Pulang Bareng (2)

346 49 22
                                    


Vani yang tak siap dengan tarikan tersebut, akhirnya dia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Vani pasrah saat dia yakin, dirinya akan jatuh kejalan. Tapi tak berapa lama, Vani merasa, ada sebuah tangan yang menahan tubuhnya. Vani melirik bahu sebelah kirinya. Disanalah, bertengger sebuah tangan berotot yang berhasil menahan tubuh Vani agar tidak jatuh.

"Gue udah peringatin lo. Buat jauh-jauh dari dia, kan?" bisikan itu masuk lewat telinga sebelah kanannya Vani.

Vani shock, dia tahu siapa yang sedang berdiri dibelakangnya. Tanpa melihat orang itupun Vani tahu. Karena aroma parfum yang dipakai orang itu, yang akhir-alhir ini, selalu hadir di indera penciumannya.

Vani membalikkan tubuhnya. Seketika kedua bola matanya membulat dengan sempurna, wajahnya juga menampilkan raut terkejut. Bagaimana tidak, tepat didepan wajahnya, sudah terpampang jelas wajah tampannya Vano.

Sepasang mata elang berwarna hitam legam, menubruk kedua netra coklat milik Vani. Alis tebal, hidung mancung, dan dagu yang lancip. Sungguh wajah tampan yang tiada cela. Bahkan, Vani bisa merasakan harum napasnya milik Vano, harum daun mint. Dan tanpa disadari oleh dirinya sendiri, Vani menyukai wangi itu.

"Terpesona sama gue, lagi?" bisik Vano didepan wajahnya Vani.

Vani tersedar, dengan cepat dia melepaskan rangkulan tangan milik Vano dipundak kirinya. Kemudian mendorong tubuh Vano dengan sangat keras.

BRUGH!

"Anjir, lo jadi cewek nggak bisa kalem dikit?" adu Vano sembari berdiri dari atas jalan.

Sedetik kemudian, Vani merubah raut wajahnya kembali datar.

"Lo, kurang kerjaan banget. Ngapain lo narik-narik tangan gue. Lo kira, gue layangan?" geram Vani.

"Mau jagain jodoh gue lah. Biar nggak kena azab," balas Vano sembari menenteng tasnya yang tadi ikut jatuh.

Vani tak mengerti, "Maksudnya?"

"Ck, lola banget sih lo. Kan tadi ceritanya, lo mau ikut dia buat pulang bareng, kan? Secara lo itu jodoh gue, makanya gue mencegah lo buat gak ikut sama dia. Lo enak-enak pergi sama dia, sedangkan gue pulang sendirian. Kata pak ustadz, istri yang menduakan suaminya itu bisa kena azab. Entar kalo lo ikut dia, lo bakal ikutan kena azab. Serem kan jadinya."

"Cih, ngarep banget sih, lo. Gue bukan istri lo, ya. Nggak usah ngelantur deh. Sana lo pergi," usir Vani.

"Nggak mau. Pokoknya, lo pulang sama gue."

"Idih, ogah banget gue, pulang sama lo."

"Lo harus pulang sama gue. Titik," ujar Vano tetap keukeuh dengan pendiriannya.

"Siapa lo?" balas Vani jengah.

"Gue? Gue Devano Matteo Adhitama. Cowok paling ganteng se-SMA Abdi Nusa. Cowok humoris dan sewaktu-waktu bisa jadi anarkis. Cowok bad boy tapi muka soft boy. Memiliki sejuta pesona, dan paling sayang kepada Vani. Selalu menunggu Vani agar melihat keberadaannya, membalas perasaanya, dan mencin--"

"Stop. Kalo lo mau ngehalu, pergi sono ke dunia orange. Ini real life. Bukan dunia khayalan," potong Vani.

"Gue gak ngehalu. Gue lagi meramal masa depan," ucap Vano dengan kekehannya.

"Udahlah. Kalo lo mau pulang bareng, silahkan lo pulang sama Rafa. Biar gue yang pulang sen--"

"Nggak!"

"Nggak!"

Vani sampai terkejut oleh respon dari kedua cowok didepannya. Pasalnya, kedua cowok itu, merespon dengan jawaban yang sama dan juga dengan waktu yang sama.

I Love You My Pawang [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang