Angkasa 8

71 18 5
                                        


Btw, aku kok aku ngerasa jelek ya ceritanya. 😪.

Baca yang teliti, gak boleh diloncatin ini part istimewa soalnya.

                                🌃

"Ck." Ara berdecak kesal karna Agam yang baru saja melepaskan cengkraman tangan Ara.

"Sorry, ra" Agam tersadar bahwa dirinya terlalu kasar untuk hal ini.

"Jadi, sekarang apa masalah lo sama Ankara? Gue gak suka lo terus nyakitin dia, dia itu murid baru gam, gak mungkin dia ngelakuin hal hal yang gak bener." Celoteh Ara tanpa memberi spasi.

Lucu. Mwmang kalau Ara bicara panjang lebar kesannya yang denger pasti bilang lucu.

"Lo kenal banget sama dia? Sampe sampe lo belain dia terus?" Agam balik bertanya pada Ara, loh tapi jika Ara kenal banget dengan Ankara apa itu tidak mungkin.??? Bisa saja kan.

Tapi mau bagaimana lagi? Dia memang sudah kenal dengan Ankara.

"ARA" panggilan itu membuat kedua orang langsung menoleh, Alaska tengah berjalan ke arah mereka.

Dia merangkul bahu Ara. "Gue gak mau tahu, mau lo atau dia yang salah, sekali lagi gue tau kayak gini, gue pastiin lo keluar dari sini." Ancam Alaska tegas dan nadanya tak ada main main. Ara terdiam merasa bersalah, karna ini semua juga sangkut pautnya dengan Ankara.

  "Gue disini gak salah ska, lo belum tau apa penjelasan gue," sarkas Agam tak ingin dituduh.
Apa semua orang seperti alaska? Hanya suka mengambil kesimpulan, padahal Alaska tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Ska, dengerin dulu penjelasan dia," Ara menyangah itu.

"Gue gak ada waktu dengerin omongan dia, balik kekelas.!" Alaska langsung dingin dan datar.
Simple, disini memang simplle, jika disini Alaska sudah seperti ini, tandanya dia sedang marah, dan moodnya lagi hancur.

Alaska menarik Ara untuk pergi meninggalkan Agam. Dia hanya nurut mengikuti Alaska, sambil sesekali menautkan tanganya dengan Alaska, "sekaaa...." ejanya dengan nada lembut,

Iris Alaska masih memandang lurus kedepan,dengan nafas teratur. Dia tak sedikitpun menggubris  Ara.

Sudah biasa jika mereka berjalan berdua pasti ada bisikan bisikan para setan yang tengah iri. Pendengaran mereka masih peka kok tapi sayangnya malas saja meladeni.

"Ska,"
Ara mengenggam tangan Alaska, lagi lagi yang dirasakan Alaska hanya kehangatan yang begitu candu.

"Lo yakin lo marah sama pacar lo yang cantik ini?" Goda Ara masih dengan manja manja,

Alaska tetap diam.

"Ara salahnya dibagian mana? Kan tadi Ara cuma bantuin Ankara." Ucapnya polos.

Ankara cowo kenapa lo bantuin. Lemah banget.

Salahkan saja jika Alaska terlalu posesif.

Ara masih berceloteh kalau dia tidak salah dan tidak salah, Alaska mendengar tapi tak ingin mengucapkan apa apa kecuali berhenti dan sontak Ara juga berhenti mengikutinya.

Alaska menatap Ara, dan sebaliknya, mereka saling mengunci pandangan sekilas.
"Hari ini kita dieman." Putus Alaska Akhirnya.

Ara memiringkan kepalanya, dia tersenyum manis menanggapi ucapan Alaskanya, sambil berusaha mendekatkan wajahnya dengan Alaska.
Deru nafas yang saling bisa merasakan satu sama lain, kehangatan yang totalis dan itu yang Alaska suka. Keberadaan Ara membuatnya hangat.

  " Oke sayang, gue terima, dan gue percaya lo gak bisa kalau gak nggomong sama gue." Smirk Ara.

Mereka masih berhadapan dengan jarak yang dekat. Sudah biasa kejadian seperti ini terjadi, bahkan adu bacot adalah hobi mereka berdua yang ujung ujungnya, Ara akan kembali memeluk dada Alaska karna rindu. Emang dasar persetan aneh ini.

Terimakasih bumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang