[dua puluh]

4.6K 722 48
                                    

(name) berjalan pulang ke rumah. Dari kejauhan tak nampak cahaya lampu di rumahnya. Apa listriknya mati ya?

(name) mempercepat langkahnya. "Aku pulang!"

Tak ada yang merespon. (name) menyalakan lampu rumah.

(name) mencoba menelpon Ryuji namun tak ada jawaban.

"(name) tolong bukakan pintunya. Ini Ibu."

"Tumben Ibu ke sini agak malam."

"Maaf, ibu ada sedikit urusan tadi. Ini, ibu bawakan makanan untuk makan malammu, maaf tak sempat memasak untukmu."

"Ini dari makanan dari restoran kakak kan? Oh ya, aku dari tadi mencoba menghubungi kakak tapi dia tak menjawab panggilanku."

Wajah Katsumi menjadi muram, "Ada yang ingin Ibu bicarakan denganmu, (name)."

Perasaanku tak enak. Dan benar, kekhawatiranku selama ini benar terjadi. Kakakku sering mengeluhkan nyeri di dadanya namun dia bilang itu hanya nyeri biasa. Tapi yang sebenarnya dia menderita kardiomiopati. Dan sekarang jantungnya semakin parah. Ibu bilang akan membawa kakak ke Amerika untuk melakukan transplantasi jantung.

"Kau juga ikut ya (name). Ibu tak bisa meninggalkanmu tinggal sendirian di Jepang."

"Tidak..Aku tidak mau..Aku tak mau ikut ke sana. Aku bisa tinggal dengan kakek atau saudara yang lainnya."

"Ibu juga harus bekerja di Amerika dan juga merawat nenekmu. Kau harus membantu Ibu, ini demi kebaikan Ryuji."

"Aku hanya tak mau berpisah dengan teman-temanku. Aku ikut klub voli, aku tak mau berpisah dengan mereka."

"Ibu mengerti keadaanmu sekarang (name). Tapi, ibu mohon kau mengerti keadaan ibu dan kakakmu."

"Aku butuh waktu untuk memikirkannya."

* * *

Seminggu sudah kakakmu di rawat di rumah sakit. Seminggu itu pula kau tak bisa tenang karena sangat khawatir karena dia belum juga sadarkan diri.

Kau buru-buru pergi ke rumah sakit begitu mendapat kabar kakakmu sudah sadar. Kau duduk di samping ranjangnya.

"Aku tidak memaksamu (name)." Ryuji tersenyum menatapmu.

Bahkan dengan masalah jantungnya itu dia masih saja tersenyum. Benar-benr berpura-pura kuat. Kakak bodoh.

Kau hanya diam saja sambil menunduk.

"Kau sepertinya masih marah ya. Aku tahu pasti berat menerima ini. Tapi, aku menyembunyikan penyakit jantungku darimu agar kau tak khawatir. Agar kau bisa menjalani hidupmu sebagai gadis SMA seperti biasa." Ryuji mengacak rambutmu.

"Kau hanya memperburuk keadaan!"

"Padahal kupikir ini akan berjalan lancar."

"Bodoh, kakak bodoh."

"He? Kau mengatai kakakmu bodoh?" Ryuji menjitak kepalamu pelan.

Kau memeluk Ryuji, "Aku tak mau kehilanganmu kak. Aku tak mau kehilangan orang yang kusayangi lagi. Aku akan pergi ke Amerika bersamamu dan Ibu."

"Kau memikirkan perkataan ibu dengan baik ya."

Ryuji tersenyum, "Ibu menyayangimu (name). Setiap minggu dia ke sini mengunjungi ayah dan menanyakan keadaanmu, dia bilang agar jangan memberitahumu. Dan syal yang ada di mejamu itu ibu yang memberikannya untukmu."

Kakekmu, Yasufumi datang menjenguk Ryuji. Nampak jelas raut wajah khawatir padanya. Dia kehilangan anak laki-lakinya karena penyakit yang sama dengan cucunya.

Kau kemudian mengobrol bersama kakekmu di luar.

"(name), aku tahu kau pasti akan ikut ibumu ke Amerika. Aku menerima keputusanmu mengingat kau juga harus membantu ibumu merawat kakakmu di sana." Ucap Yasufumi.

"Tapi aku ingin pergi ke kejuaraan nasional bersama mereka."

"Jika memang masih ada waktu, kau bisa menemani mereka sampai seleksi musim semi perwakilan Tokyo."

"Itu akan jadi yang terakhir saat bersama mereka."

Berat rasanya ketika sudah merasa nyaman tapi harus meninggalkan. Tapi ini sudah menjadi pilihanku. Dan kuharap semuanya akan baik-baik saja.


See you next!

Stripe || Nekoma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang