Malam itu aku tidak bisa tidur dibuatnya. Antara ya dan tidak. Namun aku mengakui aku menyukainya. Meskipun pada awalnya aku hanya mengaguminya. Tapi, mengapa begitu cepat? Atau aku yang terlalu merasa kanak-kanak. Aku belum siap. Aku takut. Tapi, aku takut jika pada akhirnya aku menyesalinya. Apa yang harus aku perbuat, ini terlalu gegabah jika kuambil secara sepihak. Aku ingin meminta pendapat keluargaku. Tapi, aku malu. Aku tidak biasa bercerita tentang hal sensitif seperti ini. Apa yang harus aku lakukan? Namun, jika seperti itu. Aku coba diskusi saja dengan temanku ya kan?
Aku segera menghubungi Dira.
"Assalamualaikum Dira.."
"Waalaikumsalam warohmatullah wabarakaatuh."
"Dira.. sibuk gak? Pengen curhat huhuhu."
"Cupcupcup, sok aja gak usah bilang. Curhat curhat aja kayak kesiapa aja."
"Dira.. aku di _bla bla bla_" ceritaku panjang lebar.
"Hahaha.."
"Kamu nih malah ketawa aku bingung tau."
"Gini Yay, terima aja udah."
"Gak mauuuu.."
"Kok gak mau.. aku tahu kamu suka kan. Udah terima aja."
"Gak segampang itu Dira 😭"
"Iyay masih inget ustadzuna pas seminar parenting islam di pondok? Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah?"
"Ingat.."
"Itu inget, kenapa harus menolak? Lagian kamu juga suka kan..
Denger nih ..
"Apabila engkau tidak berhasrat untuk menikah dengan seseorang maka engkau tidaklah berdosa untuk menolak pinangannya, walaupun ia seorang laki-laki yang shalih. Karena pernikahan dibangun di atas pilihan untuk mencari pendamping hidup yang shalih disertai dengan kecenderungan hati terhadapnya.
Namun bila engkau menolak dia dan tidak suka padanya karena perkara agamanya, sementara dia adalah seorang yang shalih dan berpegang teguh pada agama maka engkau berdosa dalam hal ini karena membenci seorang mukmin, padahal seorang mukmin harus dicintai karena Allah, dan engkau berdosa karena membenci keteguhannya dalam memegang agama ini.
Akan tetapi baiknya agama laki-laki tersebut dan keridhaanmu akan keshalihannya tidaklah mengharuskanmu untuk menikah dengannya, selama tidak ada di hatimu kecenderungan terhadapnya. Wallahu a'lam"
(Al Muntaqa min Fatawa Fadilatusy Syaikh Shalih Al Fauzan, 3/226-227, sebagaimana dinukil dalam Fatawa Al Mar'ah Al Muslimah, 2/706-707)
Jelas kan?"
"Tapi.. aku takut, aku belum siap."
Perdebatan berlanjut hingga larut malam.
***
Suasana hatiku sedang tidak baik.Banyak belajar dari sunyi,
Bagaimana menyimpan sendiri hal-hal yang orang lain susah mengerti.Kau boleh berpikir aku penuh teka-teki
Tetapi memang itulah salah satu cara agar ketima kecewa
Aku tak menyalahkan siapapun-Pinterest-
Sunyi itu membawaku pergi mengadu. Bukan mengadu, lebih tepatnya mencurahkan isi hati.
“Ya Allah, aku meminta petunjuk kebaikan-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon keputusan-Mu dengan qudrat-Mu dan aku meminta dengan karunia-Mu yang besar, karena sesungguhnya Engkau yang berkuasa sedangkan aku tida berkuasa. Engkau Yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.
“Ya Allah, sekiranya engkau ketahui bahwa Muhammad Ghazi Al-Farizi baik untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir dari perkaraku ini, maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia, lalu berkahilah aku padanya.”
“Ya Allah, dan sekiranya engkau mengetahui buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir dari perkaraku ini, maka hindarkanlah aku darinya, kemudian takdirkanlah untukku kebaikan bagaimanapun adanya, lalu berilah aku keridhaan dengannya.” (HR. Ahmad dan Bukhari).
***
Aku berjalan menuju warung untuk belanja permintaan ibuku. Diperjalanan tiba-tiba turun hujan gerimis padahal langit sedang cerah. Aku mencari tempat berteduh terdekat. Yaitu Mesjid kecil yang sederhana namun rapih dan bersih. Tidak menunggu lama, hujan gerimis pun reda. Langit masih dalam keadaan sama, cerah. Tiba-tiba anak-anak meneriaki sesuatu sambil menengadah dan menunjuk langit. Masyaallah, pelangi bertengger disana memamerkan keindahannya. Anak-anak tampak kegirangan, karena sudah jarang muncul pelangi seperti itu. Aku ikut bahagia melihat mereka penuh dengan girang kebahagiaan."Allahu Akbar, Allahu Akbar!"
Aku mengeliat dengan malasnya.
"Huam.. ternyata mimpi! Udah shubuh ternyata.. huaam."
"Iyay, bangun cepet! Keburu telat!"
" Siap bu boss."
Alhamdulillah Update lagi 🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Ghazi
Fiksi Remaja🌺 COMPLETED🌺 Tak ada masa yang mampu kubiarkan berlalu begitu saja, semua berarti terutama tentang kamu, Ghazi. Kutulis 30 hari bersamamu karena kutahu seberapa pentingnya kamu untukku. Novel ini kuhadiahkan untukmu yang selalu hadir menemani hari...