Teman Baru

50 7 1
                                    

Selamat membaca;)

Menaruh kepercayaan pada seseorang itu sulit,kadang kita memerlukan waktu untuk memberikannya.

Rimbun masih dalam tahap adaptasi ia belum memiliki teman untuk diajak bicara. Ia agak sedikit kesusahan untuk bergaul dengan orang baru karena kenyataan yang ia rasakan saat ini tidak semudah yang ia pikirkan dahulu. Ya memang Rimbun orangnya pendiam dan juga cuek terhadap sekitar walaupun ia belum dapat teman bicara sepertinya ia tidak terlalu peduli karena tujuan utamanya bukan ini.

Di jam istirahat ini Rimbun berencana akan menghabiskan waktu istirahatnya di masjid sekolah ini tetapi ia masih kebingungan karena ia belum tahu letak dimana masjid berada. Ingin bertanya tetapi enggan akhirnya ia mencari sendiri keluyuran kesana kemari dengan kepala yang terus menunduk.

Tak sengaja tubuhnya menabrak seorang wanita yang tentu Rimbun lihat wajahnya walaupun hanya sekilas membuat hatinya terasa berdesir.

“Astaghfirullah,Maaf ukhti.” Ucap Rimbun yang masih tetap menunduk.

“Oh ya gpp.”

Perempuan berkacamata menggunakan pakaian yang sungguh sempurna menutup aurat seperti perempuan-perempuan yang di pesantren Rimbun. Rimbun kira perempuan yang berpakaian sangat tertutup hanya di pesantren saja ternyata disekolah seperti ini masih ada. Rimbun sangat bersyukur walaupun minoritas perempuan yang menggunakan pakaian yang sangat tertutup.

Menurut deskripsi Rimbun perempuan dihadapannya sangat cantik sampai-sampai ia tak sanggup untuk melihat wajahnya kembali ia memutuskan untuk menunduk menjaga pandangan juga takutnya Rimbun terlalu larut menyukai ciptaan Allah yang satu ini.

Setelah mengucapkan permintaan maaf Rimbun hendak kembali melanjutkan langkahnya namun suara lembut perempuan itu menyerunya.

“Hei kamu anak baru?”

“Ya.” Rimbun menjawab tanpa melihat lawan bicaranya.

“Sepertinya kamu sedang kebingungan kamu sedang mencari apa?”

“Eum... Aku lagi nyari masjid sekolah ini dimana ya?”

“Ohh... Kamu tinggal lurus belok kanan nah masjidnya deket taman.”

“Ya terimakasih. Aku pamit.”

Tiba-tiba Rimbun dengan perempuan ini menggunakan aku-kamu ya biasanya tidak seperti ini mungkin karena Rimbun menyesuaikan lawan bicaranya.

Disepanjang perjalanan mulut Rimbun terus komat-kamit beristighfar ia berusaha menghilangkan pikiran macam-macam tentang perempuan tadi. Sesekali ia menyebut Masyaallah untuk mengagumi keindahan ciptaan-Nya.

Setelah menemukan masjid Rimbun langsung mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat sunnah dhuha. Terlihat ditempat khusus laki-laki hanya ada beberapa yang melaksanakan sholat sunnah dhuha,sangat jauh berbeda dengan pesantren disana untuk melakukan ibadah sholat wajib ataupun sunnah selalu ramai seluruh anak santri melakukannya.

Untuk tempat perempuan Rimbun tidak tahu ada yang melaksanakan sholat dhuha atau tidak tetapi Rimbun berharap ada.

‘Semoga perempuan tadi melaksanakan sholat dhuha,astaghfirullah ya allah ampuni hamba yang selalu mengingat dia yang bukan mahramku.’ Batin Rimbun.

Sholat sunnah dhuha sudah Rimbun tunaikan kini ia membuka kedua tangannya untuk berdoa meminta segala keinginannya dan memohon ampun kepada Allah swt. Semoga pilihan yang ia pilih saat ini terjalani tanpa mengubah iman yang sudah tumbuh pada diri Rimbun. Semoga Rimbun selalu berada dijalan yang diridhoi oleh Allah swt.

Setelah berdoa ada seorang laki-laki yang juga sudah melaksanakan sholat sunnah dhuha memanggil Rimbun.

“Eh ko gue baru liat lo ya?” tanya laki-laki itu.

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang