Author pov.
Genap tiga bulan ryujin menghilang entah ke mana. Hari-hari chaeryeong tidak sama lagi seperti dulu. Chaeryeong jadi lebih sering murung, menyendiri, bahkan menangis secara tiba-tiba.
Semua orang tidak pernah mengira kalau dampak kepergian ryujin akan membuat chaeryeong sehancur itu."Chaer, kamu mau makan dulu ga ?" Tanya somi karena saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah somi menjemput chaeryeong di tempat les.
Chaeryeong hanya menggelengkan kepala tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela.
Walaupun keberadaan somi seperti tidak dianggap oleh chaeryeong, tapi somi tidak menyerah. Dia tetap berusaha untuk selalu berada di sisi chaeryeong dan menjaga chaeryeong karena dia sudah berjanji kepada seseorang untuk melakukan itu.
Chaeryeong langsung menatap somi dengan bingung saat somi mengarahkan mobilnya ke daerah sungai han.
"Kenapa ke sini ?" Tanya chaeryeong
"Gapapa, biasanya kalau aku lagi butuh hiburan aku selalu ke sini, turun yuk."
Akhirnya dengan berat hati chaeryeong hanya menuruti ajakan somi.
Mereka berdiri menghadap ke sungai han tanpa adanya percakapan.
"Chaer, ga bisa ya walau cuma satu retakan ?"
Chaeryeong langsung menatap somi dengan penuh tanya.
"Maksudnya ?"
"Walaupun meja punya satu retakan, kamu masih bisa memakainya.
Ga ada hubungan yang sempurna kan chaer ?
Apa salahnya cuma sedikit retakan ?
Di dalam suatu hubungan pasti ada masanya kita saling menyakiti. Entah itu secara sengaja atau ga.
Karena itu kita melakukan hal yang mengharuskan kita untuk meminta maaf, menyesalinya, dan memperbaiki keadaan. Bukankah hidup itu kayak gitu ?
Aku tau, aku pasti udah nyakitin kamu dulu, tapi aku bener-bener mengharapkan sebuah kesempatan buat memperbaiki keadaan."Chaeryeong menghirup udara dengan sangat dalam lalu menghembuskannya dengan berat.
Itulah hal yang sering chaeryeong lakukan akhir-akhir ini.
Karena di dadanya terasa seperti ada beban yang sangat berat."Maaf."
Hanya dengan satu kata saja somi sudah tau arti dari jawaban chaeryeong itu.
Melihat chaeryeong menundukkan kepala seperti itu, somi langsung menarik chaeryeong ke dalam pelukkannya.
"Nangis aja kalau mau nangis."
Akhirnya pecah juga tangisan chaeryeong.
"Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf, karena aku bukan ryujin. Dan maaf karena sampai kapanpun aku ga akan pernah bisa jadi ryujin."
"Hiks.. hiks."
Hanya karena nama itu terucap, tangisan chaeryeong semakin menjadi-jadi.
"Aku nyesel banget karena dulu pernah pergi, sampai-sampai ada orang lain yang berhasil geser posisi aku di hati kamu. Tapi yang bikin aku lebih nyesel adalah, sekarang aku ga bisa geser posisi dia kayak dia yang dengan gampangnya geser posisi aku di hati kamu. Dia, terlalu banyak ngambil tempat di hati kamu sampai-sampai ga ada celah sedikitpun bagi orang lain yang mau masuk ke dalam hati kamu."
Chaeryeong hanya bisa terus terisak di dalam pelukan somi.
Memang benar apa kata somi.
Ryujin terlalu banyak mengambil tempat di dalam hatinya. Terlalu banyak pula kenangan indah yang mereka buat sehingga sulit bagi chaeryeong untuk melupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
School 2019
FanfictionCerita tentang anak sekolah, Komedi, romantis, friendship, family. Bahasa seperti sampah, jadi bagi adek-adek yang di bawah umur mohon jangan mengunjungi cerita ini 😂🙏