Chapter || 27.

4.1K 214 4
                                    

Pulang dari taman itu, Avi merengek untuk dibawa ke toko buku. Ia kehabisan bacaan di rumah, katanya. Makanya ia memaksa kedua orangtuanya untuk membelikan buku baru. Shera dan Genta memang memfasilitasi Avi dengan banyak buku bacaan. Sebulan, Avi bisa menghabiskan banyak buku dan membuatnya membeli buku hampir tiap bulan. Itu lebih baik menurut mereka, Shera dan Genta rela menghabiskan uangnya untuk buku-buku Avi dibandingkan membelikan anak itu ponsel dan mengurangi minat bacanya.

"Ma, mau buku ini," ucap Avi seraya memeluk lima buku di tangannya. Shera yang sedang melihat-lihat rak buku pun, mengalihkan pandangannya. Ia mengecek buku-buku yang dipilih Avi. Kebanyakan buku cerita dan ada satu buku rumus yang anaknya pilih, Shera menggeleng kepala dan tersenyum. Sepertinya anaknya ini sangat suka belajar.

"Avi serius mau baca buku ini?" Shera mengambil buku ensiklopedia sains yang cukup tebal. Ia saja tidak mau membacanya.

Avi mengangguk semangat. "Ada gambar-gambar planetnya, Ma. Lucu. Avi mau..." Tatapan anaknya yang sangat menggemaskan tidak memberi Shera pilihan lain selain mengiyakan. Avi bersorak girang melihatnya.

Shera tersenyum. "Ayo bayar dulu bukunya." Shera menuntun anaknya ke kasir.

Mereka antre untuk membayar buku itu. Shera sempat melirik Genta yang masih asyik di depan rak buku pengembangan diri. Shera tersenyum pula melihatnya.

"Anaknya suka baca, ya, Bu?" tanya kasir itu ketika mereka sedang membayar buku Avi. Shera mengangguk.

"Iya, Avi sukaaaa banget baca. Kata Mama, kalau mau pinter harus rajin-rajin baca." Avi lebih dulu menjawab pertanyaan Mbak kasir itu. Shera tertawa kecil seraya mengelus rambut anaknya.

"Totalnya dua ratus tiga puluh delapan ribu, Bu." Shera langsung memberikan uangnya.

Ketika kantong plastik berisi belanjaannya diberikan pada Avi, anak itu tersenyum dan mengatakan, "Makasih, Mbak. Nanti Avi ke sini lagi kalau bukunya udah abis dibaca." Mendengarnya, Shera dan petugas kasir itu tertawa.

"Udah belinya?" tanya Genta yang ternyata sudah menunggu di luar toko buku.

Avi mengangguk. "Avi beli banyak." Genta tersenyum.

"Dibaca yang bener, ya."

"Papa, Avi laper." Avi nyengir kuda.

Setelah itu, Genta membawa Shera dan Avi ke restoran cepat saji. Avi girang karena mendapat hadiah mainan dari paket anak-anak yang dipesankan Genta. "Avi, makan dulu itu makanannya." Shera menegur anaknya yang masih memainkan mainannya.

Avi mengangguk sekilas. Tapi, tetap saja tidak menuruti perintah ibunya.

"Avi."

Mendengar teguran tegas dari Shera, Avi langsung tersenyum. "Maaf, Mama."

Genta meringis melihat Shera yang bersikap tegas pada anaknya. "Jangan galak-galak, kasian dianya," bisiknya.

"Saya nggak galak, kok." Shera pun mulai memakan pesanannya.

"Tapi galakan kamu daripada saya."

"Soalnya kamu manjain dia, Mas."

Keceplosan lagi.

Shera berdecak. Ia yakin Genta akan meledeknya habis-habisan setelah ini. "Sayang kamu, Ra."

"Berisik," ucapnya dingin. Ia kembali fokus pada makanannya dan tidak memedulikan Genta yang kini memandangnya jahil.

***

Mereka kembali ke rumah Shera saat hari sudah malam. Avi bahkan sudah tertidur pulas di perjalanan. "Saya aja yang gendong dia." Shera mengangguk dan membiarkan Genta menggendong Avi yang tidurnya tidak terganggu.

L'amour L'emporte [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang