Part 21

45 12 0
                                        

Indah simpan surat dari Audi di dalam buku hariannya. Surat ini akan menjadi kenangan tersendiri, sebagai bentuk perjalanan dari hubungannya dengan Alvin.

Sehabis kejadian tadi, Indah langsung menceritakannya pada Kiki lewat telepon. Keinginannya untuk kenal dengan Audi harus dia kubur dalam-dalam, karena  kemungkinan Kiki bertemu Audi sangatlah sedikit. Alhasil, Kiki hanya mendengarkan cerita Indah.

:'(

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.

Seseorang akan tumbuh dan berkembang, seiring bertambahnya usia. Indah kini sudah berubah, dari penampilan dan gaya hidupnya. Jika dahulu masih transisi antara SMP ke SMA, kini Indah sudah bisa menemukan siapa dirinya sebenarnya.

Indah kembali bergelut dengan organisasi di sekolah. Dia tergabung dalam MPK sekolahnya. Nama Indah seakan menjadi primadona, warga sekolah pasti tahu sosok Indah. Pemberani, pandai berdebat dengan argumen yang berkualitas, dan mempunyai aura yang khas. Disamping itu, Indah juga terkenal akan kepintarannya.

Indah duduk di kelas dua belas, masih satu kelas dengan Kiki. Indah ingin menikmati masa tenggang di sekolahnya dengan banyak aktivitas sebagai bentuk 'pengabdian' terakhir pada sekolah. Begitu juga dengan Kiki, setelah terpilih menjadi DJ Radio lokal, namanya kian terkenal di kalangan warga sekolah, khususnya di klub jurnalis.

Suatu hari, Indah dan Kiki tengah nongkrong di Kafe Andalusia, kafe favorit mereka sejak mereka kelas sepuluh. Kafe yang menyimpan banyak kenangan tersendiri bagi Indah.

Kopi cappucino turut menemani pembicaraan Indah. Tak pernah hilang dan bosan akan selera kopi tersebut. Lain hal nya dengan Kiki yang selalu berganti kopi tergantung mood-nya. Kali ini, Kiki ditemani dengan kopi vanila latte-nya.

"Ndah, lo rencana mau kuliah?" tanya Kiki.

"Pengennya sih gitu," jawab Indah.

"Ngambil jurusan apa? Keguruan? Kedokteran?" Kiki bertanya lagi.

"Gue masih belum kepikiran. Nilai aja gue pas-pasan," ujar Indah.

"Pas-pasan gimana ceritanya," cibir Kiki.

"Ya gak gede-gede amat lah ...," sahut Indah.

"Hem bisa aja ya ngerendahin diri sendiri ..."

"Bukannya gitu, Ki, gue emang ngomong berdasarkan fakta."

"Yaudah deh, sukses terus buat lo kedepannya," ujar Kiki. Indah mengangguk.

:'(

Indah termenung melihat beberapa siswa yang tengah bermain basket di lapangan. Mayoritas laki-laki yang bermain membuat Indah teringat pada Alvin. Hubungannya tak terasa sudah cukup lama.

Pikiran Indah buyar dengan datangnya Kiki secara tiba-tiba. Dengan membawa sebuah buku dia datang menghampiri Indah.

"Lo bikin gue jantungan aja," tegur Indah.

"Lagian gue liatin lo ngelamun aja. Mikirin Alvin ya?" tanya Kiki. Indah hanya terdiam.

"Akhir-akhir ini gue kepikiran terus," Indah berterus terang.

"Lagi kangen banget kayaknya," ujar Kiki. "Lo kan tiap malem chattingan."

"Gue bosen aja gitu chattingan mulu. Pengennya ketemu tiap hari. Andai diantara yang maen basket itu ada Alvin," sahut Indah.

"Ntar juga lo bakal tiap hari ketemu," ucap Kiki. "Kalo Alvin udah jadi suami sah," Kiki berbisik.

"Dah deh, jangan bahas Alvin. Cari topik lain kek," kilah Indah.

ABOUT YOU (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang