Perlu usaha besar bagiku untuk menulis cerita ini.
Kisah ini sangat personal. Ini merupakan potongan kisah hidupku ketika aku menjalani kehidupan di Whitewoods. Dan ini bukanlah kenangan yang mudah untuk kuceritakan kembali. Aku sendiri tidak yakin apakah aku siap untuk membagikannya kepadamu, yang teknisnya adalah orang asing, tetapi lagi-lagi... seseorang meyakinkanku bahwa tidak ada salahnya untuk menuangkan perasaan dan kenanganku, sebelum hatiku meletup akibat kepenuhan atau semacamnya.
Aku mengenal Maximilian. Amat sangat mengenalnya.
Agar kau mengerti, mula-mula akan coba kujelaskan soal sejarah Max dan Lily.
Lily sudah menjadi sahabat Max sejak mereka berdua masih kecil. Waktu Lily berumur 6 tahun, Max (yang kala itu berumur 11 tahun) divonis mengidap leukimia.
Di masa-masa kelam itu, Max pernah pergi ke danau untuk mencoba... mempercepat segalanya, tetapi Lily, diberkatilah jiwanya, mencegahnya dengan mengancam Max kalau dia akan ikut melompat ke danau jika Max berani melakukannya. Di tengah-tengah perdebatan mereka, Lily terpeleset dan jatuh ke danau, nyaris tenggelam. Max akhirnya terjun ke danau dan berhasil menyelamatkannya. Saat itulah Lily kehilangan bandananya.
Tak lama setelah insiden itu, kondisi Max memburuk. Aku mencoba segala cara, namun jauh di dalam lubuk hatiku aku selalu tahu bahwa penyakit Max, bahwa takdir buruk ini, bukanlah sesuatu yang dapat kuakali. Pada akhirnya, aku melepaskannya. Aku merelakannya. Max meninggal dunia di usia yang sangat muda, dan hatiku hancur. Dan akupun pergi meninggalkan Whitewoods. Juga gereja itu.
Lily mengalami syok berat hingga orangtuanya terpaksa membawanya pindah dari kota itu. Menjauhkannya dari kenangan pahit itu. Karena kepergian Max meninggalkan luka yang begitu dalam dan traumatis bagi Lily, memori akan kematian Max terblokir di ingatannya.
Kami pernah punya anjing, namanya Ceros. Max sangat menyayangi Ceros, dan ketika anjing hitam itu tiada, kami menguburnya di dalam gereja. Max juga pernah mengatakan padaku saat terbaring di ranjangnya dalam kondisi lemah bahwa dia iri pada Ceros. Saat itu Max memohon padaku bila waktunya telah tiba, dia ingin mengemban tanggung jawab seperti Ceros yang sesekali akan terlihat di sekitar gereja, menandai kehadirannya dengan hujan atau badai, atau bunyi bel gereja. Serta senantiasa menjaga gereja dari marabahaya.
Karena itu, aku melakukannya.
Ketika takdir membawa Lily kembali ke Whitewoods di umur delapan belas, dia bertemu Max. Maximillian si church grim, anjing hitam penjaga gereja yang merupakan wujud dari upaya putus asaku demi mewujudkan keinginan terakhir Max dan menyimpan memori tentangnya sebelum aku meninggalkan Whitewoods. Sesuatu yang rapuh dan sementara. Keberadaannya terikat dengan jasadnya di dalam gereja, dan ini mencegahnya berkelana terlalu jauh.
Tetapi Max tak pernah ragu menukar sisa-sisa eksistensinya, setipis apapun itu, demi menyelamatkan Lily. Membuktikan kepadaku bahwa dia tidak hanya menjaga gereja, namun juga menjaga gadis kesayangannya. Pertemuan kembali keduanya merupakan berkah yang tidak kuperkirakan.
Setelah kejadian itu, Lily menemukan tempat tinggalku entah bagaimana. Dia mengunjungiku dan menceritakan segalanya. Dia juga menunjukkan sebuah foto di dalam pigura kecil yang dibawanya dari rumah. Foto yang menurutnya diambil di dalam gereja dan hanya menampakkan deretan kursi kapel yang kosong.
Dan hatiku serasa diremas. Karena kami sama-sama tahu, bahwa objek sesungguhnya dari foto tersebut bukanlah sekadar pemandangan deretan kursi kosong.
Karena aku melihat Max, memakai pakaian hitamnya, tengah duduk membaca sebuah buku di pangkuan dengan ekspresi serius terpeta jelas di wajahnya... ekspresi khasnya yang begitu akrab di ingatanku.
Aku tak bisa mencegah jatuhnya air mataku.
Tuhan, aku sangat merindukannya.
Tertanda,
Midnight
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight's Journal Of Tales
FantasySebuah jurnal berisi koleksi kisah roman-fantasi milik Midnight. Yang mana kisahmu? [Collection of Short Stories, Fantasy-Romance]