Pukul 03.23
Seperti biasa aku bangun pagi untuk mengejar targetku.
- wudhu
- shalat tahajud 8 rakaat (sambil murajaah hapalan)
- witir 3 rakaat
- Mandi
- Baca Al-Qur'an 3 lembar
- Baca Buku 2 lembar (biasanya buku motivasi)
- sisanya cek media sosialJika sedang Good mood, stok baca ku bisa sampai satu bab setiap pagi sambil menunggu adzan subuh.
"Alhamdulillah.. udah lah cukup mencapai target, cek medsos oyee." Bersemangat sendiri.
Belum beberapa lama scroll Instagram, tiba-tiba ..
Dreed! Dreed! Dreed!
Smartphoneku bergetar..
Panggilan masuk "Mamah 💜"
"Assalamualaikum teh.."
"Waalaikumsalam.."
"Gimana kabarnya? Sehat?"
"Alhamdulillah mah sehat, mamah, bapak, dede gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah sehat."
Selanjutnya bertanya sana-sini sebagaimana orang tua memastikan kehidupan sang anak. Dari mulai pola makan, istirahat, kuliah dll.
Dan pada akhirnya Mamah menanyakan sesuatu yang belum pernah ditanyakan.
"Teh, udah punya calon?"
Deg!
Aku memang dimata orang tua seperti tidak punya teman laki-laki. Karena juga mereka melarangku berteman berlebihan dengan lawan jenis, apalagi berpacaran.
Pertanyaan itu sangat tabu ditelingaku, aku bingung harus mengatakan apa.
"Teh.."
"Eh, iya. Gak punya mah."
"Kira-kira kapan kamu mau berumahtangga."
Aduh, sedikit merinding mendengar pertanyaan ini.
"Gak tahu."
"Mau pas kuliah atau setelah lulus kuliah?" Tanyanya lagi.
"Gak tahu."
"Kalo kamu sudah siap, Mamah punya calon untukmu."
"Hah?" Kaget setengah mati, maksudnya bagaimana? Apakah aku dijodohkan?
"Jika kamu mau, tapi jika tidak Mamah tidak memaksa."
"Alhamdulillah.."
"Ingat ya! Kamu perempuan, jangan sampai lupa tentang satu hal ini. Jika tidak kamu akan menjadi perawan tua."
"Baik mah.."
Sebenarnya ada yang ingin menikah denganku, tapi aku tidak berani mengatakan kepada kedua orangtuaku.
Semakin banyak pilihan semakin rumit pula menentukannya
Alhamdulillah Day 23 dah update
Happy Reading!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Ghazi
Teen Fiction🌺 COMPLETED🌺 Tak ada masa yang mampu kubiarkan berlalu begitu saja, semua berarti terutama tentang kamu, Ghazi. Kutulis 30 hari bersamamu karena kutahu seberapa pentingnya kamu untukku. Novel ini kuhadiahkan untukmu yang selalu hadir menemani hari...