"ska, lo kecewa sama gue?"
"Gue kecewa..."
___
Dibumi ini kita tidak hanya belajar mencintai, tapi sebaliknya, terkadang kita butuh belajar dicintai. Itu adalah teori sederhana sebagai manusia yang ingin berterimakasih pada diri sendiri.
---
Sepanja...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
..
Alaska pulang sekitar jam 10 malam, udara dingin diluar memang sangat mencekam, namun saat memasuki rumah besar bergaya mewah dengan miniatur coklat itu hawanya sangat mencekam hebat.
Alasan dia tidak pulang pulang kerumah karna apartemen milik keluarga angkat Ara sangat nyaman dari pada rumahnya yang dipenuhi dengan banyak masalah dan perbincangan kotor yang tak pantas dia dengar.
Muak. Hanya itu saja yang mewakili perasaan Alaska pada keluarganya yang berantakan.
Dia membuka pintu rumah. Langsung mendapati wanita yang masih sedikit muda duduk dengan melihat sebuah Album kenangan, itu mama Alaska, Arina.
"Ma." Alaska memanggil dengan lembut.
"Diam! jangan tanya apapun dan bicara apapun didepan mama, sebentar lagi mama akan pergi jauh.!." Ketus Arina tanpa melihat Alaska.
Seperti itu sejak sebulan yang lalu.
Alaska pusing, Sejujurnya.
"Mama gak usah aneh-aneh, biar papa aja yang brengsek. Mama jangan. Alaska akan tetap lindungin mama."
Arina menatap Alaska tajam. "Bisa apa kamu melindungi mama.?"
"Ma, mama harus percaya semuanya memang sudah ada jalannya, mau mama mengelak pun papa sudah melakukan itu."
Alaska mendekat dengan menatap lekat mamanya. Memberi sebuah ketulusan, meskipun hanya dirinya satu satunya kekuatan yang Arina punya saat ini, dimana sosok papa Alaska,? Ada, tapi brengsek. Menghamili wanita lain dan sudah menikahi tanpa perijinan dari mereka berdua. Apa begitu kejam bukan!!!!
Tertekan dan hampir bertengkar setiap hari, tak ada kata damai bahkan sampai Alska terkadang yang turun tangan. Menyedihkan!
Alaska, yang dingin, Alaska yang rapuh sebenarnya, dibalik wajah datar atau semua orang yang bilang manusia kulkas padanya.
"Mama mau cerai!" Tekan Arina.
"Jangan ma, mama mau merusak masa depan aku, atau mama emang udah gak sayang aku," Alaska kini seperti halnya malaikat ketenangan, ucapannya selalu lirih dan penuh pengharapan besar agar kedua orang tuanya tidak cerai.
Semua masalah ada jalannya, tak hanya satu sisi yang menyedihkan. Yaitu meja hijau.
"Mama capek! Mama gak ikhlas."
Selalu itu yang diucapkan Arina. Menghantap air mata Alaska yang sudah tertumbuk dikelopak mata.
Alaska meraih tangan Arina, " Ada Alaska disini, aku anak mama, jangan cerai ma, Alaska gak mau."
Tes. Sebutir air mata itu lolos dari mata Alaska. Bilang saja Alaska cengeng, dimana Alaska yang dingin?!
Arina menggeleng. "Mama capek alaska, KAMU DENGAR!! IKUTI SAJA DIA YANG BRENGSEK ITU. BIAR MAMA YANG PERGI. ya?" Semua nadanya berintonasi tinggi.