Masjid masih diisi oleh Rama beserta teman-temannya yang sedang muroja'ah bergilir sambung ayat.
Mereka sedang muraja'ah surah Al-Mulk. Posisi duduknya membentuk lingkaran. Biasanya mereka kembali sekitar jam 8 pagi.
Selesai muraja'ah, mereka berniat untuk pulang kerumah sampai tiba-tiba beberapa orang warga menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.
"Dani! Dani!" Ucap salah satu warga.
Dani yang sedang memakai sandalnya pun langsung buru-buru menghampiri segerombolan orang itu.
Perasaan nya tidak enak sedari tadi, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukkan nya pada yang lain.
"Ada apa pak?" Tanya Dani ikut cemas.
"Rumah kamu Dani..."
"Rumah saya kenapa pak?" Dani semakin penasaran dibuatnya.
"Rumah kamu kebakaran!"
Dani yang mendengar itu segera berlari secepat mungkin meninggalkan mereka semua. Ia berlari dengan degupan jantung yang semakin tidak tenang, tujuannya saat ini adalah sampai dirumah dengan cepat.
Dani terus merapalkan doa dalam hatinya, berharap keluarganya dalam keadaan baik-baik saja tanpa ada satupun yang terluka.
"Ya Allah, jagalah keluarga hamba."
Di sisi lain, teman-teman Dani yang mendengar berita itu pun langsung terkejoet apalagi melihat Dani yang langsung lari seperti orang kesetanan.
Dengan tenang Rama bertanya pada beberapa warga didepannya. "Pak, sudah telpon pemadam?"
"Belum Rama,"
"Tapi keluarganya selamat semua kan pak?" Tanya Dirham cemas.
"Saya belum tau," ucap Bapak itu dan membuat keadaan nya menjadi semakin menegangkan.
Rama mengambil ponselnya dan segera menelpon pemadam juga ambulance untuk segera datang ke rumah Dani secepatnya.
Setelah itu, Rama bersama yang lainnya baru ikut menyusul ke rumah Dani.
Dari jauh sudah terlihat asap hitam yang mengepul membuat awan menjadi pekat juga. Rumah Dani itu besar, Dani punya 1 adik perempuan dan ibunya sedang mengandung 5 bulan.
Ketika sampai, rumah Dani sudah dipenuhi warga yang terus berupaya memadamkan apinya dengan peralatan seadanya. Namun warga tetap saling bahu membahu untuk berusaha memadamkannya.
Rama segera menghampiri Dani yang menatap miris keadaan rumahnya yang sudah terbakar setengahnya.
Disebelah Dani ada Ibunya, namun tidak dengan adiknya.
"Mah, Nisa kemana?" Tanya Dani ketika menyadari kalau adiknya tidak ada bersamanya. Annisa, nama adik Dani yang lebih akrab dipanggil Nisa.
Mamah Dani hanya menangis sambil memegangi perutnya yang sakit karena kaget dan harus berlari-lari menghindari api.
Rama mengusap bahu Dani pelan, menguatkannya.
"Mamah, Nisa dimana?" Air mata Dani ikut tumpah, ia memegangi tangan mamahnya meminta jawaban.
"Nisa.. Nisa masih didalam Dan." Mamah Dani semakin kuat menangis, Dani pun luruh dan jatuh ke dengan lutut yang menyangga tubuhnya.
Dani terisak semakin kuat, ia memukul-mukul aspal dengan kedua tangannya sampai mengeluarkan darah segar.
"Nisa!!!" Teriak Dani dan membuat semuanya menoleh ke arah nya dengan tatapan iba.
Revan, Dirham, dan Abdul sudah ada disana. Rama dan Dirham segera menahan tangan Dani yang terus berusaha melukainya dirinya sendiri.
Dani, sosok yang paling bijaksana diantara pertemanan mereka. Ia paling dewasa dalam menyelesaikan masalah, namun kali ini harus membuka jati dirinya yang hanya seorang manusia lemah sama seperti yang lain.
Ayah Dani yang baru kembali dari tempat kerja pun langsung menghampiri istrinya. Menatap ke arah Dani yang benar-benar terlihat frustasi dengan semuanya.
Dani itu sangat menyayangi adiknya, tidak pernah sedikitpun Dani berucap dengan nada tinggi pada Nisa. Dani selalu berusaha melindungi nya bagaimanapun caranya. Namun ketika tau Nisa masih berada di dalam rumah yang sedang dilalap si jago merah ini, Dani malah tak bisa membantunya.
"Dani udah Dan, kita doain semoga Nisa gak kenapa-kenapa..semoga Nisa selamat Dan." Ujar Revan menepuk-nepuk bahu Dani, walaupun ia sendiri juga tak bisa menyembunyikan sedihnya, karena Nisa sudah Revan anggap sebagai adik kandung nya sendiri.
"Aku gagal jadi kakak! Aku gak bisa jagain Nisa! Aku... Aku sayang banget sama Nisa!" Dani menyuarakan isi hatinya dengan suara yang parau. Membuat yang mendengar pun semakin tidak tega.
"Dani cukup! Kamu gak boleh ngomong begitu! Ini semua udah takdir Allah. Gak ada yang bisa disalahin Dani, istighfar." Revan terus menerus menyadarkan Dani.
Orang yang biasanya paling kuat itu sekarang terlihat lemah sekarang. Dani yang biasanya paling mampu menasihati kini malah diluar kendali.
Suara Ambulance dan Damkar sudah terdengar. Membuat perasaan cemas yang sudah menggandrungi dihati para warga mulai berkurang.
"Dani, berdoa semoga Nisa baik-baik aja." Ucap Rama kemudian memeluk Dani erat. Temannya yang lain ikut mendekap Dani, berharap dengan ini mereka bisa menguatkan Dani.
Dirham melepaskan pelukan itu lebih dulu, tidak kuasa menahan sesak yang menggumpal di hatinya. Ia tidak mau menangis di depan Dani, maka dari itu ia memilih untuk pergi dari sana.
Sudah ada 3 Damkar yang hadir disini, beberapa dari mereka berusaha untuk masuk ke dalam rumah Dani untuk menyelamatkan Nisa.
Setelah kurang lebih 3 jam, api itu bisa dipadamkan. Namu Nisa masih belum berhasil ditemukan.
"Mah, pah, Nisa kemana? Nisa belum ditemuin. Dani mau cari Nisa!"
Mamah Dani masih sesenggukan dalam dekapan suaminya. Dengan sigap, ayah Dani menahannya.
"Kamu diam disini Dani! Tunggu kabar dari Damkar!" Perintah ayah Dani.
Pikiran ayah Dani juga sudah buntu, ia benar-benar tidak menyangka rumahnya akan terbakar seperti ini dibulan Ramadhan.
Apalagi anak wanitanya yang belum ditemukan sampai api padam begini membuatnya semakin khawatir. Namun ia harus kuat dihadapan anak dan istrinya. Ia tidak boleh lemah, kalau sebagai kepala keluarga lemah bagaimana nasib keluarganya nanti?
"Tapi Nisa belum ketemu Pah, Nisaaaa!!!!" Dani memegang kepalanya yang mulai terasa pening. Baru kali ini Dani merasakan sakit kepala yang terlampau sakit. Ia sampai tak kuasa menahan berat tubuhnya dan akhirnya jatuh ke aspal.
"DANI!" Mamah Dani berteriak histeris melihat anaknya yang tiba-tiba jatuh tak berdaya dengan wajah yang pucat pasi.
"Pah! Dani pah! Bawa Dani kerumah sakit!!" Mamah Dani tidak bisa berpikir jernih sehingga apa-apanya dibuat panik dan justru semakin membuat orang lain khawatir.
"Suster! Tolong teman saya." Rama memanggil suster yang sedang berdiri didepan mobil ambulans, kemudian suster itu datang bersama dua pria dengan membawa tandu.
"Saya akan bawa dia ke rumah sakit." Ucap suster itu.
"Kami ikut sus!" Ucap Rama yang langsung diangguki teman-temannya.
Revan menghampiri mamah dan papah Dani untuk pamit menuju rumah sakit.
"Om tante, kami berangkat dulu. Om tante jangan panik, Dani akan kami jaga." Ujar Revan kemudian menyalimi tangan kedua orangtua Dani.
"Revan, Revan jaga Dani ya. Tante titip Dani, jangan sampai dia kenapa-kenapa." Mamah Dani semakin menampilkan wajah yang semakin frustasi.
"Tante jangan terlalu khawatir, jagain adik nya Dani ya tante." Revan tersenyum dan berjalan lebih dulu ke arah ambulans.
"Tolong jaga Dani." Ucap mamah Dani dengan suara yang lemah.
"Pasti Tante!" Jawab Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan bersama Zainab
Teen FictionMenyukai seseorang itu fitrah, tidak ada yang bisa menebak kepada siapa kita akan jatuh. Tidak ada yang mampu menolak kapan datangnya rasa itu. Semua kehendak Allah, yang mau bagaimanapun rasanya. Kita harus tetap mensyukuri. Namun yang harus diing...