Angkasa 19

33 6 13
                                        

VOTE🌞PART INI NEMBUS 3000 KATA.

Pelajaran Matematika sedang berlangsung khidmad layaknya upacara. Semua pasang mata memperhatikan penjelasan guru didepan kelas, papan putih sudah penuh dengan segala macam rumus MTK, siapapun yang tidak memperhatikan dari awal bisa saja tidak paham sampai saat ini. Karna matematika memang dibutuhkan hal-hal yang dasar sebelum kita mempelajari yang bertingkat.

Matanya memang mengarah kedepan tapi tangannya sedang mencoret-coret diatas kertas, apapun itu, fikirannya tak menentu. Dia menghela nafas berat, mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, semua tengah fokus mendengarkan penjelasan, mungkin hanya dirinya yang tidak fokus saat ini.

Dia teringat penjelasan Ankara kemarin, perihal cowok itu yang memberi tahu Alaska, bahwa dirinya bukan manusia pribumi. Itu sebabnya mungkin Alaska penasaran dengan kepribadian Ara yang sesungguunya. Kenapa Alaska harus tanya ke Ankara? Ara bahkan akan menjelaskan semuanya. ini hanya salah paham.

Mata biru itu menatap Ankara yang duduk dengan Arimbi, katanya mereka pacaran, aneh saja bagi Ara, sejak kapan Ankara tertarik dengan pesona manusia bumi?

Mungkin saja Ankara sangat sadar jika seseorang melihatnya, dia menoleh juga dan mendapati Ara yang ternyata menatapnya dalam-dalam.

Mereka berdua saling berbicara dalam tatapan, Ankara pasti paham, saat ini Alaska masih mengabaikan Ara, jika tidak, kenapa Ara tampak murung dan frustasi.

Ara membuang muka, masih kesal dengan Ankara.

Dia mengangkat tangan. Hingga guru MTK itu bertanya.
"Kenapa Ara?"

Ara tersenyum. " Maaf pak, mau izin ke toilet."

"5 menit."
Ara mengangguk lalu berjalan keluar kelas, dia sempat mendapat tatapan dari Ali dan Arsen, seperti bertanya, karna Ara memang jarang sekali izin apalagi ke toilet.

Cewek berambut sebahu itu berjalan lesu, ternyata cinta itu segalanya. Baru saja diabaikan belum benar-benar putus bukan? Tapi rasanya seperti kesulitan bernafas dengan lega.

Langkahnya tidak mengarah pada jalur toilet melainkan dia berjalan kearah ruang OSIS. Tidak tenang jika punya masalah apalagi ini menyangkut Alaska dan dirinya.

Ada banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan.
Perlu berbicara sepanjang mungkin agar Alaska memaafkannya.

Dia sudah berdiri didepan pintu Osis, disaat jam pelajaran seperti ini apa OSIS berdiskusi? Atau Alaska sedang mengerjakan sesuatu?

Ara bingung tapi tangannya berhenti di udara tak kunjung mengetuk pintu.

"Alaska."
Satu kata itu keluar ketika pintu terbuka dan melihat tiga orang berdiri menatapnya, otomatis tangan yang sempat terhenti diudara itu turun.

Alaska, Leo, dan satu cewek yang Ara tidak tahu siapa.

Tangan cewek itu mengenggam Alaska, bukan Leo, Ara mencoba berfikir jernih, tapi matanya sungguh lekat menatap genaggaman itu. Siapa cewek itu?

"Lo gak masuk kelas?" Tanya Leo pada Ara.

Ara gelagapan. "Gue mau bicara sama Alaska. Lepasin tangan Lo dari Alaska." Ara mengambil satu langkah dan melepaskan genggaman itu.

Alaska hanya diam tak bergeming, cewek itu tak protes sedikitpun Ara melepaskan genggaman mereka berdua, siapasih yang tidak tahu Ara itu pacar ketua OSIS mereka?

"Alaska.." Ara menatap pacarnya sendu.

"Minggir, gue sibuk. Ayo Del." Ujur Alaska sarkastik lalu menyambar tangan cewek yang dia panggil ' del' .

Terimakasih bumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang