16 ⚽ Air Mata

361 25 13
                                    

Disclaimer : Yoichi Takahashi.

Genre : family, angst, perenthod, memories, friendship.

Rate : General

Warning⚠: Gaje, ranjau typo, AT, AU, OOC, ide pasaran, dan kekurangan lainnya yang pasti ada.

🌻Happy reading to my story🌻

Semua yang tertulis merupakan karangan yang L.A buat sendiri. Jika ada kesalahan maupun penggunaan kata yang sekiranya salah, mohon koreksinya.

Taro Misaki

-

Jun Misugi, remaja berusia 14 tahun yang sering dibicarakan semua orang, terutama para pecinta sepakbola diseluruh jepang. Bukan hanya wajah tampannya, dia juga hebat dalam bermain sepakbola. Tekniknya yang mampu membaca setiap pergerakan lawan dilapangan membuatnya seperti komputer yang akurat. Bukan hanya itu, semangatnya dalam melawan penyakit jantung yang sudah diketahui khalayak orang patut diacungkan jempol.

Kini, remaja itu menatap nanar pantulan dirinya dicermin besar yang ada didalam kamar. Misugi kira selama ini dia adalah satu-satunya pemain yang tidak beruntung karena penyakit. Satu-satunya pemain yang mendapat dukungan lebih karena penyakit. Wajah pucat Misugi memang menandakan akan adanya penyakit yang diderita. Beruntung, keluarganya yang termasuk orang terkaya di Tokyo membuat keadaan membaik.

Bahkan tidak jarang pelatih dan teman-temannya memberi nasehat agar tidak terlalu memaksakan diri. Tentu Misugi sangat menghargai itu. Misugi tahu keadaannya akan memburuk jika terus bermain sepanjang pertandingan.

Namun hari ini, detik ini juga Misugi sadar. Dia bukan satu-satunya pemain yang harus berjuang lebih menghadapi penyakit. Ada pemain lain yang jauh lebih parah darinya.

"Baka!" Umpat Misugi meninju kaca besar didepannya hingga pecah. Tangannya yang digunakan untuk meninju juga berdarah. Manik berwarna coklat madu itu menangis. Bukan rasa sakit yang ada ditangannya, atau perih yang ada dibeberapa bagian wajahnya yang terkena pecahan kaca. Tapi, rasa kecewa yang ada dihatinya. Rasa sakit mengetahui orang yang sudah ia anggap saudaranya berbaring lemah dirumah sakit.

-

Yumiko kalap. Ia benar-benar tidak percaya akan kenyataan yang dihadapinya. Beberapa minggu lalu ia melihat putranya baik-baik saja setelah bermain penuh dalam pertandingan sepakbola. Tawa juga terdengar ceria seperti biasa. Tapi, kenapa putranya kini harus berbaring lemah dengan berbagai alat medis disekujur tubuhnya?

Melirik ke samping, ada Ichiro yang hanya diam dengan airmata mengalir. Mantan suaminya itu lebih memilih menangis dalam diam.

"Jangan menangis. Taro tidak akan suka melihatnya," ucap Yumiko mencoba kuat. Tentu saja ia tahu hal itu tidak akan membantu meredakan airmata mantan suaminya.

"Dia anak yang hebat. Kau tahu itu, kan?" Yumiko kembali berkata. Sudah lima hari putranya tidak sadarkan diri. Dan sudah selama itu pula dia dan Ichiro tidak pulang. Mereka hanya menunggu dan memakan makanan yang ada dikantin rumah sakit khusus itu.

Tidak ada orang yang datang, tentu saja karena mereka menyembunyikan hal itu. Mungkin hanya Kanae dan putranya yang tidak sengaja melihat dua hari yang lalu mengetahui hal ini. Selebihnya tidak ada seorangpun tahu.

"Maaf aku tidak bisa menjaga Taro dengan baik," ujar Ichiro setelah menghapus airmatanya. Pria paru baya itu tahu, mantan istrinya hanya berusaha menghibur.

"Itu tidak benar Ichiro, kau merawatnya dengan sangat baik. Mungkin dia tidak akan menjadi anak sehebat ini jika dalam asuhanku," lirih Yumiko sendu. Ia merasa gagal total sebagai ibu.

Taro Misaki (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang