Keadaan keluarga Dani masih berduka, rasanya kadang masih seperti mimpi di siang bolong. Kejadian singkat yang mampu merubah kehidupan Dani beserta keluarganya berbeda 180°.
Adelia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah hari ini, namun yang sekarang jadi permasalahan diantara mereka adalah... Kemana mereka harus pulang?
Sebenarnya Doni juga mempunyai rumah lagi yang masih sedang dalam masa pembangunan di daerah elit Jakarta Pusat. Namun setelah kejadian ini, pembangunan terpaksa harus dihentikan karena dana nya digunakan untuk hal yang lebih penting saat ini.
"Kita mau pulang kemana pah?" Tanya Adelia pada Dino.
"Papah juga lagi mikirin soal ini Mah, apa kita tinggal di apartemen aja?" Usul Dino yang langsung ditolak oleh Adelia.
"Bayarnya mahal pah, sayang uang kita."
Dengan segala pertimbangan yang disepakati di rumah sakit dengan waktu singkat. Mereka memutuskan untuk mengontrak di salah satu rumah yang berada di dekat komplek Madinah, bisa dibilang di daerah kampungnya.
Tidak ada yang bisa dibawa ketika pindah, karena semuanya hangus terbakar. Mungkin dalam waktu dekat ini Doni akan disibukkan dengan mengurus beberapa surat-surat penting.
Doni mendapat info kontrakan ini dari temannya, transaksi dilakukan saat itu juga. Dan untungnya di dalam kontrakan sudah ada beberapa barang, seperti : kasur, sofa, juga beberapa perlengkapan dapur.
"Untuk sementara waktu kita tinggal disini dulu ya?" Doni memasang raut bersalahnya pada Dani dan Adel.
"Gak papa Pah, ini gak terlalu buruk. Alhamdulillah." Ucap Dani ikhlas.
-
Di rumah Zainab, Uma sedang sibuk memilah kerudung untuk diberikan pada Adelia. Masih banyak kerudungnya yang belum terpakai, jadi daripada terlalu lama di dalam lemari lebih baik dipakai orang lain.
Sedangkan Zainab dan Aisyah ditugaskan oleh Uma untuk ke supermarket membeli segala keperluan yang sudah di list sebelumnya oleh Uma. Mulai dari bahan makanan, camilan, sampai makanan instan.
"Kak, ini belanjaannya banyak banget. Emang buat siapa?" Aisyah membenarkan pegangannya pada tas pengganti plastik kresek yang saat ini sedang ia bawa.
"Sekalian buat Dani Cha, dia belum sempat kemana-mana. Kasian tante Adel masih sedih." Ujar Zainab sambil memaksakan senyumannya.
Tentu saja ia juga turut berduka dengan kejadian semua ini, Zainab menjadi semakin percaya kalau Allah tidak pernah salah memberikan ujian kepada hamba-Nya. Dani dan keluarganya akan tabah dengan apa yang baru mereka alami, belum tentu yang lain bisa begitu.
Ketika secara tiba-tiba harus kehilangan rumah mewahnya, lalu secara bersamaan juga siap untuk tidak lagi bisa bertemu dengan Nisa. Belum selesai sampai situ, keluarga Dani juga harus tegar melepas kepergian calon anggota baru yang akan melengkapi mereka.
Satu komplek juga tak kuasa menahan sesak di dada ketika mengetahui seberat ini ujian yang dihadapi keluarga Dani. Terkadang kita yang baru menghadapi masalah yang tidak ada apa-apanya saja sudah mengeluh dan menganggap Allah tidak adil dalam memberi cobaan.
Tapi apa kita pernah berpikir kalau diluar sana bahkan masih banyak orang yang mendapat cobaan lebih berat dari yang kita dapati. Namun mereka masih tetap berusaha tegar dengan semuanya. MasyaAllah, jauhkan kita dari sikap demikian.
"Dengan Zainab?" Tanya seorang driver go-car yang sudah Zainab pesan ketika sedang membayar belanjaannya di kasir.
Aisyah mengangguk cepat, ia sedari tadi sudah merasa keberatan walau tak ia ucapkan pada Zainab.
"Iya pak,"
"Mari silakan masuk,"
Sesampainya dirumah, Uma langsung menghampiri mereka berdua.
"Kalian istirahat dulu aja, maaf ya Uma udah ngerepotin." Ujar Uma sambil mengambil beberapa belanjaan dan dibawa ke dapur.
"Enggak merepotkan Uma," Jawab Zainab dan ikut membantu Uma membawakan belanjaan.
Lagian mana mungkin juga seorang anak merasa direpotkan oleh orangtuanya cuma karena diminta belanja ke supermarket. Sedangkan orangtua saja sudah bersusah payah menghidupinya selama ini tanpa pernah mengeluh.
-
Rama sedang berdiskusi dengan Dirham di dalam rumah. Tidak mungkin disaat seperti ini ia tidak membantu sahabatnya. Tapi ia juga bingung apa yang bisa dilakukan.
"Apa kita pilihin baju-baju aja buat Dani Ram?" Saran Dirham setelah berpikir sebentar.
"Boleh sih Ham, tapi kan yang butuh dibantu bukan cuma Dani, tapi Mamah dan Papah nya juga."
Dirham jadi diam, Rama juga ikut diam. Kalau dipikirkan cuma mengandalkan dua orang juga akan lebih sulit menemukan idenya.
"Aku gak nyangka banget, keluarga Dani bisa dapet ujian yang benar-benar berat banget. Kehilangan berturut-turut ya Allah." Ucap Dirham dengan wajah sendu.
Kejadian itu masih terus terngiang-ngiang di setiap pikiran semua orang yang melihatnya. Rama pun begitu, namun ia selalu lebih pandai dalam memendam.
"Semua ini udah jadi takdir Yang Kuasa Ham, kita sama sekali gak pernah nyangka. Tapi kalau memang ini yang terbaik, kita gak akan bisa berbuat apa-apa Ham." Jelas Rama.
Dirham semakin menundukkan kepalanya, "Aku juga jadi inget orang tua aku Ram, semoga mereka diberikan tempat terbaik di sisi Allah. Juga keluarga Dani bisa diberikan keikhlasan juga ketabahan."
"Aamiin Ham," sahut Rama.
"Mendingan kita omongin ini nanti lagi aja ya Ham, pikirannya lagi belum nemu ide." Rama berucap sambil memegangi dahinya.
Dirham menyetujui, "sekalian dirunding bareng yang lain aja Ram."
"Aku kabarin mereka dulu."
***
Buat teman-teman yang saat ini sedang menghadapi cobaan, semangat ya! Semua ini udah yang terbaik diberikan Allah, bukan tanpa alasan. Tapi karena Allah tau kalau kalian memang sanggup menghadapi nya.
Jangan pernah nganggep sayang Allah itu gak adil ya, kalo kamu merasa dikasih cobaan yang lebih berat dibanding yang lain, kamu salah. Karena semua nya udah punya porsi masing-masing.
Harus inget, kalau semua badai pasti menemukan pelangi nya. Sabar ya, kamu kuat kok🌹.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan bersama Zainab
JugendliteraturMenyukai seseorang itu fitrah, tidak ada yang bisa menebak kepada siapa kita akan jatuh. Tidak ada yang mampu menolak kapan datangnya rasa itu. Semua kehendak Allah, yang mau bagaimanapun rasanya. Kita harus tetap mensyukuri. Namun yang harus diing...