Part 26

68 12 1
                                    

Tak terasa, Indah sudah berada di ujung halaman buku diary-nya. Habis semua cerita tentang kehidupan masa lalunya, kehidupan masa mudanya, sewaktu masih duduk di bangku SMP, SMA, hingga lulus kuliah.

Diary berwarna merah kesayangannya, menjadi saksi kisah nyata kehidupan Indah. Perjuangan, manis pahit kisah cintanya terekam jelas di dalam buku tersebut. Indah yang membacanya dari awal hingga akhir hanya bisa terdiam sambil meneteskan air mata.

:'(

Setelah beberapa hari lulus kuliah, Indah kembali pulang ke rumahnya. Hari-harinya disibukkan dengan mengisi majalah alumni kampusnya. Dia berpartisipasi untuk mengirimkan karya puisinya ke majalah tersebut.

Sementara itu, Kiki sedang sibuk mempersiapkan tawaran pekerjaan yang ia dapatkan. Sebuah yayasan pendidikan ternama mengundangnya untuk bergabung menjadi tim bimbingan konseling. Indah turut bahagia atas kesuksesan sahabatnya tersebut.

Komunikasi dengan teman dan sahabatnya di SMP atau SMA tidak terputus begitu saja. Via, sahabatnya di SMP, dia sudah bekerja di sebuah perusahaan. Bahkan wacananya, beberapa bulan kedepan dia akan melepas status "lajang"-nya. Ibra, yang merupakan ce-es Indah juga nampaknya sedang sibuk mencari pekerjaan.

Banyak perubahan diantara mereka semua. Indah dapat melihatnya dengan jelas. Lain halnya dengan Alvin. Terakhir, Alvin menghubunginya saat meminta menyimpan nomor WA-nya. Mereka berada dalam satu grup alumni SMP. Setelah itu, lost contact, tak pernah berhubungan lagi.

Indah menilai, sejak lulus SMA Alvin menjadi tertutup. Tak pernah terlihat postingannya di facebook, tak pernah terlihat memublikasikan status di WA. Karena penasaran, Indah sempat tanya hal ini pada Jefri, sahabat Alvin.  Jefri juga akhir-akhir ini jarang berkomunikasi dengan Alvin. Dan Alvin tidak pernah bercerita kalau dia privasikan statusnya pada Indah.

Indah belajar untuk melupakan, walau terkadang ada saja rasa penasaran yang hadir. Saat Alvin hanya menjadi pemirsa di status WA-nya, Indah langsung mencari tahu, walau jawaban akhirnya tidak memuaskan.

Saat sedang makan malam, Indah dan kedua orangtuanya menyempatkan untuk mengobrol mengenai beberapa hal yang cukup penting.

"Indah, Ayah punya temen. Beliau tahu kalau kamu lulusan psikologi. Dan beliau menawarkan pada Ayah, supaya kamu bisa kerja di tempatnya, menjadi konselor perusahaan. Itu pun jika kamu mau," Ayah membuka obrolan.  "Tempat kerjanya juga deket dengan Ayah."

"Mmm... Indah gak tahu yah," jawab Indah.

"Kok gak tahu?" tanya Ayah.

"Indah coba pikir-pikir lagi."

"Indah enggak kepikiran buat kuliah lagi?" Ibu tiba-tiba bertanya. "Jika belum siap untuk bekerja, kenapa tidak untuk melanjutkan kembali pendidikan?"

"Indah juga harus berfikir lagi," ujar Indah.

"Apa Indah udah kebelet nikah?" Ibu dengan lancarnya kembali bertanya.

"Betul apa yang dikatakan Ibumu?" Ayah ikut bertanya dengan nada terkejut.

"Enggak, yah, bu, Indah hanya ingin berfikir aja gimana kedepannya, gak bisa jawab sekarang," jawab Indah.

"Kita tunggu keputusan kamu, sayang," ucap Ibu. Indah mengangguk.

"Kalo kamu siap kerja, Ayah akan bantu. Kalo kamu siap kuliah lagi, Ayah juga akan bantu," tukas Ayah.

"Kalo siap nikah?" Ibu bertanya.

"Ayah juga bantu," jawab Ayah. "Tapi, kayaknya masih jauh, ya. Emang udah ada jodohnya?"

"Udah deh yah, bu, jangan ngomongin itu...  Kayak gak ada topik lain apa?" Indah mulai kesal.

ABOUT YOU (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang