Day 29

46 10 1
                                    

"Teh, kamu sekarang di jalan mana?"

"Gak tahu mah, gak tahu nama jalannya apa."

Aku sudah dua jam di dalam bus. Tanpa orang yang kukenal. Ini pertama kalinya aku berpergian sendirian dengan jarak yang jauh.

"Tanya supirnya coba."

"Muhun Mah."

"Pak, permisi sekarang di jalan apa ya?"

"Masih di jalan Kedongdong neng."

"Makasih pak."

"Sama-sama."

"Mah, di jalan Kedongdong," aku mengirimi pesan untuk Mamah.

"Ya udah, tidur aja dulu masih lama. Nanti kalo udah deket kabarin lagi ya, teh."

"Muhun mah."

Setelah itu aku pun memejamkan mata sedikit terkantuk-kantuk namun tidak sampai terlelap.

Ckiiit!

Bis yang kutumpangi tiba-tiba mengerem mendadak.

Aku yang kebetulan duduk di bangku paling depan langsung menanyakan kepada sang sopir.

"Kenapa mang?"

"Kucing lewat."

"Oh."

Kayak pernah ngalamin kejadian ini, tapi kapan? Dan Dimana?

Ah, sudahlah..

Aku mencoba mengecek smartphoneku siapa tahu ada pesan masuk.

"Teh Iyay, pulang sekarang?"

"Iya de."

"Sekarang masih dimana?"

"Gak tahu, tadi mah di Jalan Kedongdong."

"Oh, ya udah Fi Amanillah.."

"Aamiiin allahuma aamiin."

Sang kenek Bis mulai mengumandangkan seruannya.

"Ciairwater.. Ciairwater.. "

Wah, itu nama kecamatanku.

"Mang, bentar lagi kah?"

"Iya tuh 5 menit lagi nyampe Ciairwater."

"Siap, makasih mang."

Aku segera bersiap-siap untuk turun, mengecek barang bawaan takut ada yang tertinggal. Setelah dirasa siap. Aku kembali duduk dengan nyaman.
Aku langsung mengabari Mamah.

"Assalamualaikum mah.."

"Waalaikumsalam.."

"Mah abi tos di Ciairwater (Mah aku sudah nyampe di Ciairwater)."

"Oh muhun."

Bang kenek bis kembali bersua.

"Ciairwater.. Ciairwater.."

Aku segera membawa barang bawaanku dan turun dari bis tersebut.

"Mah, di jemput gak?"

"Iya di jemput sama Farhan."

Hah? Farhan?

"Farhan siapa mah?"
Memastikan apakah aku terlalu halu, sampai berpikiran Farhan sang masa laluku.

"Farhan Fauzan Haqi, temen teteh."

Hah? Dia? Kok bisa?

Benar-benar shock. Bagaimana ceritanya, ada nama dia di kamus mamah ku? Apakah aku bermimpi? Aku bahkan tidak pernah menceritakan sedikit pun tentangnya kepada kedua orangtuaku.

Aku tidak mau bertanya lebih lanjut. Aku langsung chat dia. Kebetulan beberapa hari yang lalu aku telah memiliki nomor WhatsApp nya.

"Assalamualaikum.. Farhan."

"Waalaikumsalam, bentar ya lagi di Pertamina."

"Farhan, kamu beneran jemput aku?" Ceklis satu

Ah, yang benar saja? Pasti cuman mimpi.

Beberapa menit kemudian.

Tring!

"Iya ini aku OTW."

HAH? gila-gila.. kok beneran sih.

Aku terduduk penuh tanya.

Bagaimana orang tuaku mengenalinya? Terus kenapa harus Farhan yang menjemputku? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang terus berputar memenuhi pikiranku.

Tiiit! Tiiiit!

Sebuah mobil Xenia berwarna silver menepi di sebelah kananku dari arah belakang. Sang pemilik mobil tersebut menurunkan jendelanya.

"Iyay, sini masuk."

"Eh, Farhan."

"Masuk aja, mau di depan juga gpp."

"Di tengah aja deh."

"Oh ya udah."

Aku pun segera memasukkan barang bawaanku begitu juga Farhan ikut membantu. Tanpa Ba-bi-bu, Farhan segera menancap gas. Dalam mobil tersebut. Suasana terasa dingin di tambah AC dan tanpa lantunan lagu. Aku yang terbiasa bacewo atau cerewet tiba-tiba membisu seribu bahasa.

"Kok kaku gini sih?" Tanya Farhan.

"Entah," jawabku dingin.

"Kamu gak penasaran? Kenapa aku yang menjemputmu?"

"Engga." Padahal penasaran banget, tapi aku mencoba dingin.

" Udah lah, gak usah bohong. Aku tahu banget semua perilakumu. Aku udah tiga tahun bersamamu."

"Bersama?" Tanyaku mengintimidasi.

"Ahaha, paham kok maksudnya. Maafin aku ya."

"Ringan banget kamu bilang maaf?" Mulai naik darah.

"Udah.. udah jangan malah jadi berantem ah. Aku disini untuk menyambung silaturahim bersama keluargamu."

"HAH? APA?"

Apa Maksudnya? Dia melamarku?








Alhamdulillah guys.. tinggal satu chapter lagi 😱😱😱

Jangan kemana-mana, malam ini akan di Publish penutupan nya guys😱

Jangan lupa Vote and Comment juga Share

30 Hari Bersama GhaziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang