Day 25

54 8 1
                                    

Aku dan Lulu sedang berbelanja kebutuhan asrama di salah satu mall dekat asrama.

"Lu, aku mau beli kecap ya."

"Dasar kaum Malika, haha."

"Hehe."

"Kita berpencar ya Yay biar cepet pulang, kamu cari list yang dari nomor 8 sampai 16 okay."

"Okay sip."

Kami berpencar, aku memilih mall bagian kiri dan Lulu bagian kanan.

"Kecap.. mana ya kecap?" Celotehku dalam hati.

"Nah, Mie.. Masako.. mana ya kecap?"

Seorang pelayan berjalan melewatiku.

"Mba, mba.. Kecap dimana ya?"

"Itu mba di atas."

"Pantesan, makasih mba."

"Sama-sama."

Aku kembali mencari beberapa barang yang belum kutemukan.

Dreeet! Dreeet! Dreeet!

Smartphoneku bergetar.

Panggilan masuk "Lulu"

"Iyay, udah belum?"

"Belum nih, tiga lagi."

"Okay, aku tunggu di luar ya."

"Siap."

Aku segera mencari tiga barang tersebut. Dan akhirnya aku menemukannya.

"Jajan ah, mumpung disini."

Aku pun berjalan menuju deretan jajanan.
Baru saja kumengulurkan tanganku untuk mengambil jajanan tersebut. Tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Aliya.."

Aku memutarkan tubuhku, tampak seorang lelaki memakai switter Hijau tua melambaikan tangannya dari jauh.

Aku mengernyitkan dahi, mencoba melihatnya dengan jelas.

"Siapa sih itu? Gak jelas ih," gerutuku tak mampu melihat dia dengan jelas karena serangan rabun jauh.

Seseorang itu menyadari ketidakmampuanku melihatnya dengan jelas.

Dia melangkah mendekatiku.

"Assalamualaikum Aliya.."

"Waalaikumsalam kak.."

"Lagi apa?"

Modus nih, dah tau lagi di Mall, bawa barang belanjaan. Masih nanyain lagi apa?

"Belanja kak."

"Masyaallah.."

"Alhamdulillah.."

"Oh iya Aliya, kamu bareng siapa kesini?"

"Bareng Luku kak, dia diluar."

"Oalah.. maaf sebelumnya, udah ada jawabannyakah?"

"Jawaban apa kak?" Tiba-tiba jadi amnesia.

"Jawaban surat kakak."

"Em, afwan kak. Sebenarnya itu jalan yang salah. Bukannya kakak tahu tentang taaruf? Tatacara taaruf?"

"Aku tahu kok, hanya saja ingin terlebih dahulu memastikan apakah kamu akan menerimaku?"

"Afwan kak aku akan menjawab jika mengikuti aturan taaruf." Tegasku.

"Baiklah, kakak akan melakukannya."

Deg!
Padahal aku cuma menggertaknya. Bagaimana jika benar ia akan memintaku bertukar cv taaruf?

"Alhamdulillah.. Ak--," ucapanku terpotong.

"Hallo Lu?" Jawabku via telpon.

"Masih lama gak? Bosen nih aku."

"Eh iya udah kok. Tinggal ngantri."

"Okay siap, di tunggu ya. Cepetan."

"Siap bu boss."

"Eh kak sampai mana tadi? Kamu bilang Alhamdulillah."

"Oalah, Alhamdulillah deh ya kak. Aku izin pamit, temanku sudah lama menunggu."

"Baik, Aliya."

Aku pun berlalu meninggalkannya.

"Ah, maafkan aku Lu. Jadi lama deh kamu nunggunya."

"Iya sans aja, emang tadi ngapain aja?"

"Ada kak Ghazii.."

"Ah iya? Dimana?"

"Di dalem."

"Wah!" Matanya berbinar

"Kamu mau nunggu dia dulu kah?" Tanyaku geram.

"Engga, kok kamu sewot gitu sih."

"Engga."

"Ah, sudahlah kita pulang," ajaknya.

"Yaudah ayo!"

Kamipun segera kepinggir jalan. Menunggu Angkot melintas.

"Dia suka kak Ghazi kah?" Pikirku.

Masa iya sih? Dari kapan? Kok aku baru tahu?

"Kiri Bang!" Teriak Lulu.

Kamipun masuk kedalam angkot tersebut dengan bawaan barang belanjaan tentunya. Aku memperhatikan wajah teman sekamarku tersebut, Lulu.

"Sepertinya aku harus mencari tahu!"

Tanpa menunggu lama, kami telah sampai di gang menuju asrama. Kami berjalan beriringan, namun terkesan dingin tidak biasanya. Sepertinya gara-gara sedikit perdebatan di mall tadi.

"Hai Iyay, Lulu.. "

"Hai juga.."

"Ciee belanja.. "

"Hehe."

"Belanjaan Iyay ini mah," celetuk Lulu

"Bohong nih Lulu, belanjaan kita berdua kok."

"Hahaha."

Alhamdulillah.. suasana kembali hangat.

"Ya udah, kita duluan ya."

"Okay, dah."

"Dah juga.."

Sesampainya di kamar, Lulu kembali dingin. Membisu tanpa kata.

Apakah dia masih marah?












Alhamdulillah.. update lagi 🤩
Jangan lupa Vote dan Comment ya guys

Happy reading 😉

30 Hari Bersama GhaziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang