"Aku ingin menikahimu.."
Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Apakah secepat itu kata-kata tersebut ditunjukan kepadaku? Apakah aku telah dewasa?
Antara takut, bingung dan senang yang kurasakan saat ini. Aku suka pada sesosok itu. Tapi aku tidak bisa mengatakan jika aku cinta padanya. Aku terlalu takut jika kuputuskan aku mencintainya.
Farhan..
Orang pertama yang mendapatkan kata "cinta" tulus dariku, namun apa? Dia sendiri yang mengkhianati cinta tulus itu.
Kak Ghazi..
Aku tidak tahu, seperti apa perasaanku untuknya. Apakah hanya sekadar suka? Atau hanya kagum? Atau aku telah jatuh cinta padanya?
Aku masih ragu dengan perasaanku sendiri. Tentang Farhan masih ada suatu rasa yang tak mampu kuungkapkan dalam kata,
tentang Kak Ghazi aku takut menyematkan sesuatu untuknya. Aku masih terlalu takut untuk jatuh kembali. Aku belum bisa.
Tiba-tiba dadaku sesak mengingat detik-detik terakhir hubunganku dengan Farhan.
Aku menyalahi diriku seperti orang gila, teriak dengan nafsu membara.
Aku lupa, bagaimana kembali ceria.
Aku lupa, bagaimana kembali bahagia.Pernah terbersit untuk pergi mengurung diri, menyelam bersama lautan kesedihan.
Pergi bersembunyi mengasingkan diri.
Namun..
Di masa sulit itu aku bertemu dengan sesosok malaikat penolong.
Mereka membantu melewati masa-masa sulit itu.
Di setiap beberapa jam dalam sehari, mataku mengalirkan air matanya tanpa aba-aba.
Ketika dalam perkumpulan, ketika sedang kuliah, ketika dalam perjalanan, bahkan ketika sedang mengerjakan pekerjaan biasa. Air mata itu mengalir dengan polosnya.
Sampai sempat kumengutuk diri. Mengapa terjadi padaku? Kenapa harus aku? Aku capek!!
Bahkan ketika kumenulis ini, aku merasakan bagaimana remuknya perasaanku ketika itu.
"Iyay.. Aku yakin kamu bisa mengikhlaskan dia."
"Kamu bisa! Kami ada disini bersamamu."
Mereka memelukku erat. Mencoba mengalirkan energi positif untukku.
Aku menangis sejadi-jadinya.
Dalam hati kuteriak :
"Aku akan sukses!! 5 tahun lagi aku akan sukses Aamiin allahuma aamiin.. Kamu akan menyesal."
Pepatah pernah berkata :
"Balas dendamlah dengan kesuksesan."
Ah..
sakit sekali..Tapi sakit itu menjadi Api semangat untukku menggapai kesuksesan..
***
Lupakan..
Yang lalu biarlah berlalu..
Lalu yang sekarang? Apa yang harus kulakukan?
Semakin dipikirkan semakin pusing juga ternyata.
"Iyaaaay.."
"Dididih.. jangan teriak dung. Kek di hutan aja nih."
"Hehe.. nanti malem kita jalan-jalan yuk! Suntuk tau, panas ini otak sehabis UAS."
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Ghazi
Dla nastolatków🌺 COMPLETED🌺 Tak ada masa yang mampu kubiarkan berlalu begitu saja, semua berarti terutama tentang kamu, Ghazi. Kutulis 30 hari bersamamu karena kutahu seberapa pentingnya kamu untukku. Novel ini kuhadiahkan untukmu yang selalu hadir menemani hari...