Angkasa 14

72 14 12
                                    

Part kali ini banyak wacana yang sebagai penjelasan, jadi jangan dilewatkan atau diskip entar kalian gak paham. Masa masa kritis Alaska dimulai.

🏙🏙

Jika ditanya tentang definisi bahagia, jawaban kalian apa? Pacar selalu setia dan ada setiap kita susah, atau bahagia itu setiap dengerin pacar bilang yang manis manis, atau bahagia itu ketika kita gak dibenci orang sekalipun, atau kita bisa punya banyak followers dan likers, jika menurut kalian seperti itu definisi bahagia, lain halnya dengan Alaskanian, Cowok itu belum mendefinisikan bahagia sekatapun. Tidak cocok bahagia untuk ukuran rumah semewah ini jika harus diisi oleh dirinya, Arina, dan pembantu.

Menyandingkan hening dengan rasa kecewa dimeja makan, sesekali pertanyaan terlontar, hanya jawaban iya dan tidak atau tidak tahu. Tolong kalian bayangkan?

Hanya sendok yang beradu dipiring masing masing. Enam kursi masih kosong dengan tempat yang sama.
Apa kenyataan memang sebercanda ini dengan Alaska?.
Semua orang bilang, hidup itu permainan. Dan permainan itu hidup. Jika iya, Alaska akan memainkan hidup ini. Mari kita mulai, jika Alaska menang, Tolong berakhirlah semua kekosongan dalam rumah ini. Tolong hilangkan rasa kecewa dalam hati Arina. Bisa?

"Ma."

"Mama gapapa."
Jawab Arina lebih cepat sambil terus menatap piringnya sesekali melihat kedepan.

Alaska menghela nafas kasar sembari meletakkan sendok.

"Apa mama terbebani dengan ini? Alaska gakpapa kalau mama mau ce-."

"Mama sayang sama kamu."
Hanya kalimat datar yang Arina lontarkan untuk memotong ucapan Alaska, meski begitu Alaska sangat bisa membaca apa yang sedang Arina rasakan saat ini. Sangat terbebani dengan hidup yang gak ada lampunya, tapi dia punya tanggung jawab untuk selalu melindungi Anaknya, Alaska, saat ini yang Arina punya hanya Alaska. Dan entah kapan semuanya akan berakhir.

Kemarin kemarin yang sangat membuatnya kacau kini dia harus berusaha untuk tidak apapa. Karna kemarin bagi Arina adalah hal terberat yang juga melibatkan kondisi fisik Alaska. Bisa bisa Alaska akan gila karna mengurusnya yang ingin terus cerai.

Ting tong ting tong.

"Alaska aja yang buka, ma."

Arina mengangguk, lalu Alaska beranjak untuk membuka pintu. Firasatnya mendadak agak buram kayak kaset zaman dulu.

Saat pintu itu terbuka, Alaska bisa lihat siapa yang datang.
Haruskah Alaska menutup pintu lagi? Haruskah Alaska menyambut semanis mungkin. Atau Alaska tinggal saja biar masuk sendiri.
Ara, pasti akan mendorongnya. Untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi masalah ini bukan masalah yang bisa adu tinju atau atau main tangan. Ini adalah masalah hidup Alaska.

Papanya, Istri kedua dan AGAM.!

Author akan mengulanggi siapa saja yang datang. Papanya, Istri kedua dan AGAM.

"Selamat malam nak." Sapaan manis dari suami istri itu membuat darah Alaska mengalir tanpa diatur, melambat tanpa hambatan, persetan apa ini yang membuat semua makin memuakkan.

Alaska hanya bisa mengangguk sambil memasukkan salah satu tangannya kedalam saku celana seperempat yang dia kenakan. Hal itu Alaska lakukan untuk merendamkan emosi.

Terimakasih bumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang