Kesalahan dan permintaan maaf adalah 2 hal yang melekat pada manusia. Jadi tetap maafkanlah walaupun tidak mudah.
//Rama dan Dirham sedang pergi ke supermarket untuk membeli apa yang sekiranya dibutuhkan. Mereka biasa menyetok sesuatu untuk jangka waktu 1 bulan kedepan. Seperti membeli pasta gigi, deterjen, mie instan, dan lain-lain.
Untuk makan, biasanya Rama dan Dirham sering mendapatkannya dari pengurus masjid. Kalau tidak, mereka akan membelinya. Walaupun dirumah yang mereka tinggali sudah disediakan kompor dan gas, tapi mereka tetap jarang menggunakannya. Paling untuk memasak mie instan atau menghangatkan makanan.
Ketika Rama dan Dirham sampai di rak khusus makanan, matanya melihat sosok yang dirasa tidak asing. Walaupun pria itu membelakanginya, tapi tetap saja postur tubuhnya mampu dihapal.
Rama menyerahkan troli pada Dirham, kemudian menuju pria itu. Menepuk pundaknya dan membuat pria itu menoleh ke arah Rama.
"Revan?" Kaget Rama.
Revan pun juga begitu, sama kagetnya seperti Rama. Dirham yang menyaksikan kejadian didepan matanya pun ikut terkejut.
Revan segera melangkahkan kakinya cepat meninggalkan Rama. Namun Rama segera mencekal tangannya sebelum Revan menjauh.
"Apa lagi?" Kesal Revan.
"Kamu kenapa menghindar dari kami?" Tanya Rama langsung pada intinya.
Revan tersenyum miring, menatap Rama didepannya dengan tatapan nyalang. "Kenapa kamu peduli?"
"Ya karena kamu temanku,"
Revan tertawa, teman katanya?
"Kamu temanku?!" Revan berbicara dengan jari telunjuk yang ikut ia gerakkan, menunjuk Rama.
"Mana ada teman yang justru malah menyalahkan keinginan temannya. Tidak mendukung apa yang dilakukan temannya. Apa itu masih bisa disebut teman?" Beberapa pasang mata yang ada disekitar mereka mulai mencuri-curi pandang kearah mereka.
"Tenang dulu Pan," Rama menepuk pundak Revan namun Revan segera menyentaknya.
"Gak usah sentuh!"
Rama masih mencoba menahan dirinya, tidak baik jika ikut terbawa emosi. Karena masalah yang diselesaikan dengan amarah malah justru akan menimbulkan masalah baru. Jadi Rama sebisa mungkin tetap mengontrol dirinya.
"Bicarakan baik-baik dulu Pan," Ucap Rama lagi.
"Gak ada yang perlu dibicarakan lagi Ram, semuanya udah jelas. Kamu, Dirham, Abdul, dan Dani udah bukan teman aku lagi!"
"Gak ada yang namanya putus rantai pertemanan Pan," Ujar Rama lagi.
"Kalo gak ada, aku yang bakalan mulai duluan!" Revan kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya dengan cepat.
Rama kalah cepat daripada gerakan Revan yang tiba-tiba. Jadilah Rama membiarkan Revan untuk berdamai dulu dengan dirinya sendiri. Mungkin Revan butuh waktu untuk memikirkan ini semua. Jadi Rama akan memberikan itu.
Dirham menghampiri Rama sambil mendorong troli belanjanya. "Sabar Ram, yang penting kamu udah berusaha memperbaiki semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan bersama Zainab
Novela JuvenilMenyukai seseorang itu fitrah, tidak ada yang bisa menebak kepada siapa kita akan jatuh. Tidak ada yang mampu menolak kapan datangnya rasa itu. Semua kehendak Allah, yang mau bagaimanapun rasanya. Kita harus tetap mensyukuri. Namun yang harus diing...