5 ⚽ Impian yang Terpenuhi

382 22 3
                                    

Disclaimer : Yoichi Takahashi.

Genre        : family, angst, perenthod, memories, friendship.

Rate           : General

Warning⚠: Gaje, ranjau typo, AT, AU, OOC, ide pasaran, dan kekurangan lainnya yang pasti ada.

🌻Happy reading to my story🌻

Semua yang tertulis merupakan karangan yang L.A buat sendiri. Jika ada kesalahan maupun penggunaan kata yang sekiranya salah, mohon koreksinya.

Taro Misaki


"Misaki-kun, dua pekan lagi akan ada pertandingan. Apa kau mau ikut?" Mendengar pertanyaan dari Yayoi, Misaki tampak berpikir. Diam diam Misugi melantunkan doa agar Misaki ikut dan itu tertangkap oleh sang pelatih.

"Karena hime kawai yang mengajak, jadi aku pasti akan ikut" disertai dengan kedipan mata kanannya, Misaki berhasil membuat pipi Yayoi memerah dan para anggota Musashi menatapnya kesal.

"Jangan seenaknya dasar anak baru!" Kembali, Kojima dan Misaki mulai berdebat. Yang menyaksikan hanya menikmati dan tertawa saat melihat ekspresi keduanya. Yayoi memperhatikan Misugi yang tertawa ringan. Ah, sudah lama Yayoi tidak melihat tawa itu. Kehadiran Misaki sepertinya memang sangat membuat Misugi bahagia. Yayoi harap agar kaptennya bisa terus tertawa senang seperti ini.

"Sudah, sudah. Kalian memperebutkan hal yang tidak penting," lerai pelatih yang melihat keduanya terus berdebat tanpa berniat untuk berhenti. Kojima dan Misaki saling membelakangi. Ah, mereka tampak seperti anak kecil dan itu sangat imut.

"Taro!" Sebuah suara membuat Misaki dan yang lainnya menoleh. Didepan gerbang lapangan, Yumiko dan Ichiro berdiri disamping mobil hitam sedan milik Yumiko. Misaki tersenyum dan melambaikan tangannya, "gomen minna, aku harus pulang. Sampai jumpa besok," ucap Misaki lalu berlari menuju tempat orangtuanya. Menaiki mobil itu dan melambaikan tangan kepada teman teman barunya.

-

"Hey! Ada apa dengan kalian?!" Para pemain Musashi terkejut. Bahkan Yayoi juga kaget karena teriakan pelatih. Mereka seperti orang kebingungan begitu melihat mobil sedan hitam itu membawa pergi Misaki, teman baru mereka.

"Kenapa aku merasa ada yang hilang saat Misaki pergi?" Tanya Kojima pada dirinya sendiri. Misugi memegang dadanya, kehilangan juga ia rasakan. Tersadar, Misugi terkekeh pelan membuat pelatih, Yayoi dan juga teman temannya yang lain menatapnya.

"Kapten? Kau baik baik saja?" Tanya Honma khawatir mewakili teman temannya yang lain. Menghentikan kekehannya, Misugi menatap lurus jalan yang sepi, "tidak. Aku hanya merasa iri dengan Misaki. Belum ada tiga jam dan dia sudah menjadi bagian yang berharga dari tim ini," ungkapnya diakhiri dengan senyuman.

Kojima menunduk, benar apa yang dikatakan Misugi, bahkan jika ia hanya bertengkar dengan Misaki, Kojima merasa dekat. Tersenyum, Kojima sadar betapa anehnya keadaan ini, "Kapten, apa jantungmu baik baik saja?" 

"Iya. Aku tidak pernah merasa sebaik ini," jawab Misugi membuat teman-teman dan juga pelatihnya tersenyum lega. Sepertinya kondisi jantung Misugi membaik.

-

Misaki menatap nanar rumah didepannya, kemudian berbalik dan melihat kedua orangtuanya yang tersenyum, "a-apakah kita akan tinggal bersama?" Tanyanya penuh harap. Begitu ayah dan ibunya mengangguk, Misaki berhambur memeluk keduanya. 

"Terimakasih," ucap Misaki dengan isakan tangis. Impiannya terwujud. Kedua orangtuanya akan kembali bersama, "aku ingin kita selalu bersama, itu harapanku tahun ini" mempererat pelukannya, Misaki membuat Ichiro dan Yumiko tak bisa berkutit. Tanpa sadar, hati Ichiro mencelos, begitu rindu putranya akan kesempurnaan keluarga ini.

"Hey, tahun baru sudah berlalu begitu lama," menahan airmata yang sudah mendesaknya, Yumiko berusaha menghibur Misaki. Melepaskan pelukan erat mereka, Yumiko menghapus pelan airmata putranya dan tersenyum. Sedangkan Ichiro memalingkan wajahnya.

"Kalau begitu, ini adalah harapanku hari ini, Kaasan," ucap Misaki membuat Yumiko semakin sendu. Wajah Misaki yang kelelahan membuat Yumiko tersenyum, "Kau harus istirahat. Besok kita akan pergi bersama," ujar Yumiko membuat Misaki mengangguk.

-

"Tousan, arigatou," bisik Misaki tepat ditelinga kanan Ichiro, ayahnya yang kini menggendongnya. Ichiro tersenyum, melanjutkan kembali langkahnya menuju kamar putranya. Setelah sampai dikamar putranya itu, Ichiro membaringkan tubuh Misaki, mencium kening putranya lama, lalu keluar dari dalam kamarnya itu.

"Aku akan kemari besok, pagi sebelum Misaki bangun," Ichiro mengangguk. Yumiko yang tadi ada didepan pintu kamar Misaki berlalu pergi. Ah, rasanya tidak enak hati karena membohongi putra semata wayangnya itu.

-

Sinar mentari menerobos kamar Misaki lewat tirai jendela yang baru saja dibuka. Anak lelaki yang masih berbaring memeluk erat guling itu membuka matanya pelan, bayangan ibunya yang tersenyum didepannya membuat Misaki tersenyum.

"Ohayou Taro-kun" mengerjap beberapa kali, ternyata ini nyata. Dengan kesadaran yang masih belum penuh, Misaki bangun dan duduk diranjang dan mengusap matanya pelan pelan. "Ka-kasan?!" Seolah tidak percaya, Misaki kembali mengerjapkan mata besarnya.

Yumiko hanya terkekeh melihat kepolosan putranya. Sambil membereskan selimut, Yumiko mencubit pipi chuby Misaki, membuat Misaki mengaduh dan sadar ini bukan mimpi.

"Ayo turun. Kaasan sudah menyiapkan sarapan untukmu. Dan jangan lupa mandi," ucap Yumiko tersenyum. Misaki tersenyum senang, 'Kami-sama, tolong biarkan aku merasakan kesempurnaan keluarga ini lebih lama,' menutup mata, Misaki melantunkan doanya di pagi hari.

Setelahnya dia tersenyum dan mulai bersiap. 

-

"Ohayou Kaasan, Tousan," sapa Misaki begitu turun dari kamarnya dan mendapati kedua orangtuanya yang ada diruang makan. Ibunya tengah menyiapkan makanan, dan ayahnya masih berkutit dengan alat lukis, sepertinya Ichiro ada panggilan untuk itu.

"Apa Tousan akan pergi?" Ichiro berbalik dan mencium kening Misaki yang menghampirinya. "Ohayou, Taro," ucapnya dengan senyum.

"Tousan ada pekerjaan. Tapi jangan khawatir, Tousan akan bekerja setelah selesai mengantarmu,"ujar Ichiro mengelus rambut hitam kecoklatan putranya. Misaki yang senang memeluk ayahnya.

"Jadi, kita akan benar benar pergi bersama?" Tanya Misaki melepas pelukannya. 

"Tentu sayang, kami akan mengantarmu. Kita akan pergi bersama," sambung Yumiko tiba-tiba. Menghampiri suami dan anaknya, Yumiko memeluk tubuh mungil putranya.

"Arigatou"

"Sekarang kita sarapan dulu," ajak Yumiko yang dibalas anggukan dari kedua laki-laki didepannya. 

Mereka berjalan menuju meja makan yang hanya berjarak beberapa langkah itu. Namun, belum sempat duduk, sebuah suara bel tanda tamu membuat ketiga bertanya-tanya 'siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini?'

"Aku akan membukakan pintunya," ucap Yumiko namun dicegat oleh Misaki, "Biar aku saja, Kaasan" memgganguk, Yumiko membiarkan putranya melihat siapa tamu yang datang.

-

'Cleck'

Pintu terbuka menampilkan pria tua yang tersenyum kearah Misaki. "Jii-san?" Ucap Misaki lirih.

Menyingkir, Misaki mempersilahkan pria tua itu masuk. "Apa kau tidak rindu padaku, Taro?" Tanya pria itu setelah masuk dan duduk diruang tamu.

"Taro, siapa yang ber-" ucapan Yumiko menggantung begitu melihat siapa yang tengah duduk diruang tamu kediaman keluarga kecilnya.

"Tousan?" 

🏆 Tbc 🏆

Pemalang, 08 Mei 2020

Taro Misaki (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang