Rasa Bersalah

29 3 0
                                        

Selamat membaca;)

Menepati janji adalah salah satu bentuk pembuktian yang nyata.

Langakahnya seakan ragu untuk masuk kelas kejadian tadi membuat dirinya menjadi ciut dan tidak percaya diri.

Takut pada Jojo? Bukan,Rimbun bukan takut pada laki-laki itu ia hanya merasa tak enak hati saja terutama kepada Nabila. Mungkin pembelaan Jojo untuk Nabila iti benar Rimbun terlalu kasar kepada perempuan.

Ia menatap nanar pintu kelas ingin sekali rasanya ia pergi meninggalkan sekolah ini dan kembali lagi ke pesantren. Tapi Rimbun tidak mungkin melakukan itu ia harus bertanggung jawab menghadapi semuanya dan harus menepati janjinya kepada sahabatnya itu.
Ketika Rimbun ingin menyerah ia menggeleng keras seakan ia tidak boleh mundur begitu saja sudah setengah jalan pasti ia bisa melalui ini semua.

Dengan langkah perlahan ia mulai memasuki ruang kelasnya,semua mata teman-temannya tertuju pada Rimbun ia menjadi sorotan dikelas itu tak terkecuali. Sorot mata tajam Jojo langsung menyerang Rimbun,sementara Rimbun ia mencoba menenangkan hatinya agar tidak terpancing. Ia membalas senyuman kepada Jojo namun laki-laki itu membuang muka seakan akan ia memang tidak ingin melihat Rimbun disini lagi. Rimbun hanya bisa tersenyum getir ketika melihat Jojo seperti itu.

Sudahlah Rimbun tak terlalu memperhatikan Jojo sekarang mata Rimbun sudah menelusuri isi kelas ini ia tidak menemukan Nabila. Namun pandangan matanya terhenti ditempat duduknya sendiri ia melihat perempuan yang sedang tertidur dimejanya. ‘Kayanya itu Nabila deh.’ Pikir Rimbun.

Rimbun mulai mendekati tempat duduknya dan melihat jelas wajah Nabila yang sedang tertidur pulas dengan berbantalkan sebelah tangannya. Sangat terlihat polos sekali ketika Nabila tertidur seperti ini,seketika senyum tipis terbit dari bibir Rimbun.

Rasa bersalah semakin menguasai diri Rimbun ketika ia melihat perban baru dikaki Nabila. Luka yang lama saja belum sembuh total dan sekarang Rimbun malah menambah luka baru dikaki Nabila. Ia benar-benar tak sadar ketika mendorong Nabila.

“Apa gue kekencengan ya dorongnya?” gumam Rimbun.

Ia hanya menatap wajah Nabila perasaanya menjadi campur aduk tetapi rasa bersalah lebih dominan terasa ia tidak menyangka bahwa dirinya sekasar itu pada perempuan. Seharusnya ia bisa menjaga perempuan seperti ibunya sendiri. Ia sudah diajarkan untuk menghormati perempuan namun kini ia malah menyakiti seorang perempuan.

“Maafin gue bil.” Ucapnya sangat pelan.

Mata Rimbun berkaca-kaca ia sedih dengan keadaan Nabila sekarang dirinya sudah memperburuk keadaan Nabila, tak terasa setetes air matanya jatuh tepat pada pipi Nabila. Rimbun bukan cengeng walaupun ia cuek dengan keadaan tidak peduli dengan apapun tetapi hatinya begitu lembut. Ia tak rela jika melihat seorang perempuan disakiti tapi malah dirinya yang menyakiti. Rimbun tak bisa memaafkan dirinya sendiri ia harus berbuat baik pada Nabila sekiranya mengurangi rasa bersalahanya.

Rimbun menyeka air matanya ia berusaha menatap langit-langit agar tidak jatuh lagi.

Suara dehaman Pak Heru bergema di kelas ini ia selaku guru seni budaya. Rimbun segera duduk di samping Nabila ia melirik sekilas perempuan itu dia masih terlelap. Rimbun tak ingin membangunknnya ia biarkan saja wanita itu tertidur mungkin Nabila kelelahan ia butuh istirahat.

Rimbun berencana akan meminjamkan buku catatannya pada Nabila agar perempuan itu tidak ketinggalan materi.
Tapi jika Nabila tertidur dalam kelas pasti ia mendapat masalah besar kalau seandainya pak Heru melihatnya. Rimbun berpikir sejenak terlintas ide muncul diotaknya,ia mengambil hoodienya didalam tas dan menutup badan Nabila agar tidak terlalu terlihat. Sekiranya sudah aman Rimbun fokus memperhatikan pak Heru yang sedang menjelaskan pelajaran yang diajarkannya.

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang