Vote dulu baru baca
Baca dulu baru comment😠Enjoyyyy!
Happyreading💞
****
Nayla melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil, dia akan pergi bersama Gio malam ini. Keadaan rumah sudah membaik Hana sedikit demi sedikit sudah bisa merelakan Bayinya dan mulai menjalani pengobatan untuk Fibroid yang bersarang di Rahimnya itu.
Sebenarnya juga Gio tidak tahu tujuan. Dia mengajak Nayla pergi karna dia takut adiknya itu akan melakukan hal yang tidak-tidak setelah dia melihat Postingannya di Instagram tentang Kematian. Nayla memang gampang depresi, itu sebabnya kalimat yang dia katakan tidak mudah terkontrol ketika dia mulai lelah.
“Seatbelt, don't forget.”
Nayla mengangguk dan memasang Seatbelt nya. Gio mulai menancap gas meninggalkan pekarangan rumah. “Makan dulu ya?”
“Food Court, deal?”
“Call.” Nayla mengulas senyum tipis. Dia memfokuskan matanya pada jalanan, mobil sangat senyap. Tak ada pembicaraan apapun entah tidak ada topik atau karena mereka nya yang canggung.
Merasa cukup bosan dengan suasana begini Gio memutuskan untuk membuka percakapan “Nay,” Nayla menoleh dan menatap Gio yang memanggilnya. “Hm?”
“Mau cerita? Kamu kelihatan banyak masalah. Hapus postingan mu di instagram, kalau ayah lihat bisa-bisa kamu dimarahin.”
“Postingan itu udah Nayla hapus. Nayla minta maaf kalau Nayla bikin abang khawatir kemarin-kemarin..”
“Nay, hidup itu sebenernya harus dinikmati, hidup kamu gak akan asik kalau tanpa masalah. Kalau kamu merasa capek, istirahat sebentar ucapin terimakasih sama diri kamu karena masih mau bertahan sampai hari ini. Kalau kamu mau menyerah, lupain hal itu. Ingat, masih banyak orang yang membutuhkan kamu.”
“Nayla selalu lakuin itu. Tapi semenjak SMA Nayla selalu merasa sendiri meskipun di keadaan ramai. Lingkungan aman tuh Can't relate banget buat orang berkepribadian INFP kaya Nayla. Nayla merasa orang-orang menjauhi Nayla.”
Gio menghela napas, dia mengangkat sebelah tangannya dan mengelus kepala Nayla. “Even there’s no one support you, just remember i'm here. Just tell me. Abang selalu bilang kamu bisa ceritakan apapun sama abang, Nay. Kamu gak perlu ragu, kamu gak pernah menganggu..”
“Bang, bisa berhentiin mobilnya sebentar?”
“Mau apa?”
“Berhentiin dulu.”
Gio mengangguk, dia memberhentikan mobil tepat disamping taman yang lumayan sepi. Nayla langsung menubruk dirinya dan menangis disana.
“Nay, pasti berat yah jalanin hari-hari kemarin? Abang pun sama Nay, kadang pengen nyerah jadi manusia dan pengen jadi Okky Jelly Drink aja. Tapi inget, kamu punya Abang, punya Azka, punya Aga, punya Vira, punya Bunda sama Ayah juga”
“Abang, kadang tuh dada Nayla nyesek banget. Nayla capek mendem sendirian, Nayla boleh menumpahkan semuanya ke abang? Tapi Nayla gak tahu Nayla harus bilang apa selain.. Nayla capek bang, capek banget.”
“Boleh sekali. Abang sangat-sangat mengizinkan kalau Nayla mau menceritakan semua yang Nayla rasain. Nay, kamu juga manusia, kamu butuh orang untuk menjadi pendengarmu bukan hanya kamu yang menjadi pendengar mereka.”
“Salah ya?” tanya Nayla.
Gio mengusap punggung Nayla lembut, “di depan itu ada MCD kita kesana dulu beli makanan nanti lanjut ngobrolnya, perutmu belum terisi apa-apa daritadi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise✔
Teen FictionHanya sebuah kisah tentang Giovan Antala Kyasha dan Naylara Afnata Mauryn yang luar biasa Rumit. Hanya ada dua Pilihan. Kembali melanjutkan perjuangan untuk menepati Janji atau berhenti ditengah Jalan. Berhenti terlihat pengecut tapi melanjutkan ter...