Aku sedang berjalan menuju kelas Anita. Aku selalu ke kelas Anita saat jam istirahat. Seperti itu sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu kami bersahabat, sekitar 6 tahun lamanya. Gila, apa aku tidak bosan selalu ke Anita setiap saat, seakan Anita adalah ibuku?
Aku melewati kelas demi kelas. Tentu saja aku harus melewati kelas Budi dan Bagus. Kulihat Bagus dan Budi sedang duduk mengobrol di kursi panjang yang terletak di tiap muka kelas sekolah kami. Sepertinya, ada hal yang penting yang mau Budi sampaikan pada Bagus.
Aku berhenti di ujung belokan. Aku sembunyi-sembunyi curi dengar percakapan mereka.
"Oh...jadi kamu... Aura?" tanya Bagus.
"Iya Gus tapi kamu jaga rahasia ini ya... Bilang saja... siapa gitu. Kau tau kan Gus dari dulu dia selalu cari perhatian kamu."
"Ayo dong bro. Come on...."jawabnya dengan santai.
What? Mereka membicarakan aku.
Akhirnya kuhampiri mereka. Aku harus tahu apa yang dibilang Bagus itu benar.
"Hai Gus... Di. Kalian sedang ngobrolin apa sih aku kepo deh. Penasaran."
Budi tergegap-gegap. Dia tidak menyangka aku sekarang berdiri di hadapannya.
"Heum...eummm... anu... kita lagi ngobrolin soal turnamen nanti iya kan Gus," kata Budi sambil menyenggol tangan Bagus. Budi sempat membisikkan sesuatu pada Bagus.
" Heum... mmm kalian berdua kenapa sih?" desakku.
"Ini Ra Bagus mau ngomong sesuatu ke kamu." Jelas Budi.
Apa iya? Aku penasaran, tingkah mereka aneh banget. Jelas-jelas tadi aku dengar mereka lagi omongin aku, bukan turnamen. Tapi tumben Bagus mau ngomong serius sama aku. Kira-kira ngomong apa ya?
"Ra aku punya sesuatu yang harus disampaikan untukmu... Aku..."
"Apa Gus? Bilang aja." Kataku penasaran. Duh, apa ya? Aku jadi sangat hendak tahu. Penasaran, apa dia mau nembak aku? Apa dia punya perasaan yang sama? Panggilan Bagus menyadarkan aku dari lamunan sesaat.
"Ra mau aku lanjutin nggak ngomongnya?" katanya dengan tatapan serius.
"Oh boleh silahkan."
"Sebenarnya aku mau ngomong kalo yang tadi kamu denger itu bukan apa apa kok. Bukan budi yang kasih surat ke kamu. Aku tau kamu lagi mencari pengagum rahasiamu kan? Jangan salah paham dulu, tadi budi Cuma bercanda kok." Bagus sepertinya menyadari jika aku sudah dengar pembicaraan mereka.
"Heum... ok Gus. Lalu apa lagi?"
"Heum... kamu mau kalo kita jalan berdua siang ini sepulang sekolah? Ada yang aku mau bicarakan sama kamu."
What? Bagus mau ajak aku jalan?
"Heum, gimana ya?"
Tiba tiba kamu dikejutkan dengan suara yang aku kenal.
"Hai... Ra?" seru Anita.
"Eh, Anita kamu lagi apa ke sini."
"Pake nanya lagi? Aku nungguin kamu, ternyata kamu malah ngobrol sama cowok-cowok, dan aku denger tadi Bagus ajak kamu jalan... kok kamu gak jawab apa-apa sih? Malah melamun. Kebiasaan deh." kata Anita dengan sedikit kesal.
"Eh... eu... mm... maaf Nit. Oh iya Gus aku mau kok. Emang kamu mau ngomong apa? Penting apa emangnya?"
"Ada deh tunggu saja," ujarnya dengan senyuman manis kepadaku.
Deg... jantungku berdebar seperti ingin copot.
"Ok.. aku duluan ya Gus? Di?" Seraya tanganku menggamit lengan Anita.
"Iya, dadah alien-ku." ucap Budi tersenyum.
"Hah alien?" Aku berhenti melangkah lalu menengok ke belakang.
"Alienku yang suka murung hehe." Goda Budi.
"Dan melamun, Di."tambah Anita senang.
"Dah aura." Seru Bagus menengahi.
"Dah Gus." Aku dan Anita pun meninggalkan mereka.
"Wah Ra. Gila, kamu beruntung banget bisa jalan sama Bagus... teruskan Ra sampe jadian. Aku bangga deh sama kamu". Ucap Anita senang.
"Eumm aku makin yakin dialah Secret Admirerku yang selama ini kita cari." Argumenku pasti.
"Eumm kamu yakin? Karena menurutku cowok sepopuler dia gak mungkin kirim-kirim surat rahasia. Yang ada ketahuan siswi siswi sekolah jatuh harga dirinya... Secara dia terkenal gitu kayak artis."
"Ya, kita tunggu saja nanti Nit dia mau ngomong apa sama aku." Kataku teguh.
"Iya juga ya? Semangat ya nanti."
"Pasti dong. Nit, aku seneng banget. Hatiku berbunga bunga."
"Ih kamu lebay deh Ra." Katanya seraya mencubit hidungku. Kami pun masuk ke kelas masing-masing.
Singkat cerita... Bel pulang pun berbunyi dan akupun ke kelas Bagus untuk menemuinya. Tapi anehnya, kenapa tidak ada bagus ya? Di kelas itu hanya ada Budi?
"Hei alienku..."sapa budi.
"Hai, Bagus mana Di?"
"Oh Bagus udah pulang daritadi..."
"Kamu bercanda?"
"Nggak, aku serius. Emang aku keliatan lagi bercanda?"
"Hehe nggak kok." Tawaku kecut.
"Hei alien kok ngelamun sih."
"Sorry, Di.
Tiba tiba datanglah Anita.
"Lo, Di kok kamu yang sama aura sih? Bagusnya mana?"
"Oh dia udah pulang Nit."
"Oh kalian tadi itu bohongin aku ya? Yuk nit kita pulang." Aku melangkah keluar kelas.
"Lo Ra tunggu dulu."teriak Budi.
"Sabar ya, mungkin Aura sedang sedih kamu semangat ya." Kata Anita seraya mengejar langkahku.
"Iya makasih Nit, tapi alienku marah."
"Udah biarin aja aku pulang ya....Dah!" lambai Anita.
"Dah." Balas Budi.
Bagus dan Budi... kenapa mereka mempermainkan hatiku? Sebel.
