Jefri membuka pintu kamar Alvin. Dia melihat Alvin sedang duduk di meja belajarnya sambil membaca buku. Alvin sempat terkejut atas kedatangan Jefri. Bukan yang pertama kalinya, Jefri suka mengunjungi kamar Alvin di waktu malam seperti ini, sekedar ikut berbaring diatas tempat tidur Alvin.
"Vin, akhir-akhir ini gue sering liat lo deket banget ama si Audi," ujar Jefri. "Coba bayangin kalo Audi itu Indah."
"Ya mau gimana lagi, gue harus ngejalanin kenyataan ini. Tapi ini cuman sementara, kok," jawab Alvin. "Lagian gue gak mau lama-lama deket ama Audi."
"Kenapa dari dulu lo enggak satu sekolah aja ama Indah. Kan lebih enak, sering ketemu, sering berdua, dan gak banyak masalah kayak gini. Dikit-dikit orang ketiga, dikit-dikit salah paham. Tapi gue salut sama si Indah, orangnya sabaran banget. Untung lo jujur, bukan cowok nakal," Jefri bertanya sambil memaparkan patah demi patah opininya.
"Gue dibawa sama orangtua gue kesini. Lo tahu kan, awal masuk gue masih di rumah. Namun beberapa minggu kemudian, orangtua gue dipanggil kerja lintas pulau. Daripada pindah sekolah, ya udah gue mending indekos aja. Untung ada lo yang nunjukkin semuanya hingga gue sekarang hidup sama lo," jawab Alvin. Matanya masih terfokus pada buku yang ia baca.
"Lo gak ada keluarga disini?" tanya Jefri. Alvin menggeleng.
"Skenario Tuhan memang paling baik," ucap Jefri.
"Oh ya Vin, gue ngerasa kalo si Audi tuh suka sama lo. Kayaknya dia naruh perasaan dan harapan ke lo," lanjutnya.
"Biarin lah, gak akan gue tanggepin ini," jawab Alvin.
"Setidaknya lo kasih penjelasan ke dia, kalo lo udah punya pacar," ucap Jefri.
"Gue udah ngomong berkali-kali, dia juga udah tahu kan namanya Indah dari buku gue. Tapi tetep aja, gue dikejer-kejer kayak maling ..."
"Semoga dia gak jadi perusak hubungan lo ya, Vin," ujar Jefri.
Tiba-tiba, suara ketukan pintu membuat mereka berdua mematung. Alvin melirik jam dindingnya.
"Jam tujuh, siapa yang datang?" tanyanya. Jefri menggeleng.
"Biar gue buka," ujar Alvin. Dia bangkit dari tempat duduknya dan membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, seorang wanita langsung memeluk Alvin dengan erat. Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Audi.
"Audi? Ngapain dia malem-malem datang kesini?" Jefri bergumam.
"Eh eh ... ada apa ini?" Alvin mencoba melepas pelukan Audi.
Audi mendorong Alvin lalu menutup pintu kamar kosnya. Alvin berusaha menghindari Audi yang ternyata berjalan sempoyongan. Jefri membantu mereka, dia mengajak Audi untuk duduk dan menenangkan diri. Matanya sayu, tubuhnya lemas. Alvin dan Jefri saling bertatapan.
"Kok lo bisa disini sih?" Alvin bertanya.
"A ... aku pusing," jawab Audi.
"Mulutnya bau alkohol," ucap Jefri pelan pada Alvin. Alvin terkejut.
"Mabuk?"
"Lo abis darimana, Di?" Alvin bertanya.
"Mending lo ambilin air minum buat dia, siapa tahu dia bisa lebih tenang," ujar Jefri yang masih menahan Audi agar tetap duduk. Alvin berlari mengambil air dan memberikannya pada Audi. Audi pun meminumnya.
"Lo abis darimana? Kenapa lo bisa ada disini?" Alvin bertanya lagi.
"Ta ... tadi gue ... gue icip-icip," ujar Audi dengan lemas. Lalu tiba-tiba dia tertawa kecil.
"Mabuk, Vin. Dia abis mabuk," ucap Jefri.
"Gimana ini, kalo sampe ibu kos tahu ada cewek masuk malem-malem, bisa gawat kita," Alvin mulai cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...