Cupu

24 1 0
                                    

Selamat membaca;)

Belajarlah memahami setiap keadaan karena kesulitan akan selalu terlewati dengan mudah.

Pagi ini Faiza berangkat ke sekolah tanpa menggunakan kendaraan,dirinya sudah terbiasa pulang pergi berjalan kaki menurutnya tak mengapa jalan kaki itu sehat. Ia tidak malu jika harus berjalan kaki karena di SMA Garuda rata-rata muridnya pulang pergi sekolah menggunakan motor atau mobil,rata-rata mereka memiliki kendaraan pribadi yang diberikan orang tuanya.

Faiza tak iri dengan kekayaan yang mereka punya karena dirinya selalu bersyukur kepada Allah Swt yang masih mencukupkan rezeki yang terpenting dirinya dan sang ibu tidak kelaparan,ya untuk makan tiap hari alhamdulillah selalu tersedia.

Ibunya dulu pernah menawarkan sebuah motor kepada Faiza dengan membayar cicilan perbulan. Tentu Faiza menolak ia tak ingin ibunya memiliki hutang karenanya dan juga tak ingin terus menerus memberatkan beban sang ibu. Ia cukup tau diri,jika tak mampu untuk apa memaksakan sesuatu yang sifatnya hanya sementara,yang sifatnya untuk gaya saja. Ia berusaha menenangkan sang ibu bahwa dirinya baik-baik saja jika berjalan kaki.

Faiza tak banyak gaya seperti anak yang lainnya ia selalu memahami setiap keadaan ia menerimanya dengan tabah dan sabar. Karena hanya sang ibu yang menafkahinya,sang ayah? sudah 3 tahun dirinya tak bertemu. Ibunya diceraikan oleh sang ayah ketika Faiza berusia 15 tahun,Faiza tidak pernah tahu apa permasalahan mereka. Ibunya tak pernah bercerita apapun kepada Faiza.

Selama hidup 15 tahun ayahnya jarang sekali pulang ke rumah bisa dihitung dengan jari,alasannya memang dia sibuk dengan pekerjaannya ia hanya mengirim sejumlah uang bulanan saja. Setelah bercerai Faiza dilarang untuk bertemu sang ayah karena alasan tertentu sang ibu. Ketika awal perceraian ayahnya masih mengirimi uang tetapi sang ibu menolak mentah-mentah ia tidak ingin menerima pemberian sang ayah lagi. Dan sampai akhirnya sekarang tak ada kabar sama sekali Faiza belum pernah bertemu lagi dengan sang ayah. Jujur dirinya sangat merindukannya,ingin ia bertanya sebab berakhir nya rumah tangga mereka kepada sang ibu tetapi selalu Faiza urungkan. Setiap kali ibunya mengingat sang ayah pasti ibunya akan berderai air mata,Faiza tak ingin melihat ibunya menangis. Karena itu ia selalu bungkam.

Setiap berangkat sekolah dirinya selalu berhenti disebuah warung nasi yang dipinggir jalan. Ia membelinya dengan uang jajannya,nasi bungkus ini bukan untuk dirinya melainkan untuk pengemis tua yang selalu berada di tepi jalan. Faiza kasihan melihat kondisinya ia hanya ingin sedikit membantu pengemis itu saja. Dirinya masih lebih beruntung diberikan kecukupan oleh Allah.

Kegiatan yang Faiza lakukan sudah berlangsung dua tahun lamanya ia tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun hanya sang ibu yang tahu. Tentu ibu Faiza sangat terharu dan senang dengan perilaku anaknya yang begitu penyayang kepada sesama makhluk ciptaan tuhan.

"Assalamualaikum nek,ini za bawain makan seperti biasa." Ucapnya sambil mencium tangan pengemis tua itu.

"Waalaikumsalam,masya Allah nak terimakasih ya." Jawab sang nenek sambil mengelus puncak kepala Faiza.

"Sama-sama nek."

"Nak memangnya kamu tidak bosan setiap hari memberikan nasi bungkus kepada nenek?"

"Ngga dong nek,nenek itu udah kaya nenek Faiza. Faiza udah gak punya nenek jadi nenek mau ya jadi neneknya Faiza." Ucap Faiza sambil memegangi kedua tangan pengemis itu.

"Tentu nenek mau nak,kamu mau ke sekolah?"

"Iya nek,Faiza berangkat dulu ya." Tak lupa Faiza mencium kembali tangan pengemis itu.

"Hati-hati nak."

Faiza melanjutkan perjalanannya menuju sekolah bibirnya selalu komat kamit mengulangi hafalan qur'an nya. Ia melatih diri terus menerus agar tidak mudah lupa. Jika ia berjalan seperti ini ia sering larut dalam hafalannya atau dzikir dengan cara ini perjalanannya menuju mana pun jadi tak terasa.

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang