Lo, seneng sama nggak waras emang beda tipis ya.
-Devani Puspita Jayachandra-
Vani terbangun dari tidurnya. Duduk sejenak untuk mengembalikan kesadarannya. Mengerjap-erjapkan kedua matanya dengan lucu. Setelah itu merenggangkan kedua tangannya kesamping. Melirik jam weker di atas nakas, masih jam lima. Dengan cepat Vani bangkit dari duduknya.
Keluar dari kamar, Vani langusng turun. Berniat untuk membantu bi Asih memasak. Tapi, sesampainya dilantai dasar, pemandangan diruang keluarga terasa mengganjal dipenglihatannya. Vani mendekati ruang keluarga untuk mengecek, apakah benar ada seseorang ataukah halusinasinya saja.
Dan ternyata benar. Vani tidak berhalusinasi. Orang itu memang nyata adanya. Dia sedang bermain game online di handphonenya. Tampak asyik dan tak menyadari kehadirannya Vani.
"Ehem."
Sontak orang yang sedang bermain game itu mengarahkan pandanngannya ke arah Vani. Sedikit terkejut saat mengetahui Vani berdiri dibelakangnya.
"Eh, elo Van. Udah bangun aja. Tidur lagi gih. Masih malem," ujar Vano terkekeh.
"Ayam jago aja tahu sekarang udah pagi," cibir Vani. "Ngapain lo, subuh-subuh kesini?"
Vano meletakkan handphonenya di atas meja, "Lo lupa? Kan kita mau holiday,"
Vani tampak tak acuh, "Oh ya? Kapan gue bilang mau ikut lo?"
"Lo emang nggak nge-iyain sih. Tapi kakak lo nitip lo ke gue. Berhubung, gue mau holiday jadi lo harus ikut gue holiday juga. Tapi kita berang-"
"Bentar. Gue persiapan sama mandi dulu," potong Vani kemudian naik ke lantai dua lagi untuk mandi.
"KITA HOLIDAYNYA DUA HARI. JANGAN LUPA BAWA BAJU GANTI!" teriak Vano yang masih duduk di ruang keluarga.
"IYA BAWEL! JANGAN TERIAK DIRUMAH GUE!"
Vano tertawa lepas. Vani melarangnya untuk berteriak, tapi Vani sendiri juga berteriak. Emang lucu tuh cewek, pikir Vano. Tiba-tiba handphonenya berdering, menandakan ada telepon masuk. Tertulis 'Calon Kapar' dihandphonenya. Yang kepanjangannya adalah Calon Kakak Ipar. Siapa lagi kalau bukan Gilang yang Vano maksud.
"Halo bang?" sapa Vano.
"Lo udah sampai di rumah gue kan?" tanya Gilang disebarang sana.
"Udah nih bang."
"Vani udah bangun?"
"Udah bang. Lagi mandi dia. Ada keperluan?"
Gilang menghela napasnya dengan berat. Sebenarnya Gilang tak tega meninggalkan Vani di rumah sendiri, selama dirinya camping. Jadi Gilang menitipkannya ke Vano. Tapi, Gilang masih ragu untuk menitipkan ke Vano. Bagaimanapun juga, Vano hanyalah anak remaja, yang masih terlihat kenaka-kanakan. Gilang takut jika terjadi sesuatu kepada Vani.
"Gue udah percaya sama lo. Jangan rusak kepercayaan gue. Gue tahu lo cowok baik-baik. Makanya gue nitipin Vani ke elo. Tapi, sekali lo macam-macam ke Vani, gue nggak segan-segan ngehajar lo," ujar Gilang penuh intimidasi.
"Yaelah bang. Gue juga sayang kali sama Vani. Tenang aja, gue nggak bakal macem-macem sama Vani. Tapi-"
"Tapi kenapa?" tanya Gilang tak sabaran.
"Tapi, gue bakal ngebahagiain Vani," kata Vano mantap.
Tak ada sahutan dari Gilang. Hingga sepuluh detik kudian, barulah Gilang menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Pawang [REVISI]
Teen Fiction"Lo jangan seperti magnet. Jika menarik, ya menarik saja. Jangan menarik tapi juga menolak." -Devano Matteo Adhitama- -------------------------------- Ketua gengster The Draks yang merupakan cowok suka gombal, humoris dan tebar pesona berte...