Hujan turun membasahi bumi tak henti-hentinya. Indah merasa cemas. Pasalnya, hari ini dia akan bertemu Alvin, sesuai rencana setelah kelulusan mereka. Kecemasannya bertambah saat Alvin sulit untuk dihubungi. Indah yang sudah rapi akan berangkat tak mau dimakan kekecewaan.
Berulang kali dia menghubungi Alvin lewat sambungan telepon. Akhirnya, setelah berusaha untuk terus memanggil, Alvin pun mengangkatnya. Senyuman terhias di bibir Indah.
"Halo Vin, gimana hari ini?"
"Gue udah di kafe, Ndah."
"Lah, terus gue gimana dong? Gue udah rapi tinggal berangkat. Cuman gue kejebak hujan,"
"Gue kesana ya, gue jemput."
"Lo bawa motor?"
"Iya, gue kesana ya."
"Hujan, Vin. Ntar basah ..."
"Gak terlalu gede kok. Gue juga bawa jas hujan dua buat lo."
"Makasih Vin, gak ngerepotin nih??" tanya Indah.
"Apa sih yang enggak buat lo. Udah pokoknya lo tungguin gue ya."
"Oke Vin, makasih banyak."
"Sama-sama."
Sambungan telepon terputus. Indah keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu. Rumahnya sepi, Ibu tengah mengantar Ayah mengikuti seminar diluar kota.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Indah segera beranjak dari kursi dan membukakan pintu rumahnya. Seseorang yang dinanti tiba, Alvin datang dengan mengenakan jas hujan.
"Alvin, akhirnya lo dateng," ucap Indah.
"Nih, jas hujan buat lo. Cepetan pake, gak enak ninggalin pesenan kafe lama-lama," jawab Alvin. Indah mengangguk sambil tersenyum. Dia menerima jas hujan pemberian pacarnya tersebut.
Setelah terpasang di tubuhnya, Alvin dan Indah langsung berangkat menuju Kafe Andalusia. Hujan turun tidak terlalu deras.
"Maaf ya, harus hujan-hujanan," ucap Alvin.
"Gapapa Vin," jawab Indah. "Gue suka, ada kesan tersendiri gitu ..."
"Hujan selalu menciptakan kenangan," ujar Alvin.
Alvin berkendara dengan kecepatan standar, menyusuri jalanan kota, ditemani air hujan yang mengguyur dirinya dan Indah. Tak lama kemudian, mereka sampai di Kafe Andalusia.
"Akhirnya sampe juga," Alvin menyimpan helmnya di spion motor. Dia dan Indah segera berlari menuju kafe. Sebelum masuk, mereka melepas jas hujan mereka terlebih dahulu.
Alvin menarik tangan Indah menuju kursi nomor 10 yang sudah dipesan. Tak lama, dua kopi capucino hangat disajikan oleh pramusaji.
"Makasih mas, maaf ditinggal lama," ucap Alvin.
"Sama-sama, silakan dinikmati," jawab pramusaji tersebut.
"Kesukaan nih, hujan-hujan gini minum capucino," Rei menyeruput kopi hangatnya.
"Lo suka kan?" tanya Alvin.
"Sukaaa banget," jawab Indah. Alvin tersenyum.
"Oh ya Vin, lo pake motor siapa? Abis beli motor baru ya?" Indah bertanya.
"Bukan, emm ... Paman gue kemarin pulang ke indekos gue, bawa motor. Jadi gue pinjem deh," papar Alvin.
"Oh ... Gitu ya," ujar Indah. "Jarang-jarang banget jalan sama lo, Vin. Gue kangen."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Jugendliteratur[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...