25. Aga

5K 570 46
                                    

Vote dulu baru baca
Baca dulu baru comment

Happyreading😋❤

ENJOYY!!

****

Hana menatap Aga yang duduk disebelahnya. Alfian tidak jadi ikut karna takut menganggu sesi wawancara Hana. Alfian tahu Hana bisa mengatasi ini sendiri, Hana pendengar yang baik.

“Jadi? Ada yang mau Aga ceritakan ke Bunda?”

Aga masih belum berniat membuka suara. Dia masih menatap kolam dihadapannya, Hana menghela napas panjang.

“Aga. Memendam sendiri itu kadang lebih baik, tapi gak bagus buat diri kamu. Kamu bisa pilah mana cerita yang perlu kamu ceritakan, selebihnya.. Kalau itu terlalu privasi kamu bisa pendam sendiri. Ceritakan yang bikin kamu merasa gelisah, cape, atau mungkin Stress”

“Bunda gak memaksa kamu untuk cerita. Tapi kalau kamu mau, sekarang ini Bunda bersedia menjadi pendengar kamu.. Kamu bisa berbagi apa yang kamu rasakan ke Bunda. Mungkin setelah itu hatimu terasa lebih plong karna udah menceritakan sebagian yang bikin kamu sesak.” Lanjutnya.

Aga masih bungkam. Bukan tak mau bercerita tapi Aga sulit menahan tangis ketika menceritakan sebagian cerita tentang hidupnya.

“Kalau kamu gak mau cerita gak apa-apa, Bunda masuk duluan yah..”

Hana bersiap beranjak tapi Aga menahan lengan Hana. Membuat Hana kembali membalikkan tubuhnya dan melihat mata Aga yang memerah. Melihat itu membuat Hana merasa tak tega.

“Aga itu anak yang gak di inginkan. Aga lahir tanpa kemauan dari siapa-siapa, Bun. Termasuk Papa sama Ibu. Mereka masih mengharapkan kehadiran Anak pertama mereka yang hilang 19 tahun lalu.”

“Hilang? Dimana?”

“Papa itu dulu pendiri perusahaan paling Jaya. Musuhnya banyak, Kakaknya Aga itu jadi incaran musuhnya dulu. Entah diculik atau apa pokoknya setelah lahir Kakak Aga itu hilang tanpa jejak, Aga sedikit tahu cerita ini dari Mba Surti. Pembantu yang udah Aga anggap Ibunya Aga.”

Hana berpikir. Jika itu Gio maka tidak mungkin, karna Gio masih 18 tahun sedangkan kakaknya Aga kemungkinan sudah 19 tahun.

“Jadi Aga bisa ada di dunia—” ucapan Hana terpotong karna Aga kembali melanjutkan ceritanya.

“Aga anak hasil perselingkuhan Ibu, Ibu selingkuh waktu Papa dimasa sulitnya. Kehilangan anak pertama yang dia harapkan, kehilangan pekerjaan juga karna Papa berbulan-bulan gak masuk kantor sampai akhirnya bangkrut karna pekerjanya Korupsi. Ibu memanfaatkan kejadian itu, Ibu selingkuh dengan laki-laki kaya dan ya Bunda tahu apa yang mereka lakukan sampai... Aga hadir tanpa diharapkan. Wajar kalau Papa gak sayang sama Aga karna Aga anak hasil perzinahan Ibu.”

Hana merasa sangat kasihan dengan laki-laki disampingnya ini. Dia tak memiliki salah, Ibunya yang salah.

“Bahkan pas Aga lahir, Ibu gak mau kasih Nama, gak mau ngurusin juga. Nama Aga itu yang ngasih Mba Surti, bahkan Aga dirawatnya sama Mba bukan sama Ibu. Papa selalu emosi setiap liat Aga, Aga udah ngerasain pukulan dari Papa sejak umur 4 tahun.”

“Ibu melihat itu. Tapi dia Cuma kasih senyuman miris dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Papa sama sekali gak benci Ibu setelah perselingkuhan itu, cuma Aga yang dibenci. Ibu tetep dapet apa yang seharusnya dia dapetin dari Papa.”

“Jadi Ibu kamu masih dapet kasih sayang seutuhnya sedangkan kamu– Enggak?”

Aga mengangguk membenarkan. Karna kenyataannya memang begitu, Aga yang menjadi Korban dari masalah ini. Kekerasan sudah bukan hal baru Lagi untuknya, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari.

Promise✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang