Alvin nampak sibuk membereskan pakaiannya. Usai mengganti pakaian, ia segera menyambar tasnya lalu kemudian keluar dan mengunci pintu kamar. Dia menghampiri Jefri yang sedang duduk sambil minum sebuah minuman dalam cup.
"Sori bro, nungguin lama. Langsung aja kita berangkat," ucap Alvin.
"Lo yakin, Vin? Gue takut ada apa-apa," Jefri memastikan.
"Udah pokoknya, cepetan," jawab Alvin sambil menarik tangan Jefri. Mereka pun berjalan keluar dari komplek indekos mereka menuju jalan raya. Sampai disana, mereka menaiki sebuah mobil umum.
Memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan, mereka telah sampai di tempat tujuan. Alvin membuka HP-nya dan melihat beberapa pesan yang belum ia baca.
Lu jalan dari taman kota, ntar ada gang yang lumayan gede pas di belakang taman kota. Lu tinggal masuk, temuin gue secepatnya. Buktiin kalo emang lo punya nyali
"Ada pesan lagi?" Jefri bertanya. Alvin mengangguk.
Mereka segera berjalan menuju tempat yang diperintahkan lewat pesan. Tempatnya tidak sulit untuk diakses oleh mereka. Ketika sudah sampai disana, tiga orang siswa berseragam sekolah sudah menunggu diatas motor mereka masing-masing. Dengan memasang tampang yang menyeramkan dan postur tubuh yang gagah membuat Alvin dan Jefri cukup merasakan ketakutan.
"Akhirnya kalian datang juga, dua makhluk cupu," Rifki turun dari motornya, disusul oleh kedua temannya.
"Apa mau kalian?" Alvin memberanikan diri untuk bertanya.
"Mau kita apa? Sebenernya ini kemauan gue, gue minta lo jauhin Indah. Gue tahu, lo pasti ceweknya Indah kan?" jawab Rifki.
"Udah lah, tinggal lo putusin cewek lo, apa susahnya?" salah satu temannya menyambung.
"Bang, lo gak ada hak buat ngatur hubungan gue. Lagian, cinta itu datangnya enggak dipaksa. Seandainya gue mutusin Indah, abang gak bisa maksa Indah buat suka sama abang," ujar Alvin.
"Ah banyak omong lu bocah!" salah satu teman Rifki menyambung.
"Mending gini aja, sekarang lo berdua lawan kita bertiga. Kalo gue menang, lo harus tinggalin Indah, putusin dia, jauhin dia, dan jangan pernah hubungi dia. Kalo semisalnya lo yang menang, lo bebas ambil Indah, dan gue gak akan ganggu hubungan kalian lagi," ucap Rifki.
"Gak bisa gitu bang, Indah bukan barang taruhan. Kalo emang abang suka ama Indah, abang tinggal ngomong, ngungkapin. Jikalau Indah menerimanya, gue siap mundur bang," Alvin menjawab tantangan Indah. "Inget bang, Indah tuh cewek. Harus dihormati, jangan dijadiin barang taruhan. Kalo suka ngomong, kalo ditolak ya resiko, karena gak semua wanita bisa mengiyakan semua jawaban pria."
"Udah hantam aja Rif, ngelunjak ini bocah," ujar teman Rifki.
Akhirnya perkelahian tak bisa dihentikan, hingga akhirnya Indah dan Kiki muncul untuk melerai mereka.
:'(
"Gitu ceritanya ....," Jefri menyudahi cerita panjang lebar-nya.
"Jadi lo berdua berangkat siang-siang dari sana? Emang kalian gak sekolah ya?" Indah bertanya.
"Kebetulan jampel siangnya kosong. Jadi kami berdua pulang duluan. Kami kan sekelas," jawab Jefri.
"Oh ya, emang selama ini Alvin tinggal dimana?" Indah bertanya kembali.
"Semenjak kedua orangtuanya harus pindah ke Sumatra, dia jadi indekos bareng gue. Pas gue tanya sih, katanya ada pekerjaan penting, gitu," jawab Jefri. Indah ber-oh.
"Sekarang kalian pulang kemana?" Kiki turut bertanya.
"Gue asli sini, makannya Alvin ngajak gue. Rumah gue gak jauh dari taman kota. Mungkin Alvin bakal gue bawa pulang ke rumah gue," jawab Jefri. "Lo berdua tenang aja. Gue udah telepon papa gue buat jemput disini."
![](https://img.wattpad.com/cover/221840120-288-k400043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...