Bab 7

56 22 27
                                    

Percayalah, pertolongan Allah selalu datang kepada hamba-Nya yang membutuhkan.
//

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan untuk semua umat muslim, tanpa ada yang diduga rezeki pun bisa datang tiba-tiba. Rencana yang kuasa memang tak pernah salah.

Bagaimana bisa tidak gembira menyambut nya? Jika tidur pun dapat jaminan pahala. Sepanjang hari diisi dengan ibadah, tarawih berjamaah. Sungguh mulia.

Setiap habis sahur, keluarga Zainab berkumpul di ruang keluarga. Menyalakan televisi dan menonton acara dakwah. Membicarakan apa yang perlu dibicarakan, family time.

"Ayah, Uma. Gimana kalo kita jualan es buah menjelang buka puasa? Bukan cuma es buah sih, tapi juga makanan ringan lain. Seperti : bakwan, risol, tahu isi. Bagaimana?" Zainab memberi usulan yang sebenarnya sudah ia pikirkan dari hari pertama puasa. Namun baru disuarakan sekarang.

Aisyah dengan semangat mengiyakan apa yang dikatakan Zainab. "Iya iya! nanti biar Aisyah sama kak Zay yang jagain Uma."

Uma menatap Ayah, sedangkan yang ditanya hanya menaikkan bahunya. Biasanya kalo soal seperti ini, Ayah menyerahkan kepada kami. Kemudian tugas Ayah memberikan modal, hehe.

"Ayah sih setuju aja kalo Uma setuju," Lalu pandangan mereka langsung tertuju pada Uma.

Uma yang dipandang seperti itu pun langsung mengalihkan wajahnya. "Eh, kalian kenapa jadi liatin Uma begitu?

"Gimana pendapat Uma?" Tanya Zainab.

"Iya Uma, Ayah bilang setuju kalo Uma juga setuju." Tambah Aisyah.

Uma terlihat seperti berpikir, "Uma..."

"Uma apa?" Tanya Aisyah penasaran, karena Uma menggantung ucapannya.

Allahuakbar Allahuakbar
Allahuakbar Allahuakbar

"Eh udah adzan, ayo kalian wudhu. Ayah mau langsung ke masjid."

Aisyah memasang wajah cemberut, Zainab tidak. Tapi ia masih sangat penasaran bagaimana pendapat Uma mengenai usulan nya.

"Ya udah sholat dulu yuk!" Ajak Uma, kemudian Zainab dan Aisyah pun mengangguk. Mengikuti jalan Uma dari belakang.

Ketika sampai di tempat wudhu, Aisyah sempatkan bertanya lagi pada Uma.

"Uma, jawaban Uma apa?" Uma tersenyum menanggapi Aisyah.

"Nanti setelah sholat ya," Aisyah mengangguk, Zainab pun begitu.

"Zainab atau Uma yang jadi imam?" Tanya Uma ketika kami telah sampai di ruang sholat.

Mereka sering melaksanakan sholat fardhu berjamaah, kecuali kalau ada keperluan. Mereka biasanya sholat munfarid. Imam yang memimpin sholat berjamaah pun berganti antara Uma atau Zainab. Kenapa tidak Ayah saja? Karena lelaki sholatnya wajib di masjid/mushola.

Zainab menggeleng, "Uma aja,"

"Ya udah."

Selesai sholat dan dzikir beserta tadarus, kira-kira menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Zainab langsung melakukan kegiatan rumahnya di pagi hari, ia mencuci piring, menyapu, mengepel. Sedangkan Aisyah membersihkan debu dan membereskan rumah.

"Uma, Icha udah selesai." Aisyah menghampiri Uma yang baru saja selesai menyiram tanaman.

"Tunggu kak Zay selesai dulu ya. Baru nanti Uma kasih tau," Jawab Uma dengan mengajak Aisyah masuk kembali ke dalam rumah.

30 menit lebih Aisyah menunggu, namun kakaknya belum datang-datang juga. Akhirnya Aisyah menuju kamar Zainab, dan menemukan Zainab yang sedang memperhatikan jam beker di meja belajarnya.

Ramadhan bersama ZainabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang