Tempur (1)

518 77 30
                                    

Teruntuk jodoh gue, cepet peka ya.

-Devano Matteo Adhitama-

Vano menambah kecepatan laju motornya membelah jalanan Jakarta yang sudah mulai memadat, terpenuhi oleh berbagai pengguna jalan. Dari sepeda motor, mobil sampai bus kota. Dengan mengerahkan keahliannya dalam mengendarai motor, akhirnya Vano sampai dipintu gerbang sekolah dengan selamat.

"Anjirrr... Udah ditutup juga ujung-ujungnya. Tau gitu gue nggak ngebut tadi," gerutu Vano sembari melepaskan helm full facenya.

Vano turun dari motor sportnya, dan pergi berlalu ke belakang sekolah, meninggalkan motornya terpakir sembarang didepan pintu gerbang.

Vano mencari tangga kayu yang sudah dia siapkan bersama teman-temannya untuk akses melewati tembok pembatas. Setelah menempatkan tangga itu dengan benar, Vano mulai menaiki anak tangganya.

Hanya beberapa anak yang tahu soal jalan pintas ini. Dan kebanyakan dari mereka adalah anggota The Draks. Dan tangga itu adalah hasil curian Cakra dari warteg disebrang sekolah.

Vano sudah sampai diatas tembok, kemudian melemparkan tas ranselnya yang hanya berisikan dua buah buku tulis saja. Langkah selanjutnya tinggal turun ke bawah dan Vano akan selamat. Vano tak perlu untuk memindahkan tangga itu lagi. Vano langsung terjun ke bawah dan tepat diatas gundukan sampah kertas yang sudah disediakan olehnya.

Vano meraih tas ranselnya, dan menyampirkannya dipundak kanannya saja. Kemudian bergegas ke ruang kelasnya yang ada di lantai dua. Vano merogoh ranselnya guna mencari handphone miliknya.Mencari kontak seorang temannya dan kemudian menggeser tombol telpon. Baru dideringan pertama, telepon sudah diangkat.

"Woy Van, lo ada dimana?" tanya Kenzo.

"Lagi ditaman belakang. Tadi gue manjat tembok belakang, jadi muter dulu."

"Ya udah cepetan masuk, mapel Geografi nih."

"Ah males gue ketemu guru satu itu. Bawaannya ngantuk mulu. Gue mau bol-"

"Nggak boleh bolos!" potong Kenzo.

"Elah Zo, gue males banget nih. Sekali-kali boloslah."

"Gue aduin ke boyok lo entar. Cepetan masuk. Masih untung, belum ada guru yang masuk. Gue tunggu lima menit."

"Hem," balas Vano malas kemudian memutuskan sambungan telepon.

Kalian jangan salah, meskipun sifat Vano yang badboy seperti itu, Vano jarang lho buat bolos sekolah. Ya meskipun dikelas Vano kebanyakan mainnya daripada belajarnya. Tapi niat untuk belajar masih ada kok dihati Vano.

Vano mulai menaiki anak tangga satu persatu yang menghubungkan antara lantai satu dan lantai dua. Karena sekarang sudah memasuki jam pertama, jadi bisa dipastikan koridor-koridor depan kelas sangat sepi. Vano melewati kelas demi kelas menuju kelasnya sendiri, 11 IPS 2.

Tiga menit kemudian, Vano sudah sampai didepan kelasnya. Dari tempatnya berdiri, Vano sudah menebak bahwa guru yang mengajar belum masuk kelas, persis seperti yang Kenzo bilang tadi.

"Woyyy.... Adit lo harus bayar uang kas. Lo udah nunggak dua minggu!" teriak Sinta, si bendahara killer milik kelasnya.

"Pagi Sinta cantik," sapa Vano.

"Eh pagi Van. Kok lo bisa telat?" tanya Sinta.

"Ada deh. Urusan laki," balas Vano sembari mengedipkan kedua matanya.

"Ihh... Vano pelit banget lo," balas Sinta sembari menggembungkan pipinya. "Woy Adit jangan kabur lo!" teriak Sinta lagi saat tahu Adit berlari menjauhinya.

I Love You My Pawang [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang