"Dor... !" Siang-siang ngga boleh melamun."
Sebuah tepukan agak keras mendarat di bahuku. Hmmm... Siapa lagi kalo bukan Anita, sahabat rapat dan erat sejak SMP, dan sampai saat Ini satu sekolah denganku. Namun berselisih kelas. Anita anak IPA Satu sedangkan aku anak IPS.
"Duh kamu bikin kaget aja sih," Kataku sambil menggetil lengannya.
"Kamu lagi lamunin apa sih Aura? Sepertinya berat Banget lamunannya."
"Hmm kasih tau gak ya?" sambil melirik Anita, aku tersenyum seraya mengejapkan mata.
"Oh.. Ok biar aku tebak. Kamu lagi bingung mau traktir aku apa ya? Hahaha..."
"Tuh kan susah deh kalo pikirannya makanan terus, katanya mau kurus."
Aku meledek Anita seraya menatap tubuh Anita yang gemuk berdaging.
"So, apa dong? Aku lagi males meramal nih."
"Huhuhu kepo nih yee."
"Bangeeet..."
Raut muka anita bersungut-sungut.
"Nih, baca."
Kataku sambil menyerahkan sepucuk surat yang kuterima kemarin. Raut muka Anita serius membaca isi surat itu.
"What...? Aura ternyata kamu punya penggemar misterius! Uhhh... mau dong punya penggemar misterius."
"Hadeuh kamu tuh ya bukannya bantuin mencari tau siapa orangnya." kataku sambil tersenyum.
"Tenang, detektif Conan siap beraksi," kata Anita. "Aku akan mencari tau siapa pengirim surat ini."
