Hai hai. Alhamdulillah aku lagi lancar ngehalu, jadi bisa nulis di capther ini.
Oh iya, udah tahu belum kalau Note A diganti
'Terima kasih bumi💐'
Menurut kalian gimana? Bagusan mana?
🌃🌃
Mereka bertiga berjalan dikoridor sekolah sehabis ngantin dan lebih tepatnya habis menggelar drama tampar menampar.
Satunya mana? Arimbi kan sedang bersama Ankara, tiba tiba seorang Arimbi jadi pahlawan gitu? Nyali juga ya Arimbi.Ara merangkul Arsen secara paksa, karna melihat muka Arsen yang tak kunjung kesal karna dipojokkan tadi dikantin. Kata Ara Arsen cemburu, kata Ara Arsen kurang gercep. Apaan coba? Begitulah gumam Arsen dalam hati.
"Senyum dong sayang." Goda Ara.
Arsen hanya diam saja.
"Sayang senyum lah..." Timpal Ali ngikutin gaya menggodanya Ara.
Mereka berdua cekikikan kecuali Arsen malah makin sebal. Tapi Arsen mau sebal pun kapisitas tampannya makin meningkat. Kaya hp lagi diisi daya.
"Ngapain sih lo berdua." Arsen menyingkirkan tangan Ara dipundaknya lalu sedikit menjaga jarak.
Tawa Ara pecah melihat kelakuan Arsen, bocah SMA tapi labil kalau digodain.
"Dasar bocah labil." Cibir Ara mulai jenaka, membuat Arsen menatapnya tajam. Ara memegang lengan Ali seperti meminta konprimi agar mau ikut menjahili Arsen.
"Jangan digituin ra, entar dia nerkam lo bahaya."
"Sekalian lo gue terkam sini." Telak Arsen pada Ali.
Ali bergidik ngeri, membayangkan tingkah bocah SMA labil seperti Arsen bisa menerkam mangsa. Sedikit ambigu wkwk.
"Hahahaha. Oh ngajak terkam terkaman nih ra, gue ajarin jantan ya biar lo gercep sama Arimbi." Lagi lagi Ali memanasi Arsen, Ara hanya menggeleng melihat mereka berdua, dia ditengah, artinya pembatas antara Ali dan Arsen.
"Gue gak suka sama-"
"Ara."tiba tiba suara Alaska mengintrupsi Kalimat Arsen, hingga mereka berhenti secara otomatis. Mungkin tidak sadar karna lelucon unfaedah dari mereka bertiga hingga tiba tiba saja seorang Ketua osis alias Alaska sekarang sudah berdiri tepat didepan Ara.
Sedikit tersentak bagi Ara. Tapi dia masih ingat, dengan tantangannya pada Alex, apa Alaska sudah tau?. Semoga.
Ara mencoba menguatkan seribu iman agar tidak membalas ucapan Alaska, padahal sebenarnya dia tidak bisa cuek apalagi jauh dari Alaska, tabiat seorang Ara.
Ara hanya berlagak sombong dengan melipat kedua tangannya didepan dada.
Beda lagi dengan Arsen dan Ali, mereka menatap aneh pada sikap Ara dan Alaska.Alaska menghela nafas. "Ra."
Panggilnya lagi. Ara masih tak mau menjawab alias jual sombong. Dasar si Ara udah kaya emas aja dijual mahal."Nih ngapain sih? Bapak negara sama ibu kostkostan ada masalah?" Ali menengahi, dia lebih peka karna sikap Ara yang tak biasa pada Alaska, karna yang Ali tahu Ara selalu nempel sama Alaska kayak lem rajawali, kalau gak udah berisik kalau ketemu Alaska. Tapi ini beda? Ali mencium bau bau sedang ada masalah.
"Gue ada urusan sama Ara, kalian duluan aja." Alaska menatap Ali dan Arsen bergantian. Lalu mereka mengangguk akan meninggalkan Alaska dan Ara berdua.
Tapi Ara baru saja akan menarik lengan Arsen Tangan Alaska lebih cepat ternyata."Kita masih ada urusan." Begitulah tampang Alaska, terlihat keren, tenang, meskipun ada jutaan pertanyaan bersarang diotaknya.
"Nikmatin sekarang lo diterkam Alaska, hati hati ra, dia ganas kaya monyet." Celutuk Arsen sambil menertawakan Ara yang sedang memancarkan aura 'awas aja lo'.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih bumi
Roman d'amour"ska, lo kecewa sama gue?" "Gue kecewa..." ___ Dibumi ini kita tidak hanya belajar mencintai, tapi sebaliknya, terkadang kita butuh belajar dicintai. Itu adalah teori sederhana sebagai manusia yang ingin berterimakasih pada diri sendiri. --- Sepanja...