"Yang ini bener rumahnya?" Kiki bertanya pada Indah saat mereka berdua sudah sampai di depan sebuah rumah yang terhalang oleh gerbang besi bercat hijau.
"Kalo dari alamatnya sih iya, coba aja. Kalo salah ya tinggal tanyain rumah Jefri dimana. Pasti orang sekitaran sini tahu lah," jawab Indah.
"Ya udah, cepetan," ujar Kiki. Indah mengangguk.
"Assalamualaikum!"
Belum ada balasan dari seisi rumah.
"Kurang kenceng, Ndah," celoteh Kiki. "Lebih keras!"
"Assalamualaikum ...!" Indah menambah volume suaranya.
"Waalaikumussalam," terdengar suara jawaban dari dalam rumah. Akhirnya, seorang remaja perempuan membukakan pintu gerbang.
"Lah kukira paket," ucap remaja tersebut. "Mau ketemu siapa ya?"
"Mmm ... kami mau ketemu Jefri. Ada?" tanya Indah.
"Oh, ada di dalem. Masuk aja," jawab remaja tersebut sambil memperkenankan Indah dan Kiki masuk.
"Bang! Ada dua cewek nih nyariin abang!" sang remaja berteriak dengan sangat kerasnya.
"Kalo mau ketemu abang, suruh ke kamar!" suara Jefri terdengar membalas teriakan tersebut.
"Noh, tinggal jalan dikit ke atas. Terus gak jauh dari tangga ada kamar, yang pintunya ada stiker spiderman nya," ucap remaja tersebut. Indah dan Kiki masih kikuk dibuatnya.
"Oh, mau aku anterin?"
"Enggak usah, kita aja kesana berdua," jawab Kiki.
"Oke, bagus," ujarnya. Indah dan Kiki langsung berjalan menuju jalan yang sudah ditunjukkan. Sementara itu, remaja tadi asyik berbaring diatas sofa sambil membaca majalah.
Sampai di kamar, Indah dan Kiki disambut hangat oleh Jefri. Alvin yang masih terbaring hanya bisa tersenyum menyambut kedatangan mereka. Mereka tenggelam dalam suasana asyik mengobrol, menceritakan apa yang sudah terjadi versi mereka.
"Tahu gak, Vin. Gue khawatir banget perihal lo. Lagian lo ngapain ngikutin omongan mereka. Jauh-jauh lo kesini cuman buat berantem," ucap Indah. "Tapi sekarang lo gak papa kan?"
"Udah lah, lupain aja, gue gak mau ngungkit-ngungkit lagi. Mmm ... sekarang udah baikan, kok. Kemaren cuman pingsan doang, sih. Gak ada luka berat sama sekali," jawab Alvin.
"Lain kali kalo ada apa-apa ngomong, jangan dilawan sendiri, kan gini jadinya," Indah mencibir. Alvin hanya tersenyum.
"Oh ya Jef, lo gak kenapa-napa juga?" Indah melemparkan pertanyaan pada Jefri.
"Enggak, gue sehat-sehat aja kok," jawab Jefri sambil tersenyum.
"Jef, cewek yang di depan adik lo?" Indah bertanya.
"Oh, iya. Itu adek gue," jawab Jefri.
"Bawel amat," Kiki berkomentar. Semuanya tertawa.
"Ya emang kek gitu orangnya ...," jawab Jefri.
"Eh kalo gue boleh tahu, akun misterius itu punya mereka bertiga, Ndah?" tanya Alvin.
"Enggak sih, punya si ketua geng-nya. Namanya Rifki, kelas 12," jawab Indah. "Dah lah, lo jangan bahas orang itu lagi, gue gak kuat, gedek banget."
"Rencananya kapan kalian pulang?" tanya Kiki.
"Nanti sore," jawab Jefri. "Yee dadah ..."
Semuanya tertawa, hingga tak terasa waktu telah lama dilewati. Kini saatnya Indah dan Kiki harus pulang kembali ke rumah mereka masing-masing.
"Nih, ada makanan buat kalian berdua. Dimakan ya!" ucap Indah sebelum pulang.
"Makasih, kamu emang terbaik, Ndah," jawab Alvin.
"Ekhem ...," Kiki menggoda.
"Apaan sih Ki ... udah deh, kita mau pulang. Kalian juga yang mau balik, hati-hati," ujar Indah. Alvin dan Jefri mengangguk. Setelah itu Indah dan Kiki keluar dari kamar dan berpamitan pulang.
"Udah selesai reuninya?" pertanyaan tersebut dilontarkan oleh adiknya Jefri. Indah dan Kiki tercengang.
"Reuni apaan? Kita cuman abis temu kangen doang," jawab Indah.
"Oh gitu ya. Udah mau pulang?" tanyanya. Indah dan Kiki mengangguk serempak.
"Hati-hati di jalan, ya. Selamat sampe tujuan."
:'(
Walaupun LDR, hubungan Indah dan Alvin tetaplah harmonis. Dengan saling mempercayakan dan saling mendukung, semuanya terasa lebih mudah. Mungkin pertemuan mereka hanyalah kejadian pahit beberapa waktu yang lalu, saat Alvin harus terkujur lemah melawan tiga orang kakak kelas Indah, yang berusaha menghancurkan hubungan mereka. Namun hingga saat ini, Indah belum bertemu lagi dengan Alvin.
Suatu malam, Indah mendapat notifikasi masuk dari facebook. Sebuah akun menandai akun milik Alvin dalam suatu postingan. Foto Alvin bersama seorang wanita membuat Indah cukup terkejut. Dalam foto tersebut Alvin sedang berpose tersenyum bersama seorang wanita di sampingnya.
Audi Renata G bersama Alvin Arz
Thanks for time :) Makasih juga buat jaketnya, lucu banget :) Jangan bosen-bosen ya ;)
<<<PICTURE>>>
Tanpa basa-basi lagi, Indah mencaritahu akun bernama Audi tersebut. Dihantui rasa penasaran, dia stalk akun tersebut sampai habis. Ternyata bukan hanya itu saja. Dalam beberapa kiriman sebelumnya, ada beberapa cuplikan video berdurasi pendek yang disana terdapat Alvin sedang tertawa. Suasananya ramai, video tersebut sepertinya diambil di dalam ruang kelas.
Tidak ada kiriman lain mengenai Alvin setelah video tersebut. Indah berusaha untuk berfikir positif kalau orang itu hanyalah teman sekelas Alvin. Mungkin ada suatu hal yang harus menyebabkan mereka bersama. Belajar kelompok misalnya. Indah tidak mau menuduh hal yang tidak ada buktinya sama sekali.
Beberapa hari kemudian, akun tersebut kembali memposting sebuah video dengan menandai Alvin. Video yang berdurasi kurang lebih 1 menit berisi tentang pemilik akun dan Alvin yang tengah jalan kaki berdua.
Audi Renata G bersama Alvin Arz
<Video>
"Hai teman-teman! Kali ini gue lagi jalan bareng ama seseorang yang sangat spesial nih, udah ganteng, kece, pinter lagi. Ceritanya kita baru aja pulang sekolah. Oh ya, dia juga orangnya baik banget ... bla ... bla ... bla ....
</Video>
Tak terasa, air mata Indah menetes. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Antara sedih, tak percaya, dan berusaha untuk berfikir positif. Apa yang sebenarnya terjadi, apa yang Alvin lakukan disana? Sejak kemarin, akun Alvin juga sulit untuk dihubungi. Beberapa pesan Indah belum terbalaskan.
Cobaan apa lagi ini? Indah membatin.
Indah merasa lemah, tak kuat untuk berfikir positif lebih lama lagi. Ada perempuan baru kah? Kenapa Alvin sulit untuk dihubungi? Kacau, Indah sedang kacau.
<< LANJUT KE PART 9>>
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Novela Juvenil[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...