Chapter || 12.

4.6K 274 13
                                    

Sudah dua hari Avi dirawat di rumah sakit. Genta dan Shera sama-sama mengambil cuti dari kerjanya. Proyeknya sementara di handle oleh Tandra dan Lala, sebagai pengganti mereka.

"Ra, udah sarapan?" Genta melihat Shera yang baru sampai di kamar rawat anaknya dengan wajah fresh setelah pulang dulu ke rumahnya. Shera hanya memakai jeans hitam dan kemeja berwarna mint, namun bisa membuat Genta terpana. Sangat cantik.

"Belum."

Genta bangkit dari duduknya. "Saya beliin sarapan dulu, ya." Awalnya Shera ingin menolak, namun tidak jadi karena Genta sudah melangkah lebih dulu keluar kamar anaknya.

Shera menghela napas. Ia menghampiri anaknya yang baru bangun. "Pagi, Sayang." Ia mengusap lembut kepalanya. Shera menempelkan tangannya pada dahi Avi dan terasa badannya masih panas.

"Mama, Papa mana?"

Shera meringis. Selama di rumah sakit, Avi terus-terusan menanyakan keberadaan Genta. Sedetik saja Genta tidak ada di sampingnya, Avi sudah kelimpungan. "Lagi beli sarapan, Vi. Kenapa?"

Avi menggeleng. "Pengen minum, Ma." Shera mengangguk dan membantu anaknya duduk agar bisa minum.

"Hai, Princess. Udah bangun?" Avi langsung bersorak senang.

Genta memberikan plastik yang berisi bubur pada Shera. "Cuma ada tukang bubur sama soto tahu di depan. Saya tau kamu nggak suka soto tahu, makanya aku beliin bubur, nggak apa-apa, kan?"

Shera mengangguk. "Makasih." Ia mulai tenang memakan sarapan yang diberikan Genta.

Sayup-sayup ia mendengar pembicaraan mantan suami dan anaknya. "Pa, Avi nggak mau keluar dari sini ah."

"Loh, kenapa, Sayang? Avi nggak mau sekolah?"

Avi menggeleng. "Avi suka kalau di sini, Papa sama Mama bareng lagi. Kalau di rumah, Papa suka ilang-ilangan, Avi sedih jadinya." Untung saja, Shera tidak tersedak makanannya karena terkejut mendengar penuturan anaknya. Jadi....selama ini Avi-nya merasakan hal itu? Tanpa disadari langsung oleh Shera. Shera mengira ia sudah memberikan yang terbaik untuk anaknya walau sudah tidak serumah dengan suaminya. Hati Shera serasa diremas oleh tanan tak kasat mata. Sakit mendengarnya. Ia tidak tau Avi merasakan kehilangan rasa dari sebuah keluarga yang utuh.

Genta menatapnya, Shera bisa merasakan itu. Tatapannya seolah mengatakan; gimana, Ra? Kita harus bagaimana?

Shera memilih untuk menggeleng dan pergi dari sana. Ia langsung menghubungi Rita, yang seharian selalu dengan Avi dan meminta wanita itu menemuinya di rumah sakit.

"Avi memang sering bilang dia kangen Papa. Saya bales aja, Papa lagi kerja, cari uang buat Avi. Nanti Avi pasti ketemu lagi sama Papa." Rita sedikit takut ketika menjawab pertanyaan dari majikannya. Takut salah kata.

"Saya salah nggak, Bu? Maaf kalau saya bikin Avi kayak gini." Rita menundukkan kepalanya. Suasana rumah sakit yang ramai membuatnya sedikit tenang karena Shera tidak mungkin memarahinya di tempat seperti ini.

"Nggak, Rita. Kamu nggak salah. Makasih sebelumnya udah mau jaga anak saya. Tapi, Avi ngomong apalagi selain itu?"

Rita tampak berpikir keras. "Paling dia suka curhat sama saya, pengen liburan sama Mama Papanya. Pengen kue bikinan Ibu, dan pengen main lamaaa sekali dengan Papanya. Saya cuman bisa bilang; Iya, nanti Avi bilang ke Mama-Papa ya. Saya takut soalnya, takut salah ngomong."

Astaga.

Shera terdiam. Ia tidak tahu anaknya seperti ini. Masalahnya, Avi baru berumur lima tahun, ia kira, anak seumur itu tidak akan terlalu mengerti makna perceraian yang sebenarnya.

L'amour L'emporte [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang