Something

340 43 41
                                    

Hai kamu, cool girl dan juga bad girl. Hey stupid I Love You.

-Devano Matteo Adhitama-


Pagi hari. Udara segar, pikiran tenang dan suasana hati yang riang. Itulah gambaran yang sedang dialami oleh Vano dan keadaan sekitarnya. Entah mengapa hari ini Vano lebih bersemangat dari pada hari-hari sebelumnya. Vano mengendarai motor hijaunya dengan senang. Tak tergesa-gesa ataupun ugal-ugalan.

Vano menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, bermaksud menyapa orang-orang yang ada dipinggir jalan. Mulai dari lansia sampai balita, pasti Vano sapa. Dan tak lupa tetap menampilkan senyum menawannya.

Hingga tiba di sebuah perempatan. Vano berhenti ditengah jalan. Apalagi kalau bukan karena lampu lalu lintas yang berwarna merah. Vano berhenti dibarisan paling depan. Dengan sabar Vano pun menunggu, sampai lampu berganti warna hijau.

Kurang tiga detik lagi lampu akan berganti warna, dengan segera Vano menstater motornya. Dan ya, kini lampu berganti warna, Vano cepat-cepat melajukan motornya. Dan vano pun melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Meskipun sekolah masih dalam jangkau yang cukup jauh, Vano masih mengendarai motornya dengan santai. Karena kali ini, dia tak terlambat lagi. Tiba-tiba sebuah motor merah melintas disampingnya dengan sangat cepat.

TIN. TIN.

Vano yang terkejut seketika berujar, "Eh bangke bener, tuh orang. Bikin gue nyicipi diputusin pacar, aja. Shock-nya samapi ke jantung. Untung gue nggak stroke."

Dan si pengendara motor merah tetap melaju jauh didepannya Vano.

"Hem, keknya gue kenal tuh sama motor," gumam Vano.

Vano berpikir sejenak, ketika dia teringat dengan cepat Vano menambahkan gas motornya. Mengendarai motor hijaunya dengan ugal-ugalan. Hilang sudah suasana hati senangnya. Dan tak lama kemudian, Vano sampai didekat si pengendara motor merah.

"Mau lo apa, hah?" sentak Vano ke si pengendara motor merah. Si motor merah terkejut, terlihat dari kedua pupilnya yang membesar. Ya mereka berdua tidak menggunakan helm, jadi memudahkan ketika berbicara tanpa terhalangi oleh sesuatu.

"Hehehe. Ampun bos, nggak sengaja sumpah. Gue tadi ngebut takut telat."

Vano mendengus kesal, "Ngeles mulu bisanya. Awas saja sampai sekolahan, gue botakin pala lo."

"Ya, jangan dong bos. Entar gue nggak laku lagi," balas Galih, dengan sesekali melirik Vano disampingnya.

"Hah, emang lo nggak bakal lak-"

TIN!

Belum sempat Vano menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah motor hijau yang dinaiki oleh dua cowok menyusul disampingnya.

Seseorang yang membonceng dibelakang berujar, "Woy, inget. Ini masih dijalan. Kalau mau mati mending kejurang. Kasihan pengendara jalan yang lain, pasti repot kalo lo berdua mati dijalan."

Dengan cepat Vano menoleh ke si cowok yang baru saja menegurnya. Kedua matanya memicing tajam.

Dan seseorang didepan si cowok yang baru saja berbicara, terlihat mengelus-elus telinga kirinya.

"Elah Cak, woles aja kali. Nggak usah pake gas. Lo nya juga bonceng gue, kenapa lo yang ngegas sih," gerutu Kenzo.

Ya, dua cowok yang mengendarai motor hijau adalah Cakra dan Kenzo. Memang bereka berempat satu arah. Mengapa Zafran tidak terlihat? Karena Zaftan berbeda arah.

Good mood, kini berubah menjadi bad mood. Setelahnya yang dilakukan Vano hanyalah menghela napasnya dengan teratur. Dia abaikan keberadaan ketiga temannya. Saat akan tiba didepan pintu gerbang sekolah, dari kejauhan Vano melihat seseotang yang sedang duduk di jok belakang sebuah motor ninja berwarna merah.

I Love You My Pawang [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang