Jika kau percaya sesuatu ada asal muasalnya, maka hubungan juga mempunyai sejarahnya
Kau tahu, merintis sebuah hubungan adalah hal yang harus diperjuangkan. Sesulit apapun itu, sebuah hubungan harus dipertahankan hingga timbul rasa bahagia. Saling percaya satu sama lain, tidak menyembunyikan rahasia sedikitpun, dan menjaga komitmen dengan baik. Semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata.
Indah membuka album kenangan dan buku hariannya yang masih tersimpan dengan rapi. Hubungan yang ia perjuangkan bersama tinggal debu-debu yang masih membekas di dalam hati. Serpihan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Sekian lama, mempertahankan, memperjuangkan, hingga akhirnya ada rasa nyaman harus berakhir begitu saja. Alasan yang tidak jelas membuat Indah cukup kecewa. Air matanya mengalir. Sebenarnya dia tak ingin menyiksa diri dengan meratapi hal yang sudah lalu. Memikirkan dia yang sudah jauh disana hanya membuat dirinya semakin terpuruk. Namun apa daya, semua kenangan sulit hilang dari pikirannya. Dia terus memutar memori tentang dia.
:'(
Indah terjebak di depan kelas. Hujan deras mengguyur kota. Kurang lebih setengah jam Indah menunggu hujan reda, tepat setelah bel pulang berbunyi. Teman-temannya satu persatu meninggalkannya, mereka bisa pulang dengan aman. Ada yang membawa payung, ada juga yang mendapatkan jemputan.
Bosan, jenuh, menyebalkan yang Indah rasakan. Kalau tadi dia membawa payung atau jas hujan dari rumah, dia pasti sudah bisa pulang. Sekarang percuma jika Indah harus berlari, jarak kelas dengan gerbang sekolah cukup jauh, harus melintasi 2 lapangan baru sampai.
"Nasib ... nasib ...," gumamnya.
"Uy Indah!" suara teriakan membuat Indah terkejut. Dia mencari sumber suara tersebut. Seorang teman laki-lakinya berteriak ditengah suasana hujan. Dirinya dan dua orang temannya yang tengah mengenakan jas hujan dengan santainya berjalan pulang. "Lu belum pulang?"
"Mau pulang gimana, gue gak bawa payung! Entar paling nungguin hujannya reda," jawab Indah.
"Ya udah gue pulang duluan!" teriaknya kembali. Indah hanya mengangguk.
Indah kembali dikecewakan dengan hujan yang bertambah deras. Air hujan pun turut membasahi teras kelas. Tak mau basah, dia akhirnya masuk ke dalam kelas, disana masih ada beberapa temannya yang sedang asik ngobrol.
"Eh Indah, dikira udah pulang," ucap salah satu temannya.
"Belum, nungguin hujan reda," jawab Indah. Dia duduk di kursi kosong dekat pintu kelas.
"Mau gabung gak? Ayo ngobrol," ajak mereka. Indah menggeleng.
"Gosip mulu ah, males," jawab Indah dengan nada bercanda. Mereka hanya tertawa kecil.
"Tau aja kalo kita lagi gosip!"
"Kalian kan bigos kelas," jawab Indah santai.
Tak lama, seseorang masuk ke kelas dan membuat seisi kelas terkejut.
"Ada Indah?" tanya Alvin, seorang siswa dari kelas tetangga yang masuk secara tiba-tiba.
"Uy, ada apa?" Indah menjawab.
"Oh disini rupanya," jawab Alvin. "Ini, payung dari Ibra. Dia udah pake jas hujan."
"Tumben dia baik, kenapa gak kasih dari tadi?" tanya Indah sambil menerima payung yang diberikan Alvin.
"Mana gue tahu, tadi kita berhenti dulu di depan koperasi, terus dia buka tas dan ada payung. Dia nyuruh gue kasihin ke lo. Katanya, sesama ce-es," jawab Alvin. Indah hanya menggeleng.
"Ya udah, bilang makasih ya. Gue pake payungnya," ucap Indah. Alvin hanya mengangguk lalu pergi.
"Eh para bigos, gue pulang dulu ya! Awas jangan sampe kebablasan," Indah berpamitan pada teman-temannya. Mereka hanya mengangguk dan berdadah pada Indah.
Indah keluar kelas dengan rasa lega. Hujannya cukup reda dan ia mempunyai payung untuk pulang dengan aman. Dia berjalan meninggalkan kelas.
"Beruntung gua punya ce-es kayak lu," gumam Indah dalam hati.
:'(
Sampai di rumah, Indah segera mandi dan berganti pakaian. Setelah rapi dan bersih, dia merapikan buku-bukunya. Meja belajarnya yang penuh dengan buku tak membuat Indah merasa risih. Selain menyimpan buku-buku pelajaran sekolah, dia juga mengoleksi buku-buku novel dan komik. Di meja belajarnya juga terpajang foto-fotonya bersama teman-temannya dan rekan organisasinya di sekolah.
Indah terpilih menjadi pengurus OSIS selama 2 tahun. Dia juga aktif di beberapa organisasi lainnya. Sebagai orang yang aktif dan gaul, Indah dikenal banyak siswa di sekolahnya. Sekarang Indah berada pada masa tenggang. Dia tidak lagi berkecamuk dengan kegiatan organisasi. Kelas akhir, harus fokus belajar karena ujian-ujian sudah menanti di semester depan.
Diantara rekan pengurus OSIS pada zamannya, ada seseorang yang Indah begitu kagumi. Rapi, disiplin, cakep, membuat Indah menyimpan perasaan padanya. Percayalah, bukan hanya Indah yang menyukainya, beberapa teman-teman sekelasnya pun ada yang diam-diam suka. Entah di kelas lain. Aura yang dia miliki dengan mudah memikat para siswi di sekolah.
Oke, balik lagi ke cerita.
"Indah, ayo makan!" Ibunya berteriak dari bawah. Indah segera keluar dari kamar menuju ruang makan.
"Iya Bu," jawabnya.
Sesudah mengambil nasi dan lauknya, Indah segera makan. Dia menikmati hidangan makan sore ini. Sejak tadi siang perutnya memang belum diisi. Tugas yang harus dikerjakan dengan kebut dan uang saku yang lupa dibawa adalah alasan Indah tadi siang tidak jajan ke kantin.
"Pelan-pelan makannya, kamu tuh cewek," Ibu menegur.
"Lapar, Bu ..."
Ibu hanya menggeleng.
"Oh ya, gimana persiapan ujian kamu? Kalau gak salah dua minggu lagi ulangan semester ya?"
"Iya Bu," jawab Indah. "Belajar selalu, Bu. Doain aja semoga hasilnya bagus, buat masuk SMA favorit."
"Udah ada rencana mau SMA dimana? Kemarin-kemarin Ibu dan Ayah nanya kamu bilang belum dipikirin. Sekarang udah ada?"
"Belum sih, Bu. Masih mikir. Ya kan kalau nilainya bagus kan enak, mau masuk manapun gampang," jawab Indah.
"Jangan kelamaan mikirnya, harus cepet," ucap Ibu. Indah hanya mengangguk.
Setelah selesai makan, Indah masuk kembali ke kamar. Aktivitasnya sekarang adalah membaca novel. Sebuah novel romansa belum ia selesaikan. Kelanjutan ceritanya membuat Indah penasaran.
<<< LANJUT KE PART 2 >>
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...