Dear ma'mumku. Cepet peka ya.
-Devano Matteo Adhitama-
Jam pulang sekolah telah tiba. Para murid segera bergegas keluar dari gedung sekolah. Tak terkecuali dengan Vani. Dia sekarang sedang berjalan dengan diapit oleh Adel dan Keysa. Sedangkan Rafa berjalan dibelakangnya.
Sebenarnya Vani risih jika harus diapit begini. Tapi Adel dan Keysa tetap ngotot, karena masih khawatir dengan keadaan Vani, setelah mendengar kalau Vani pingsan tadi pagi.
"Denger. Gue nggak papa. Kalian nggak usah khawatir sama gue. Lepasian tangan gue," ungkap Vani dengan berusaha melepaskan pegangan dikedua tangannya.
"Vani, nggak usah ngeyel deh. Kita cuma masih khawatir sama keadaan lo," balas Adel yang sudah seperti emak-emak yang sedang mengomel kepada anaknya.
"Beneran Adel. Gue nggak papa," tegas Vani.
"Sekali-kali nurut kenapa sih, sama kita," balas Adel final sembari memberengut. Vani yang melihatnya hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Tapi beneran, Van. Lo pulang sendiri? Mending bareng aja sama kita, iyakan Del?" kata Keysa.
Vani menengok ke arah Keysa. Temannya ini sangat menyebalkan. Dia hanya ingin pulang sendiri menggunalan bis, karena sopir rumahnya tidah bisa menjemputnya. Lagian dia sudah terbiasa dengan hal itu, pergi pulang naik bis.
"Nah iya bener tuh," balas Adel cepat.
Vani menghela napas pelan, "Gue nggak mau repoti kalian. Lagian rumah gue sama rumah kalian, beda jalur kan?"
"Iya sih, tapi kan lo sendiri masih pusing. Entar kalo lo pulang sendirian, terus tiba-tiba lo pingsan gimana?" tanya Adel yang masih ragu dengan keputusan Vani.
"Mending gini aja. Lo, pulang bareng Rafa aja," usul Keysa.
"Ogah. Dia bilang tadi ada urusan mendadak," balas Vani cepat.
Adel dan Keysa segera menengok ke arah belakang, tepatnya ke arah Rafa yang sedang terlihat bengong.
"Beneran Raf, lo nggak bisa pulang bareng Vani?" tanya Adel memelas.
"Eh. I-iya. Gue udah punya janji sama temen gue. Ya udah gue pulang dulu ya. Kalian hati-hati. Terutama elo, Van. Lo harus hati-hati. Jangan sampai pingsan di dalam bis," nasehat Rafa.
"Iya, iya bawel. Pergi aja sono," usir Vani dengan mengarahkan dagunya ke arah parkiran.
"Lo pulang sama kita aja deh. Titik nggak ada penolakan," pungkas Adel yang terlihat tak ingin Vani membantah. Vani memutar bola matanya lagi.
Tiba-tiba sebuah bis kota berhenti dihalte depan sekolah. Buru-buru Vani menarik kedua tangannya dengan cepat. Dan berlari menjauh dari kedua temannya.
"Tuh, bisnya udah ada. Gue balik dulu," pamit Vani sembari menoleh ke arah teman-temannya. Terlihat Adel yang kesal dengan menghentak-hentaakn kedua kakinya kelapangan.
"Pokoknya lo harus hati-hati. Awas aja sampai ketahuan lo pingsan di dalam bis, gue cincang lo besok!" teriak Adel. Dan Vani hanya mengangkat jempolnya sebagai balasan.
"Duh, kok gue ngerasa nggak enak gini ya, Key," adu Adel kepada Keysa yang masih setia melihat kepergian Vani keluar dari sekolah.
"Mungkin, perasaan lo aja kali. Tenang Adel, Vani pasti baik-baik aja." Keysa mencoba menenangkan Adel yang berada disampingnya.
Setelah menyebrang jalan raya, segera Vani masuk ke dalam bis kota. Didalam sana, sudah banyak sekali bangku-bangku yang terisi oleh para murid. Dan kebanyakan dari sekolah sebelah. Vani berjalan sampai di kursi kedua dari belakang. Vani memilih untuk duduk di kursi single. Hanya kursi itu yang masih kosong, yang lainnya sudah ditempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Pawang [REVISI]
Teen Fiction"Lo jangan seperti magnet. Jika menarik, ya menarik saja. Jangan menarik tapi juga menolak." -Devano Matteo Adhitama- -------------------------------- Ketua gengster The Draks yang merupakan cowok suka gombal, humoris dan tebar pesona berte...