39. Akhir dari segala kisah

7.2K 668 260
                                    

Vote dulu baru baca
Baca dulu baru comment.

Happyreading🌙

ENJOYYYY.

*Warning. Dibawah bakal banyak foto jadi bacanya pake data yaa, biar fotonya bisa dilihat...

****

Hari ini hari jum'at. Besok? Jangan tanya. Karna besok adalah hari sabtu, Nayla berharap tiba-tiba amnesia agar bisa melupakan segala sesuatu menyangkut Gio.

Harusnya makan malam kali ini menyenangkan karna Alfian menyempatkan pulang lebih awal dari biasanya demi makan malam bersama keluarganya. Harusnya senang 'kan? Karna akhir-akhir ini Alfian sibuk dikantor, bahkan untuk meluangkan waktu untuk pulang lebih awal pun susah, tapi suasana hati Nayla sedang tidak bagus mengingat besok adalah hari yang tidak dia harapkan.

"Nayla, dimakan dong. Masa diaduk-aduk doang," kata Kina. Dia memang selalu mencoba mengakrabkan diri dengan Nayla, Nayla yang memang dasarnya ramah dan sopan pun selalu menanggapi dengan senang hati.

"Iya, Nek. Nenek juga makan tuh dikit lagi, kalo mau nambah bilang Nayla ya biar Nayla ambilin.."

Kina mengangguk kemudian mengelus kepala Nayla sambil tersenyum. Melihat Cucunya begini membuat hatinya menghangat, Kina pikir Hana dan anak-anaknya akan sulit menerima dia setelah kejadian beberapa tahun silam.

"Eumm- Bun, Nayla makan dikamar aja boleh gak?"

"Lho kenapa?"

"Nayla lupa, pengumuman hasil tes kemarin keluar hari ini."

"Kan bisa di cek nanti, makan dulu disini sayang.." kata Hana, dia belum mengerti itu hanya sebuah alibi. Karna sebenarnya Nayla ingin menangis sepuasnya, setidaknya sebelum dia melihat Gio bersanding dengan yang lain besok. Tapi pengumuman hasil tes itu benar, hari ini hasilnya keluar.

"Gih, ke kamar aja Nay. Periksa dulu hasil tes nya, sesuai perjanjian sama Ayah kalau kamu berhasil lolos di Harvard Ayah kasih kamu tinggal disana."

Nayla mengernyitkan dahinya, sejak kapan Alfian berjanji begitu. Tapi kemudian dia mengerti, Alfian membantunya lepas dari Hana yang masih menahannya. Setelah ini Nayla harus berterimakasih pada Ayahnya..

"Yaudah, Nayla ke atas duluan ya.." katanya

"Habisin ya makannya, awas ga habis. Bunda sita laptop sama Handphone kamu," ancam Hana.

Nayla mengangguk sambil tertawa, dengan langkah cepat dia membawa piringnya dan masuk kedalam kamar. Sampai kamar Nayla menaruh piringnya diatas nakas, dia mengambil kembali Undangan yang seminggu lalu diberikan. Kegalauannya belum juga terhenti bahkan setelah terlewat 2 bulan.

Sulit sekali melepaskan seseorang, untuk sekedar melupakan sejenak pun Nayla tidak bisa. Nayla mengambil bingkai berisi foto dia berdua dengan Gio yang diambil saat baru saja berpacaran, "Besok ya, semoga Abang bahagia.."

Air matanya kembali turun tanpa izin. Dengan cepat Nayla mengesatnya, dia tidak membenci Gio. Sama sekali tidak, mau bagaimana pun Nayla dan Gio pernah saling mencintai. Pernah menjadi bagian dari kisah sederhana yang membahagiakan, dan juga bagian dari luka menganga yang tercipta dihati Nayla karna keegoisan seseorang.

"Harusnya itu jadi hari pertunangan kita, bukan pernikahan kamu.." katanya dengan suara parau. Nayla duduk dimeja rias, dia menatap matanya yang sedikit sembap.

Brak! Nayla menoleh karna terkejut "Bukannya makan malah nangis!" kata Azka.

Nayla menatap Azka dan mencebik, "Kamu ga ngerti ya, ini tuh sakit."

Azka menghampiri Nayla dan berdiri disebelahnya, "jangan diinget-inget terus kalo mau lupa. Usaha kak, kalo gini-gini aja sampe lebaran monyet juga gak akan bisa lupa" katanya sambil mengelus kepala Nayla

Promise✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang