eh iya kak, kok tahu?"
"Tahulah.. ya udah duluan ya, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warohmatullah wabarakaatuh."
Eh, tadi kakak perempuan itu namanya siapa ya? Kok bisa tahu aku?
MOHON SUPPORT nya juga ya.. lagi belajar nulis, kalo ada salah kata atau tanda baca komen aja, pengen banget malah di komen atau di koreksi.. hehe kalo ada saran ide boleh sharing ya.. Terima kasih banyak banyak buat reader semuanya..
#challenge30gp
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Ghazi
Teen Fiction🌺 COMPLETED🌺 Tak ada masa yang mampu kubiarkan berlalu begitu saja, semua berarti terutama tentang kamu, Ghazi. Kutulis 30 hari bersamamu karena kutahu seberapa pentingnya kamu untukku. Novel ini kuhadiahkan untukmu yang selalu hadir menemani hari...