Hari ini adalah hari Senin. Hari dimana upacara bendera diselenggarakan. Ah, rasanya aku malas upacara. Tapi, aku harus upacara. Dengan begitu aku bisa ketemu Bagus atau mungkin Budi. Astaga, Budi lagi, Budi lagi. Kenapa sih aku ini? Selalu memikirkan dia? Ini alamat aku sudah terlanjur cinta kali ya... hehe
Tak dinyana, Budi menghampiriku disaat aku sedang duduk di taman.
"Aura, kapan-kapan jalan bareng sama aku mau ngga?" Dia berani berkata seperti ini padaku? Padahal aku masih agak kesal padanya. Aku sudah menebak jika dia akan berkata seperti itu. Mau ajak jalan aku? Apa sih aku ini? Pe-de banget.
"Maksudnya?" ucapku dingin. Padahal kemarin baru aja dia dan temannya bohong padaku.
"Hmm... ya .. jalan kemana gitu. Selepas sekolah," jelasnya bimbang.
"Gimana?" Tatap Budi memelas.
Ada ketulusan yang kulihat dari sinar matanya. Reda kesalku tiba-tiba. Aku hilang akal. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Gugup tidak keruan. Aku tolak atau terima ya? Aku terima aja deh. Ngga enak sama Budi. Lalu dengan pikiran riuh kujawab,
"Aku takut kamu bohong lagi."kataku
"Ayolah Ra, kamu masih marah sama aku?"ucapnya dengan nada khawatir.
"Iyalah. Untuk apa kamu ajak Bagus kerja sama untuk merahasiakan semua rahasiamu?"
"Ya sebenarnya...."
Tiba tiba anita menyela percakapan kami.
"Lo ra, kok kamu tolak sih Budi kasian lo dia. Apa gara-gara kemarin? Udahlah mau aja sih Ra." Anita selalu saja tahu semua urusanku. Dasar tukang kuntit.
"Kok, kamu seneng ya aku sama Budi? Apa diam-diam kamu menaruh hati pada Bagus?"
"Lo kok jadi bawa-bawa Bagus sih alienku?"
"Lagian sahabatku ini, aku kan bukan mau nolak kamu, Di. Aku bisa jelasin alasan aku gak mau jalan sama kamu.Tapi ada Anita. Ya, sudah aku terima. Lagian tidak bisa lama-lama marah sama kamu donatku?"
"Lo kok donat?"
"Karena kamu manis... Ah sudahlah intinya aku terima."
"Nah gitu dong..."kata Anita mendahului Budi.
"Nit aku boleh ngomongkan?" Budi melihat pada Anita. Anita tersenyum mengerti.
"Ok, makasih ya Nit. Oh iya Ra, aku tunggu besok ya? Pulang sekolah" kata Budi suka hati.
"Oh... ok Bud." Deg... tiba-tiba jantungku berdebar-debar. Rasa dingin merayap di telapak tanganku. Aku harus berpenampilan elok. Demi buat dia terpesona. Tuhkan, aku mikir apa sih? Lagi-lagi aku berangan-angan seperti ini. Apa iya aku sudah mulai terpikat? Apa ini yang Namanya cinta?