Malam minggu, diluar hujan deras. Indah berada di rumah Kiki. Keinginannya untuk menginap baru terealisasikan sekarang. Tujuan utamanya satu, Indah ingin meminta lagu-lagu favoritnya yang Kiki punya di laptopnya. Namun mereka malah sibuk memainkan HP-nya masing-masing sambil berbaring diatas tempat tidur.
Kiki menyimpan banyak lagu pop yang Indah suka. Karena keterbatasan penyimpanan di dalam HP, jadi Kiki simpan semuanya di laptop. Pernah suatu ketika Kiki menceritakan perihal koleksi lagu-lagunya tersebut pada Indah, dan Indah tertarik. Maka dari itu, Kiki mengajak Indah untuk menginap saja di rumahnya.
"Ndah, kapan mau transfer lagunya?" Kiki bertanya. Indah yang sedang asyik bermain HP sambil tertawa sendiri tak menggubris pertanyaan Kiki.
"Indah!" Kiki memanggilnya dengan keras.
"Eh iya," jawab Indah. Dia melempar pandangan pada Kiki.
"Kapan mau transfer lagu?" Kiki mengulang pertanyaannya.
"Boleh, sekarang," jawab Indah.
"Lagian lo asik main HP, chattingan sama si Alvin sampe ngacangin gue," Kiki mengomel.
"Mana ada, daritadi gue stalk facebook orang," bantah Indah. "Lo tahu kan, Alvin jarang aktif sekarang."
"Haha sedih banget sih, biasanya malam minggu bareng Alvin. Sekarang ketawa sendiri kayak orang gila, hahaha ...," Kiki meledek. "Udah lah, ayo ke meja belajar gue!"
Kiki dan Indah beranjak dari tempat tidur menuju meja belajar. Akan tetapi, di perjalanan, HP Indah berbunyi. Suara panggilan masuk dari seseorang yang membuat Indah terkejut.
"Gue angkat telepon dulu," ujar Indah. Kiki mengangguk.
Indah berjalan kembali ke tempat tidur Kiki, sementara itu Kiki terus berjalan menuju meja belajarnya, membuka laptopnya dan mempersiapkan beberapa kabel untuk melakukan transfer lagu.
"Halo, ada apa ya?"
"Sesuatu yang harus lo tahu malam ini."
"Apaan?"
Indah mendengarkan dengan jelas suara dari balik telepon. Suara tersebut membuat Indah terdiam. Suara tersebut juga membuat Indah tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Air matanya menetes perlahan, pandangannya tertunduk.
"Lo yakin atas semua omongan lo?" Indah memasatikan.
"Gue yakin. Semuanya gue serahin ke lo."
Sambungan telepon terputus. Indah mematikan HP-nya. Dia berjalan perlahan sambil menangis menghampiri Kiki. Kiki yang sedang fokus pada laptop-nya sampai terkejut.
"Lo kenapa Ndah?" tanya Kiki. Indah tak menjawab.
"Indah, lo kenapa? Apa yang terjadi?!" Kiki panik. Dia menggenggam erat kedua tangan Indah. Namun Indah menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Mending lo duduk, dan tenangin diri lo," Kiki merangkul Indah ke tempat tidurnya.
Indah duduk melamun dengan air mata yang terus mengalir. Sementara Kiki mencoba menghiburnya agar Indah mau bicara dan menceritakan apa yang terjadi.
"Indah, ayo cerita, ada apa ..."
Kiki terus memaksa Indah dengan perlahan. Akhirnya, Indah pun angkat bicara. Sambil menyeka air matanya, dia mengungkapkan semua isi hatinya, kabar buruk yang dia terima lewat telepon barusan.
"Tadi Jefri nelpon gue," ujar Indah.
"Terus, kenapa?" Kiki bertanya.
"Dia bilang, kalau semakin hari, dia menyaksikan kedekatan Alvin dengan Audi."
"Kedekatannya bukan kedekatan biasa. Jika dahulu Alvin menolak apabila Audi mendekatinya, namun sekarang dengan mudah Alvin menerimanya."
"Hampir setiap hari mereka pulang sekolah berdua, nongkrong berdua, dan tertawa bersama, layaknya mendapatkan kebahagiaan yang hanya dirasakan oleh mereka saja."
"Jika ditanya perihal hubungannya dengan gue, Alvin selalu bersikeras tak ingin membahasnya. Dia selalu beralasan kalau dia sibuk, dia lelah, dia capek, dan beberapa alasan lain sehingga Jefri tak bisa mengganggunya."
"Akhirnya, Jefri memutuskan untuk memata-matai Alvin saja, dan seringkali mendapati Alvin dan Audi selalu berdua."
"Mungkin pada awalnya dia mengira kalau kedekatan Alvin dengan Audi hanya sebatas rekan lomba saja, yang menghabiskan waktu latihan dan belajar bersama. Namun, kedekatan itu lambat laun menjadi berbeda. Apa mungkin tumbuh perasaan baru di hati Alvin? Jefri tidak tahu, Alvin tak pernah memberikan alasan dan kepastian yang jelas. Dia memilih bungkam."
Kiki menyimak pembicaraan Indah. Dia juga merasakan kesedihan yang sama halnya dirasakan oleh Indah.
"Lalu, apa lo tahu kenapa Alvin jarang ngehubungin lo?" Kiki bertanya.
"Jefri gak ngomong sama sekali perihal itu. Dan gue gak sempet nanya," jawab Indah. "Lo bisa ngerasain sendiri kan, gue susah ngomong saat Jefri nyeritain semuanya ke gue."
"Gue bener-bener speechless," lanjut Indah.
"Lo yakin Alvin sama Audi ada hubungan?" tanya Kiki.
"Gue gak tahu, gue gak mau asal nuduh, gue mau Alvin ngejelasin semuanya!" jawab Indah.
"Lo yang sabar ya, bisa jadi si Jefri salah paham," ucap Kiki sambil merangkul Indah.
"Gue bakalan tunggu Alvin aktif, lalu gue minta penjelasannya," ujar Indah. "Gue gak mau hubungan gue berakhir diatas omongan orang lain."
Kiki memeluk Indah erat.
"Lo harus kuat."
<<< LANJUT KE PART 17 >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...