Hari ini adalah hari dimana aku akan nge-date dengan Budi, nanti selepas sekolah. Aku akan punya kesempatan mengulik siapa pengagum rahasiaku itu. Siapa tahu memang Budi. Ihh kok aku sekarang mengharapkan Budi sih? ada apa denganku?
Ahh seolah-olah aku mulai jatuh cinta sama Budi. Apa aku cukup bersahabat saja dengan Bagus? Apa aku ungkapkan saja perasaanku ini?
"Hai Ra, kamu sedang mikirin apa?" Mendadak Bagus datang mendekatiku. Ya Allah... dia ajak aku ngobrol lagi? Ini masa-nya aku melingkapkan pada Bagus segenap perasaanku ini.
"Ah, ngga... aku lagi duduk-duduk aja. Nunggu Anita dan Retno." Aku berbohong (lagi dan lagi). Padahal aku sedang menunggu Budi keluar dari kelasnya. Hari ini dia mau ajak aku jalan.
Aku teringat surat tanpa nama yang beberapa kali kuterima. Haruskah aku tanyakan langsung pada Bagus? Siapa tahu benar bahwa Baguslah sang secret admirer itu.
"Hm, Bagus... maaf nih aku lancang. Aku tahu kamu udah tau soal masalah ini. Sebenarnya ada yang ingin aku tanya sama kamu," kataku mencoba membuka omongan.
"Tanya apa? Jangan susah-susah ya... Jawabannya pilihan ganda kan?" Ujar Bagus. Lucu juga anak ini. Pantas banyak cewek yang senang dekat-dekat dia.
"Hmm, gimana ya... Beberapa waktu yang lalu ada seseorang mengirimi aku surat. Dua kali dan sebuah kotak makan berisi kue. Isinya ungkapan kekaguman kepada aku. Tapi surat itu anonim. Tak jelas siapa pengirimnya." Tiba-tiba aku punya hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar.
"Iya aku udah tau kok dari... Upss maaf Ra aku ga bisa lanjutkan bicaraku" Bagus seperti merasa keceplosan akan sebuah rahasia yang harus ia jaga.
"Lalu kamu sudah tahu siapa dia?"
"Belum, mungkin kamu tahu?" Selidikku.
Perlahan aku ambil kedua surat itu dari saku. Aku sampaikan ke tangan Bagus. Bagus membuka lipatan kertas agak lecek karena sering kubuka dan lipat. Ia melihat serta berusaha memahami isi dari apa yg tertulis di surat itu.
"Maaf, aku ngga Tau Ra. Eh aku pulang duluan ya." Bagus pergi meninggalkan aku termenung-menung.