Chapter || 29.

3.9K 177 0
                                    

"Kamu mau, kan?" Genta mengusap-usap punggung Shera yang kini ada di dekapannya. Siang ini, mereka berada di rumah Shera setelah wanita itu tidak masuk kerja dua hari. Rumahnya masih sepi karena Avi masih sekolah ditemani Rita.

"Ra?" Genta menawari Shera untuk tinggal bersamanya. Di apartemen mewah Genta yang berada di dekat kantornya. Itu adalah tempat tinggalnya dulu, sebelum memutuskan untuk bercerai.

"Terus rumah ini gimana?" tanya Shera dengan nada tidak yakin.

"Kita kontrak aja dulu, kalau kamu nggak mau jual." Genta mengecup puncak kepala Shera.

Shera terdiam. Memikirkan apakah keputusan yang benar jika ia mau kembali ke apartemen itu. Masalahnya, terlalu banyak trauma di sana, Shera takut. Apalagi sekarang ia membawa anak Genta di rahimnya, ia khawatir traumanya berdampak buruk untuk janinnya.

"Apartemennya udah saya renovasi. Sekarang bener-bener berubah. Kamu nggak perlu takut," ucap Genta seakan bisa mendengar isi hati Shera.

"Kerjaan saya gimana?"

Genta mengecup kembali wanita yang sangat ia sayangi itu. "Sebenarnya saya mau kamu berhenti dulu, sampai kita nikah atau sampai kapanpun. Saya masih bisa--kelewat mampu--untuk menafkahi kalian bertiga." Genta tersenyum. Ia masih memikirkan bagaimana caranya agar melindungi Shera dari omongan tidak benar orang-orang di kantor wanita itu.

"Tapi, saya suka kerja."

Genta mengangguk paham. "Itu terserah kamu."

Shera tersenyum tipis. "Oke, saya mau tinggal sama kamu lagi. Kalau untuk kerjaan, boleh nggak saya berhenti sampai proyek ini benar-benar selesai?"

Genta girang bukan main. "Boleh, tentu saja boleh, Sayang."

"Makasih, Genta."

Genta menggeleng. "Saya harusnya yang bilang gitu, makasih, Ra. Makasih atas semuanya."

***

Tidak perlu menunggu lama bagi Shera dan Genta untuk pindah rumah. Avi juga tidak keberatan karena tau kini Papa-nya sudah tidak akan 'dinas' lagi, dan akan menghabiskan banyak waktu untuknya dan untuk Mamanya. Dua minggu kemudian, mereka sudah pindah ke apartemen Genta. Mbak Rita diajak, tentu saja. Apartemen ini kelewat besar jika hanya diisi Genta, Shera, dan Avi. Shera juga menjelaskan semuanya kenapa ia kembali bersama Genta pada Mbak Rita. Wanita yang umurnya tidak beda jauh dari Shera itu hanya tersenyum canggung dan mengangguk, "Saya doakan langgeng ya, Bu. Semoga dede-nya juga sehat sampe nanti lahir." Shera mengamininya.

"Ini kamar Avi," ujar Genta seraya membuka pintu kamarnya. Ia sudah menghias kamar anaknya sedemikian rupa. Ada sisi tembok yang bergambar macam-macam planet, sementara tembok lain bergambar pepohonan hijau yang sangat enak dipandang. Dinding yang ada meja belajarnya, sengaja dikosongkan oleh Genta, biar anaknya yang menghias sendiri.

"Avi suka?"

Avi yang memeluk Dodo mengangguk senang. "Bagus banget. Makasih, Papa." Genta memang sudah mempersiapkan ini semua jauh hari sebelum ia meminta Shera bersamanya kembali.

Genta tersenyum dan membiarkan anaknya menikmati kamar barunya.

"Eh, kok malah kamu yang mindahin barangnya? Sini, saya aja. Kamu istirahat aja, Ra. Kasian dede-nya, nanti ikut capek." Genta langsung mengambil sekotak kardus yang padahal tidak berat sama sekali karena berisi make-up dan skincare Shera.

"Lebay kamu, Ta. Itu kotaknya kecil, nggak berat."

Genta tidak mendengarkan. Ia melihat kamarnya dan Shera sudah siap dipakai. "Kamu capek?" tanya Genta.

L'amour L'emporte [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang