Menggila (1)

568 105 17
                                    

Lo tahu bedanya gue sama hp? Kalau hp pelengkap hidup lo. Kalau gue pelengkap hati lo.

-Devano Matteo adhitama-

Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima puluh lima menit. Dan lima menit lagi bel akan berbunyi. Vani yang biasanya sudah duduk manis di bangkunya, kini bahkan belum terlihat batang hidungnya. Adel dan Keysa tentu saja cemas. Sedari tadi ponselnya Vani tak berfungsi.

"Mana sih ini anak satu. Masih napas nggak sih?" gerutu Adel frustasi.

"Adel, kalo lo mau ngomong difilter dulu napa. Ya tentu saja Vani bernapaslah, kan Vani juga makhluk hidup. Gimana sih?" balas Keysa jengkel.

"Lo sih nggak tahu seberapa cemasnya gue. Gue itu ya kalo-"

Brak!!

Tiba-tiba sebuat tas berwarna merah maroon mendarat tepat didepannya Adel dan Keysa.

Sontak kedua kawannya ini menoleh ke sumber asalnya tas maroon itu melayang. Sontak Adel dan Keysa memasang wajah ngeri. Gimana enggak, kini Vani telah berdiri tepat disamping mereka dengan emosi yang tertahan.

"Kalian kan yang ngasih nomor gue ke cowok brengsek itu!" bentak Vani.

Adel dan Keysa yang belum pernah sekalipun melihat bagaimana Vani marah, kini malah takut setengah mati. Vani kalo sudah marah emang serem. Apalagi kalo marah terus ada golok, auto putus itu pala orang yang sudah bikin Vani emosi. Ya kira-kira segitu seremnya Vani ketika marah. Merasa tak ada balasan dari kedua temannya, Vani semakin marah.

"Ngaku nggak!" bentak Vani lagi.

"Emm. I-itu. Apa, kemarin kak Vano minta nomor lo ke kita," jawab Adel takut-takut.

"Terus kalian kasih?" tebak Vani.

"Iya," balas Keysa.

"Gara-gara kalian, semalem gue ditelpon sama itu cowok," kata Vani frustasi.

"Ya harusnya lo seneng dong. Biasanya nih ya, yang selalu minta nomornya kak Vano itu malah cewek yang duluan. Lo nih enak, udah dimintai duluan ditelopon lagi. Emang beruntung banget ya hidup lo," ujar Adel yang terlihat sangat iri.

"Beruntung dari mananya, sengsara itu adanya," balas Vani sembari mendudukan dirinya diatas bangkunya dengan kasar.

"Emang apa sih yang kak Vano omongin ke lo?" tanya Keysa yang kepo.

Dan Adel juga terlihat kepo. Jadi Adel mendekatkan wajahnya ke arah Vani.

"Tadi malem dia nembak gue," ucap Vani datar sembari mengeluarkan headphonenya.

"What!"

"Nggak usah teriak-teriak juga kali," kata Keysa sembari menjitak kepala Adel pelan.

"Ish... Apaan sih Key? Tapi seriusan, lo ditembak sama kak Vano, Van?" tanya Adel.

"Kapan gue pernah ngibul?" tanya Vani balik.

"Tapi ya itu wajar sih buat kak Vano. Kan kak Vano suka ngombalin cewek. Apalagi ceweknya cantik, kaya lo," kata Keysa.

"Terus lo jawab apa?" tanay Adel lagi.

"Ya gue tolaklah. Bisa gila gue kalo gue terima. Gue yakin kalo dia cuma iseng-iseng doang."

"Wow is emezing. Lo tolak? Emang lo cewek hebat. Tahu nggak Van, lo itu cewek pertama yang berani nolak kak Vano," ucap Adel.

"Ihhh... Serius?" tanya Keysa.

"Dua rius," balas Adel, "lo itu sakit apa gila sih, Van, cowok setampan kak Vano lo tolak? ckckck"

"Kalo hati gue nggak suka, ya gue nggak bisa maksa dong. Lagian gue juga tahu cowok kaya dia udah pasti playboy banget," kata Vani kemudian memasang headphonenya dan menidurkan kepalanya diatas lipatan tangannya.

"Eh Van, kok lo malah tidur sih?" tanya Keysa.

"Sekarang guru-guru lagi rapat," balas Vani singkat.

"Yes... Bisa streaming oppa-oppa." seru Adel dan Keysa bebarengan.

"Jangan berisik," tegur Vani.

"Siap bos," jawab Adel dan Keysa sembari memposisikan telapak tangannya diujung pelipis kanan.

"Rafa, mana?" tanya Vani kepada dua temannya.

"Dia ikut calonin dirinya jadi ketua osis," balas Adel sembari mengeluarkan laptopnya dari dalam tas.

"Oh," balas Vani kemudian meletakkan kepalanya di atas meja.

*
*
*

Di lain tempat, tepatnya di kelas 11 IPS 2 sedang berlangsung konser dadakan.

"Kau tak pernah berfikir. Apa artinya cinta ini...." nyanyi Galih sembari memegang sapu didepan kelas. Cakra yang sedang main game diponselnyapun terganggu.

"Gal, diem elah. Suara lo tuh jelek. Sadar diri dong," protes Cakra jengkel.

Tapi Galih yang notabenya mempunyai suara yang bagus, tak mengindahkan protesannya Cakra.

Bukan mau memuji suara bassnya Galih, Cakra malah lebih suka menjelek-jelekan Galih. Emang kalo temen rasa setan tuh gini. Ada temen yang baik malah dijelek-jelekin.

Sedangkan Vano sedang tidur di pojok kelas tepat disampingnya Kenzo sembari menyumbalkan earphonenya dikedua telinganya. Tiba-tiba Vano bangun dari rebahannya. Dan pergerakan Vano yang tiba-tiba membuat Kenzo terlonjak kaget.

Brak!

"Kaget anying," seru Kenzo.

"Bodoamat dah," balas Vano sembari keluar kelas.

"Mau kemana lo, Van?" tanya Cakra.

"Cari jodoh," balas Vano ketus.

"Dasar gila," ceplos Galih.

"Eh gue ikut dong Van. Gue kan belum dapet jodoh juga," seru Cakra sembari berlari menyusul Vano.

"Elah, orgilnya nambah satu," ceplos Galih. Dan tiba-tiba Kenzo dan Zafran ikut keluar kelas.

"Eh eh eh. Kalian berdua mau kemana?"

"Cari jodoh," balas Kenzo dan Zafran bebarengan. Meninggalkan Galih yang masih terpaku ditempatnya berdiri.

"Elah gini amat punya temen nggak waras semua." monolog Galih pada diri sendiri, "Eh tungguin gue woy," seru Galih kemudian menyusul keempat temenanya.

I Love You My Pawang [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang