Jangan egois, karena hak manusia hanya bisa inginkan sedangkan Allah yang akan menentukan.
//Setelah subuh, Zainab memutuskan untuk jogging seorang diri. Tidak tau kenapa, tapi ia ingin melakukan. Sudah siap semuanya, kemudian Zainab pamit pada kedua orangtuanya. Ia berlari mengelilingi komplek dengan keadaan jalan yang masih gelap.
Zainab berlari dengan menyumpalkan earphone wireless di telinga kanan nya. Memutar surah Ar-Rahman, sangat menyejukkan.
"Assalamualaikum Zainab," Zainab tidak menoleh, suara panggilan itu tidak melebihi volume yang sudah memenuhi gendang telinganya.
Karena merasa tidak direspon, lelaki itu memutuskan untuk menghadang Zainab ditengah lari paginya. Zainab terkejut! itu Revan, temannya Rama.
Ia menghentikan laju nya, memundurkan tubuhnya beberapa langkah. "Ada apa?"
Revan tersenyum, memang tidak salah bila dirinya menginginkan Zainab untuk menjadi pacarnya. Revan mungkin sedang dirasuki kekhilafan yang belum berakhir sampai saat ini dan tidak tau bagaimana kedepannya.
"Ayo lari lagi!" Ucap Revan. Zainab kemudian langsung berlari meninggalkan Revan dibelakang.
Bukannya Zainab ingin sok jual, tapi dengan situasi yang masih belum banyak orang seperti ini cukup membuat Zainab merasa terganggu. Apalagi ia baru bertemu Revan, kalau dengan Abdul sih dia sudah tidak perlu cemas.
Revan berlari di sebelah Zainab, sudah berkali-kali dihindari namun Revan tak pernah lelah mengikuti. Akhirnya, Zainab membiarkan Revan ikut berlari disebelahnya.
"Kenapa lari sendiri?" Tanya Revan.
Zainab menjawab, "Gak papa."
"Aku suka kamu, Zainab." Revan mengucapkannya dengan enteng. Tidak tau bahwa ucapannya menimbulkan reaksi berbeda pada Zainab. Kemudian wanita itu menghentikan larinya.
Revan pun demikian, "Kenapa berhenti?"
"Kamu lari duluan saja, aku mau istirahat sebentar." Zainab duduk di pos pinggir jalan yang ada disitu.
Revan mengikuti, duduk bersama Zainab namun memberi jarak. "Kalau begitu, aku juga istirahat."
Kalau boleh berkata, Zainab risi didekati seperti ini. Ia sudah berniat kalau ingin langsung pulang setelah ini, walaupun belum terasa lelah.
"Kamu suka Rama?" Revan bertanya lagi.
"Kenapa?" Zainab bertanya balik.
"Jangan suka, soalnya aku suka kamu."
Setelah mendengar itu, Zainab segera berdiri dan beranjak dari tempatnya duduk. Berlari menjauhi Revan, dengan cepat.
Ketika merasa sudah tidak diikuti, Zainab berhenti dengan kedua tangan yang memegang lututnya. Kemudian mengatur napas, masih pagi tapi Zainab sudah haus.
"Zainab?"
Zainab berharap bahwa ini bukan Revan.
"Iya?" Zainab menoleh dan ternyata menemukan Rama. Alhamdulillah.
"Habis jogging?" Zainab mengangguk. Ingin bilang menghindari Revan tapi tidak mungkin, karena Revan juga temannya Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan bersama Zainab
Teen FictionMenyukai seseorang itu fitrah, tidak ada yang bisa menebak kepada siapa kita akan jatuh. Tidak ada yang mampu menolak kapan datangnya rasa itu. Semua kehendak Allah, yang mau bagaimanapun rasanya. Kita harus tetap mensyukuri. Namun yang harus diing...